49 - After Losing You

4.6K 415 18
                                    

Happy Reading!

••♡《》♡••

Rintik hujan turun semakin deras membasahi bumi, namun tak mengurungkan anak-anak muda yang tengah duduk melingkar di sebuah pusara makam dengan nama Airlangga Cavero Everest.

"Kalau kamu ditanya tentang apa yang kamu takuti selain tuhan, kamu bakal jawab apa?"

"Kehilangan."

"Tetapi ada yang lebih buruk daripada kehilangan itu sendiri."

"Apa?"

"Menjalani hari-hari setelah kehilangan, melepaskan dan mengikhlaskan."

Airlangga dan Cleo, mereka adalah sepasang ingatan yang ingin dilupakan dengan cara mencoba terlihat baik-baik saja.

Duduk termenung, membiarkan pakaiannya basah akan air hujan. Meninggalkan pusara ini, berarti dia sudah tidak bisa bertemu dengan Airlangga selamanya.

Kapal mereka sudah menepi, tinta untuk menulis kisah mereka sudah sampai di tetes terakhir. Bukan berarti, jika Airlangga selesai Cleo juga akan berhenti di titik itu. Bagaimanapun juga, dunia terus berjalan, tak peduli bahwa masih banyak orang yang terbelenggu pada jerat masa lalunya.

"Ayo pulang Cle, hujannya tambah deras, nanti lo bisa sakit," ajak Nadin. Mengusap bahu Cleo yang sudah setengah basah karena terkena hujan.

Gadis itu menggeleng kecil, tetap menatap lekat pahatan wajah Airlangga dalam bingkai foto di dekat nisan.

"Kalau gue pergi, Kak Langga bakalan sendiri di sini, Din. Dia kedinginan sendiri, nggak akan ada yang nemenin dia," balas Cleo dengan parau.

Bara ikut mendekat, sejujurnya dia tak tega melihat keadaan Cleo yang seperti ini. Walaupun mungkin saja dia bisa mengambil hati Cleo lagi, tapi Bara rasa seorang Airlangga masih berada di tahta tertinggi pemilik hati Cleo. Dan Bara sadar diri, bahwa dia tak akan bisa menggantikan posisi Airlangga sampai kapanpun.

"Airlangga udah bahagia di sana sama Mama Naomi, Cle. Lo nggak perlu khawatir," ucapnya menenangkan.

Cleo tetap bersikeras untuk duduk di sini menemani Airlangga. Hingga panggilan seorang anak laki-laki yang berada di belakangnya membuat atensi mereka teralih.

Kenan yang baru saja datang bersama Michelle, menerobos gerimis yang masih mengguyur area pemakaman. Anak laki-laki itu berlari menuju arah Cleo, dan langsung mendekapnya erat.

"Kak Langga nggak akan pulang lagi ya Kak Cle?" tanya Kenan dengan raut wajah sedih.

Cleo menggeleng kecil dalam pelukan Kenan, kembali menumpahkan tangisnya di sana.

"Kata Nenek, Kak Langga pulangnya ke rumah Mama. Tapi, dia masih di sini kok, nemenin kita. Kak Cleo jangan sedih ya? Tadi malam Kenan mimpi Kak Langga, dia bilang kalau Kenan harus jagain Kak Cle, Kakak juga nggak boleh sedih," ucap anak lelaki itu, menyampaikan pesan Airlangga yang datang ke mimpinya semalam.

"Kak Cleo nggak akan sedih," ucap Cleo sedikit yakin.

Kenan mengurai peluknya, menghapus jejak air mata di pipi Cleo. "Nak, ayo pulang," ajak Michelle. Ikut berjongkok di depan makam Airlangga yang masih basah.

"Airlangga nggak akan suka kalau kamu kaya gini. Pulang ya? Biar teman-teman Airlangga yang antar kamu," ucap Michelle.

Baru setelah Michelle mengatakan itu, Cleo baru mau beranjak. Wajahnya yang sembab dan pucat membuat Michelle iba. Wanita itu benar-benar masih terpukul dengan kepergian cucunya.

"Aku bakal ke sini tiap hari, Kak Langga. Aku janji."

••♡《》♡••

Davira mengetuk pelan pintu kamar Cleo. Semenjak inti Calzelions mengantarnya pulang dari area pemakaman, gadis itu sama sekali tak beranjak dari kamarnya.

Tentu Davira merasa khawatir. Wanita itu tak menyangka bahwa Airlangga akan pergi secepat ini, dan dengan cara yang tak pernah dia duga.

