47 - Samudra Pemenangnya

4.2K 417 17
                                    

Happy Reading!

♡•♡•♡

Memasuki area pesawat, Airlangga bersama guru pendampingnya segera bergegas mencari kursi penumpang.

Senyuman kecil tak pernah luntur dari balik maskernya, saat ia tahu bahwa dia akan pulang. Menemui Cleo, Kenan ataupun teman-temannya. Membawakan medali emas sebagai janji sebelum kepergiannya.

Atensinya teralih pada sesosok anak kecil yang juga duduk di sampingnya. Anak lelaki itu terlihat tenang, bahkan ketika pesawat take off dari area Bandara.

"Kak.. Kai boleh minta tolong?" tanya anak lelaki itu. Menarik ujung kemeja yang Airlangga kenakan, membuatnya kembali sadar saat berusaha menutup kelopak matanya.

"Iya, ada yang bisa kakak bantu?" Airlangga menegakkan badannya, menghadap pada anak bernama Kaivan itu.

"Bukain permen milik Kai dong. Ibu lagi tidur, Kai nggak tega banguninnya," ucapnya meminta tolong.

Airlangga dengan senang hati membukakan bungkus permen itu. Lalu memberikannya kembali pada Kaivan.

"Yeayy, makasih Kak," pekik Kaivan senang. Tersenyum sampai memperlihatkan gigi kelincinya yang tersusun rapi.

"Ngomong-ngomong, kamu orang Indonesia? Ataukah cuman mau berlibur?" Airlangga berceletuk, mencoba membuka obrolan dengan anak itu.

"Kai mau ketemu Ayah. Karena Kai belum pernah ketemu Ayah dari kecil. Jadi, Ibu ajak Kai buat kembali ke Jakarta," jelas Kaivan. Binar matanya tak berbohong, menunjukkan bahwa anak itu senang dalam perjalannya kali ini.

"Kakak sendiri mau pulang kah? Kai nggak sabar karena Ayah udah nunggu di Bandara. Nanti kalau ketemu Ayah, Kai mau ajak keliling Malioboro di Jogja. Ke pantai dan lihat sunset sama-sama."

Diam-diam Airlangga mengulum bibir. Hatinya merasa tersentuh kala melihat Kaivan yang dengan semangat ingin bertemu sang Ayah. Sedangkan dia yang selama ini hidup bersama Reynold, justru saling menjaga jarak.

"Kakak pulang buat nemuin kesayangan Kakak. Kalau Kai udah gede, Kai harus tetap sayang sama Ayah Ibu ya? Nanti kalau kita ketemu lagi, kita main bareng ke Malioboro," ucap Airlangga dengan sungguh-sungguh.

"Wah beneran?" tanya Kaivan antusias.

Airlangga mengangguk tanpa ragu. Namun detik kemudian, dia merasakan guncangan yang cukup hebat. Sepertinya pesawat mengalami turbulensi.

Melirik ke arah kanan, Kaivan sendiri sudah bergetar ketakutan. Bahkan senyum yang dari tadi anak itu tunjukkan tiba-tiba luntur.

Pramugari yang bertugas meminta para penumpang untuk memakai sabuk pengaman mereka. Suasana semakin tak kondusif, saat turbulensi itu ternyata lebih lama dari yang mereka kira.

Seorang penumpang berteriak cukup keras, saat melihat percikan api dari bagian sayap pesawat. Lampu tiba-tiba meredup, Airlangga menarik Kaivan dalam pelukannya.

"Kak, kita nggak akan jatuh kan?" tanya Kaivan yang sudah menangis keras.

"Kita akan selamat," balas Airlangga walau tak yakin. Cowok itu memejamkan matanya, meminta agar ia bisa kembali pulang dengan selamat.

Semoga.

Pesawat itu tiba-tiba menukik tajam, kehilangan kendali dan tak mampu terbang. Sesaat sebelum menghantam permukaan laut, Airlangga terbayang akan wajah Cleo. Bagaimana saat gadis itu tersenyum, bagaimana wajah cerianya saat Airlangga mengajarinya sesuatu. Bagaimana tangisnya gadis itu saat melihat Airlangga terbaring lemah di rumah sakit, meminta dia agar tidak pergi, memintanya agar tak mengikuti olimpiade saat dirinya sakit.

AIRLANGGA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang