23 - Bertemu Michelle

4.8K 499 45
                                    

Happy Reading!

♡▪︎♡▪︎♡

"Ya ampun, cantik banget pacar kamu Ga," puji Michelle senang saat melihat Cleo.

Cleo sendiri yang masih gugup dan takut semakin merapatkan tubuhnya ke Airlangga. "Iya Nek, Airlangga juga ganteng makanya dia nempel terus," sindir Airlangga membuat Cleo langsung mencubit perutnya.

"Kamu nggak perlu takut, Cleo. Airlangga sudah cerita semuanya pada Nenek, dan Nenek senang bahwa Airlangga mendapatkan gadis semanis kamu," ucap Michelle sambil mengode Cleo untuk memeluk dirinya.

Dengan ragu, Cleo melangkah dan membalas pelukan Michelle. "Terimakasih sudah menemani Airlangga akhir-akhir ini ya, Cleo," bisik Michelle tulus membuat cleo mengulum bibirnya, malu.

Michelle mempersilahkan Airlangga dan Cleo untuk duduk, sementara menunggu Kenan berganti baju. "Maaf ya Nenek, Cleo nggak bawa apa-apa ke sini, karena Kak Langga nggak ngasih tau sebelumnya," ucap Cleo merasa malu.

"Nggak papa, Cleo. Nenek ketemu kamu aja udah seneng kok. Saya Michelle Everest, Ibu dari Reynold, ayah Airlangga. Mulai saat ini, saya mau kamu anggap saya sebagai Nenek kamu juga, kamu nggak keberatan kan?"

Cleo menoleh ke Airlangga sebentar meminta jawaban. Cowok itu mengangguk membuat Cleo menghela nafasnya. "Makasih udah nerima Cleo dengan baik, Nek. Senang bisa ketemu sama Nenek."

Dalam hati Cleo sudah memanjatkan puji syukur karena Michelle ternyata bukan modelan Reynold. Setidaknya dia tidak spot jantung jika harus menemui orang seperti Reynold lagi.

"Abang, ayo berangkat!" seru Kenan setelah selesai berganti baju.

Airlangga tersenyum sekilas, lalu berjongkok untuk menggendong Kenan di punggungnya. "Huaaa, Kenan terbang, yuhu!" Kenan berteriak senang, hati Cleo menghangat melihat itu.

Dalam benaknya berpikir, Itu beneran Kak Airlangga?

Sebelum pergi, Michelle memberikan suatu pesan kepada Cleo. Membuat pikiran Cleo menjadi bercabang.

"Cleo terimakasih sudah membantu Airlangga untuk sembuh setelah kepergian Naomi. Sebelum Naomi pergi, dia sudah menceritakan sekilas tentang kamu. Saya hanya berpesan, tolong jaga Airlangga. Kendalikan emosinya ketika dia berhadapan dengan suatu masalah mengenai kedua orang tuanya. Baru kali ini saya melihat Airlangga dekat dengan seorang gadis, saya harap kamu bisa mencintainya sepenuh hati kamu."

"Cita-citanya sederhana, Cleo. Menerbangkan sang burung besi dan membuat Mamanya bangga."

••♡《》♡••

"Abang, nanti habis ke timezone kita beli matcha latte, oke?" pinta Kenan sambil menyeret Airlangga untuk masuk ke dalam mall.

"Iya bocah, nggak usah lari-lari kasian Kak Cleo ketinggalan," ucap Airlangga yang membuat Kenan memelankan jalannya.

Cleo tertawa kecil, melirik Airlangga sekilas lalu kembali memandang mall sekitar. Tak lama mereka sampai di timezone, Airlangga membiarkan Kenan bermain sendirian, sementara dia mengajak Cleo untuk duduk di bangku kecil sambil memesan kopi.

"Lo mau makan apa?" tawar Airlangga yang masih melihat-lihat buku menu.

"Samain aja," jawab Cleo singkat

Airlangga mengangguk, lalu memberikan pesanan mereka pada seorang pelayan. Hening setelah itu, Cleo memusatkan pandangannya pada Kenan yang asyik bermain dengan seorang anak seumurannya.

"Nenek kamu ternyata baik banget ya, Kak," ucap Cleo membuka pembicaraan.

"Hm, dia bahkan milih pulang ke Indonesia setelah Mama nggak ada," jawab Airlangga.

"Cuma dia yang ada waktu gue jatuh Cle, intinya gue nggak mau kehilangan lagi, cukup Mama, bukan Nenek, Kenan, ataupun lo," sambung cowok itu membuat Cleo tertegun.

"Kak--?"

"Thanks udah bantuin gue selama ini, Cle," sela Airlangga memotong Cleo berbicara.

Cleo tersenyum kecil. Mata tajam Airlangga membidik ke ujung kafe, dan langsung saja cowok itu berpindah duduk menjadi di samping Cleo.