"Cleo, Bunda masuk ya? Kamu belum makan dari tadi pagi," izin Davira. Merasa tak ada sahutan, wanita itu pun akhirnya menerobos masuk. Dia menemukan Cleo yang tengah bergelung dalam selimut, mencoba memejamkan matanya namun Cleo tak bisa.

Davira meletakkan nampan berisi makanan di meja belajar milik putrinya. Duduk di samping ranjang lalu mengusap rambut milik Cleo yang lembut.

"Sayang.... makan dulu ya, kamu belum makan dari pagi soalnya," pinta Davira. Sepersekian detik tak ada respon dari Cleo, gadis itu hanya menatap kosong lantai sambil memiringkan tubuhnya.

Davira menghela nafas berat. Kecelakaan itu bukan hanya merenggut nyawa Airlangga, tapi jiwa putrinya juga. Davira memaklumi kondisi Cleo yang masih jauh dari kata baik, wanita itu tau bagaimana rasanya kehilangan seseorang. Apalagi setelah orang itu meninggalnya banyak janji, dan sampai sekarang belum pernah ia tepati.

Termasuk janji Airlangga untuk pulang. Janji untuk mengajak Cleo terbang setelah mendapat seragam pilotnya. Dan janji akan menemani Cleo selamanya.

Setiap perjalanan punya batas, dan inilah akhir dari kisah milik Airlangga. Ikhlas adalah jalan kunci, namun bagi Cleo, hatinya masih belum terlalu kuat untuk bisa menerima itu.

"Bunda tahu kamu sedih, Bunda juga ngerasain hal yang sama ketika tau Airlangga jadi salah satu korban kecelakaan pesawat. Tapi, apa yang kita dapat kalau kita menyiksa diri sendiri, hm? Kehilangan memang bukan sesuatu yang kita mau, dan kita bisa atur sendiri, Cleo. Ada masa dimana kamu berduka namun setelah itu kamu harus janji untuk bisa bangkit."

"Jangan kaya gini, Airlangga pasti nggak akan suka," sambung Davira setelah memberi pesan yang cukup panjang pada putrinya.

"Cleo mau Kak Langga, Bun. Cleo mau dia di sini, kumpul sama kita lagi, berantem soal brownies strawberry. Sampai kapanpun, aku benci laut, aku benci keindahan Samudra yang udah membawa Kak Langga punyaku pergi," ucap gadis itu dengan sedikit penekanan. Benar, dia membenci segala hal yang berkaitan dengan Airlangga. Mulai dari pesawat, laut ataupun medali, ya bukan tanpa alasan kan dia membenci semua itu kan?

"Cleo sadar, Airlangga udah nggak ada di sini. Dia udah pulang sama Bu Naomi sekarang. Dia udah pulang, tapi bukan ke sini lagi," ucap Davira berusaha memberi pengertian.

Cleo beringsut duduk, kembali menjatuhkan tubuhnya dalam pelukan hangat milik Davira.

"Hiks... Bun.. Kenapa harus seperti ini? Kenapa harus Kak Langga yang pergi?" tanya Cleo dengan terisak.

"Yang baik, memang ditakdirkan untuk pergi lebih dulu. Tuhan sayang, Airlangga pasti senang bisa bertemu dengan Bu Naomi lagi."

Cleo meremas ujung spreinya kuat. Bukan, bukan itu jawaban yang dia mau. Kehilangan Airlangga berhasil merenggut kewarasannya, dan yang ingin dia dengar saat ini hanyalah semua hal yang terjadi hari ini adalah mimpi.

"Lalu ninggalin Cleo dan Kenan sendiri di sini? Gimana perasaan Kenan waktu tau kalau Kak Langga pergi, Bun? Cleo lihat sendiri, Kenan berusaha keras buat nggak nangis di depan Cleo. Tapi.. itu justru lebih sakit Bun, dia udah nggak bisa ngerasain kasih sayang seorang Abang."

"Janji sama Bunda, kalau kamu bakal berusaha buat bangkit dari musibah ini," mohon Davira.

Cleo menatap wajah sang Bunda ragu. Dia mungkin perlahan bisa mengikhlaskan Airlangga, tapi untuk melupakan? Dia rasa sampai tua pun nama Airlangga pasti tak akan hilang dari hatinya.

"Kamu harus bahagia, Cleo. Dengan atau pun tanpa kehadiran Airlangga."

-Batas Fiksi-

1 chapter sebelum ending🙏

Btw, selamat menunaikan ibadah puasa ramadhan buat yang menjalankan ya🙏

AIRLANGGA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang