40 - Say Sorry

4K 422 8
                                    

Happy Reading!

♡•♡•♡

Leandro benar-benar menerima Cleo untuk bekerja di kafe miliknya. Perihal Airlangga yang kemarin datang dan sempat mengacau, Leandro tidak mempermasalahkan itu.

Lonceng pada ujung pintu berbunyi tanda ada pelanggan baru yang masuk. Cleo yang bertugas di area kasir pun menghela nafas lelah, baru saja dirinya beristirahat setelah kepergian pelanggan yang cukup ramai, tapi mereka sudah kedatangan pelanggan baru lagi.

Ternyata lelahnya bekerja seperti ini, Cleo baru merasakannya sekarang walaupun dulu dia sering membantu Davira di toko.

Dari tempatnya duduk, Cleo tidak melihat siapa yang datang. Barulah setelah pelanggan itu ingin membayar, Cleo segera berdiri dan siap melayaninya.

"Cleo?"

"Kak Bara?"

Cleo dan Bara sama-sama mematung selama beberapa saat. Bara ingin bertanya, namun melihat wajah shock Cleo membuatnya urung.

"Cle..." panggil Bara lagi, namun kali ini dengan nada yang lebih lembut.

Cleo menulikan telinga, dan menyibukkan dirinya untuk menghitung jumlah pesanan Bara. Dengan gerakan tangan gugup dan tubuh yang gemetar, gadis itu menerima uang dari Bara dengan menundukkan kepalanya dalam.

"Totalnya lima puluh ribu Kak, ini kembalinya," ucap Cleo dengan dingin.

"Gue perlu ngomong sama lo," tekan Bara yang agaknya mulai kesal dengan Cleo yang sering menghindar.

Semenjak hubungan Cleo dan Airlangga berakhir, Bara justru merasa tidak senang. Karena cowok yang menyandang sebagai leader Calzelions itu melihat Airlangga yang benar-benar berubah.

"Nggak ada yang perlu dibicarain Kak," balas Cleo dengan malas. Untung saja suasana kafe tidak terlalu ramai hingga tak ada orang yang mengantri di kasir.

"Sebentar aja, gue mohon," pinta Bara dengan serius.

"Kalau mau sama dia sebentar nggak papa, Cle. Biar gue yang jagain kerjaan lo di sini," ucap salah seorang bartender yang ada di samping Cleo. Sebut saja namanya Mara.

"Benaran Kak Mara?" tanya Cleo.

Mara mengangguk, mempersilahkan Cleo untuk berbicara dengan Bara.

Kedua anak manusia itu duduk berdampingan di sudut kafe. Ditemani musik melody romance yang terdengar mengalun indah.

"Lo kerja di sini? sejak kapan?" tanya Bara memulai pembicaraan mereka.

Cleo nampak terdiam sesaat sebelum memusatkan pandangannya ke luar kafe. "Ini, hari pertama gue kak," jawab Cleo yang nampaknya mulai terbuka kepada Bara.

"Lo ada masalah sampai harus kerja gini? Airlangga bilang kalau rumah lo kosong, lo pindah apa gimana?"

Bara berdehem canggung melihat keterdiaman Cleo yang nampak kosong. "Sorry kalau ini menyinggung urusan pribadi lo. Tapi, gue, Airlangga dan Calzelions bener-bener khawatir Cle," ungkap Bara sungguh-sungguh.

"Gue pindah rumah, dan maaf udah bikin kalian khawatir Kak," ucap Cleo merasa bersalah.

"Why? Lo punya masalah yang serius? Cerita sama gue, Cle, kali aja gue bisa bantu," ucap Bara yang sudah memancing Cleo untuk bercerita.

Bukan suruhan Airlangga, namun memang keinginan dari diri Bara sendiri. Tak dapat dipungkiri, rasa itu masih ada, dan mungkin akan membutuhkan waktu yang lama untuk hilang.

"Kalau keadaan yang memaksa lo buat jadi cewek yang super power, lo boleh jadi kebaikannya di depan gue. Semua manusia punya sisi lemahnya juga. Kalau lo takut tunjukin itu ke orang lain, lo bisa tunjukin ke gue," sambungnya terdengar serius.

Cleo menarik nafas panjang sebelum kembali menatap Bara sekilas. "Gimana keadaan Kak Langga?" Cleo bertanya pada akhirnya.

Bara tersenyum miris, sebab sekalipun Airlangga tidak ada di sini, dia masih menjadi raja di hati Cleo.

"Dia baik," balas Bara singkat. Saat dirasa Ulu hatinya mendadak nyeri mendengar pertanyaan Cleo.

"Gue pengen minta maaf ke dia kalau dia sakit hati sama ucapan gue kemarin. Tolong Kak, bantu gue buat ngomong sama dia," pinta Cleo dengan manik berkaca-kaca.

"Tante Naomi udah titipin Kak Langga ke gue. Dia percaya kalau gue bisa bahagiain putranya. Tapi apa yang gue lakuin Kak? Gue sakitin dia.... gue tinggalin dia dengan cara kaya gini."

Tumpah sudah tangis Cleo yang sudah gadis itu tahan sedari tadi. Rasanya sesak, sampai Cleo tak sanggup menopang tubuhnya. Wajah gadis itu tenggelam dalam liputan tangannya yang berada di atas meja. Menangis hebat tanpa pelukan penenang dari Airlangga seperti biasa.

"Gue capek," keluh Cleo dengan isakan kecil.

"Gue pengen hidup kaya dulu lagi, where everything was just fine," gumannya dengan lirih.

Tangan Bara bergerak mengusap punggung gadis itu. Tak ada keberanian lebih untuk membawa Cleo dalam dekapannya, walau Bara sebenarnya sangat ingin.

"Dunia emang keras, sok lucu, banyak mau, memaksa dan bajingan," ucap Bara pada Cleo yang masih terisak.

"Ketika langit dan cuaca nggak selalu cantik setiap waktu, lo nggak bisa memaksa buat jadi versi terbaik diri lo setiap hari. Hidup ini cuma tentang lo dan diri lo, dan bertahan sejauh ini adalah salah satu hal hebat. Gue percaya, antara lo dan Airlangga bakalan membaik seiring berjalannya waktu nanti. Gue yang paling tahu Airlangga, dia bakal ngelakuin apapun yang dia mau, termasuk buat dapetin lo kembali," ucap Bara menenangkan walau tak berbohong bahwa saat mengatakan hal itu, sama saja dengan menyakiti dirinya sendiri.

"Thanks Kak Bar, gue nggak tahu harus kaya gini sama siapa. Gue takut Kak Langga benci sama gue, dan gue mohon jangan kasih tahu apapun kondisi gue saat ini sama Kak Langga," pinta Cleo sangat memohon.

"Gue bakalan lakuin apapun, asal lo bahagia Cle."

"Walaupun gue tahu, bukan gue alasan lo bisa bahagia seperti yang lo mau."

••♡《》♡••

Dentuman musik menggema di sebuah klub malam yang tampak ramai. Di sudut bar itu sendiri, terlihat seorang cowok dengan jaket Calzelions yang tampak sudah mabuk berat.

Airlangga, benar, si ketua OSIS SMA Lentera itu.

Ketika hubungannya dengan Cleo berakhir, Airlangga merasa hancur. Dan kembali pada titik terendah dalam hidupnya, Airlangga benci ditinggalkan, sungguh.

Airlangga tahu semua ini bukan kemauan Cleo. Bahkan jika Airlangga berada dalam posisi gadis itu, dia bisa saja lebih membenci karena ulah sang Papa yang bertindak untuk menghancurkan keluarganya.

Airlangga menelungkupkan wajahnya ke meja, tak menghiraukan ramainya suara musik yang masuk ke rungu telinganya.

Cowok itu menangis dalam diam, pikirannya buntu untuk sekedar memikirkan bagaimana Cleo bisa kembali ke sisinya.

"Ga," larut dalam lamunannya. Airlangga tak sadar bahwa disekelilingnya sudah ramai anak-anak Calzelions yang menghampiri mejanya.

Memang pada awalnya, Airlangga berniat untuk ke club sendiri. "Begini ya rasanya punya segalanya tapi enggak dengan keluarga?" gumam Airlangga lirih.

Inti Calzelions mengambil tempat duduk di depan Airlangga. Tak mengangkat suara sedikitpun pada cowok mabuk di depan mereka.

"Gue tadi ketemu Cleo, Ga," ungkap Bara jujur.

Airlangga menegakkan badannya, menatap Bara dengan raut tak terbaca.

"Dia cuma bilang, dia mau minta maaf udah ninggalin lo kaya gini," sambungnya.

"Dia nggak salah, dia nggak pernah salah," lirihnya dengan pilu.

Tapi, yang seharusnya memang sudah berhenti, jangan dipaksa untuk terus berjalan.

-Tbc-

Monmaap updatenya telat hehe:(

Ngurusin anak sebelah soalnya

komen sinii

AIRLANGGA [END]Where stories live. Discover now