"Kak?" Cleo menatap Airlangga bingung.

Airlangga mengode Cleo agar tetap diam, sementara tangannya terulur untuk membuat kepala Cleo bersandar di bahunya. "Ada yang ngawasin kita," bisik Airlangga.

Cleo ingin berbalik namun secepat itu juga Airlangga menahan pinggangnya. "Diem dan nurut sama gue," mendengar ucapan Airlangga, Cleo mengangguk kecil.

"Lo pernah punya pacar, Cle?" tanya Airlangga tiba-tiba.

"Udah sekali, tapi ya namanya manusia, hobi mengecewakan ya Kak," ucapnya sambil terkekeh kecil.

Tangan Airlangga kembali merengkuh pinggang Cleo membuat cewek itu meremang. "Anggap gue juga temen lo, Cle. Seperti lo yang tau segalanya tentang gue, lo juga bisa cerita apapun, yang sekiranya jadi beban buat lo sendiri."

Cleo semakin menyandarkan kepalanya ke bahu Airlangga yang nyaman. "Setelah Ayah meninggal, gue pernah pacaran sekali waktu SMP. Ya bisa dibilang masih cinta monyet sih, tapi gue udah anggep dia rumah, karena gue kehilangan kasih sayang Ayah, gue dapat apa yang hilang lagi dari dia. Ya lo tau endingnya gimana sih, mengecewakan," ujarnya mengingat hal bodoh yang dia lakukan dulu.

"Sesayang-Sayangnya sama manusia, jangan pernah jadiin dia sebagai rumah. Manusia itu dinamis, sedangkan rumah selalu statis. Kalau manusia dijadiin rumah, terus nanti pas lagi lelah atau kangen atau lo butuh, tapi rumahnya pindah atau berubah, jangan kaget," papar Airlangga.

Cleo mencebik kesal. "Penjelasan lo terlalu pusing tapi gue masih paham kok."

"Hm, udah gue bilang kalau belajar fokus buat menyerap materi, bukan kejar nilai," sindir Airlangga mengingat ucapan Cleo tempo hari lalu.

"Huh nyebelin lo!" kesal Cleo lalu beringsut menjauh dari Airlangga.

"Kalau Kakak sendiri, apa pernah ngerasain jatuh cinta?" kini giliran Cleo yang bertanya.

Airlangga menyelami manik coklat Cleo dalam, hampir membuat Cleo lupa cara bernafas. "Gue ketemu seorang gadis bodoh dua tahun lalu, yang entah kenapa gue bisa tertarik sama dia," ucap Airlangga membuat Cleo membuang pandangannya ke arah lain.

Terus manfaatnya jadiin Cleo sebagai pacarnya buat apa kalau hati Kak Langga buat yang lain?

Cleo menggerutu dalam hati. "Terus, lo berhasil buat dia jatuh cinta sama lo?" tanya Cleo mengintimidasi.

Airlangga tertawa kecil. "Gue nggak tahu karena dia nggak pernah sadar perasaan gue ke dia. Dan sialnya, dia mungkin nggak pernah inget siapa gue," lanjutnya.

Ck dasar cowok kaku, kalau ceweknya nggak inget ya mana bisa bilang cinta!

"Berjuang sekali lagi, Kak. Buat dia inget sama lo," ucap Cleo polos membuat Airlangga menahan senyumnya.

"Abang!" Kenan berlari kecil setelah melihat Airlangga dan Cleo yang duduk di kafe sampingnya.

"Kenan, sini," Cleo menepuk bangku di sampingnya mengajak Kenan duduk.

Bocah laki-laki itu mengangguk patuh, dan segera duduk di antara Airlangga dan Cleo. "Abang, matcha latte aku mana," rengek Kenan merasa haus.

"Bentar Abang pesenin," ucap Airlangga.

Kenan menyandarkan tubuhnya ke bahu Cleo. "Capek Kak," keluh Kenan pada Cleo.

"Heh, jangan nyender di pacar Abang," Airlangga yang baru datang langsung menarik Kenan agar menjauh dari Cleo.

Cleo yang melihatnya hanya keheranan, kok jadi posssif sih?

"Kak Clee," rengek Kenan sedikit rewel.

Airlangga ingin protes tapi Cleo mengodenya untuk tetap diam. "Iya sini senderan sama Kak Cleo," kata Cleo sambil menarik Kenan agar lebih dekat dengannya lagi.

"Kak Cleo suapin Kenan ya?" tawar Cleo pada Kenan.

Kenan mengangguk dengan wajah mengantuknya membuat Cleo gemas.

"Kalau Kakaknya bikin jantung gue disko, adiknya pengen gue karungin soalnya gemesin banget."

-Batas Fiksi-

AIRLANGGA [END]Where stories live. Discover now