Hyun Kembali Ke Jakarta

46 1 0
                                    

Keheningan pun menyelimuti ruangan, tak ada yang membuka suara lagi setelah Jiwoon berbicara,

Hyun masih terdiam seraya memikirkan keputusan apa yang harus ia ambil, tetap bertahan di sini atau pulang ke rumah bersama mereka. Sampai akhirnya-.

"Kalian tahu kan bagaimana hancurnya aku dulu? Seberapa depresinya aku, sebesar apa luka yang aku terima dulu. Aku hampir gila!!! Dan dengan mudahnya kalian menyuruh aku untuk pulang!?? Aku tahu pasti Om disuruh sama Mama kan untuk jemput aku?"

Bibirnya bergetar, tatapannya kosong, namun ada genangan air di pelupuk mata yang kapan saja Hyun berkedip, maka cairan bening itu akan jatuh menyusuri pipi.

"Hyun, tolong jangan marah dulu! Om hanya kasihan pada Adikmu, dia butuh kamu. Dan untuk masalah Mama kamu, memang benar dia yang menyuruh Om untuk menjemput kamu, tapi Om melakukan ini bukan demi Mama kamu, tapi demi Jung Yoon."

Hyun kembali menatap Jung Yoon yang sama sekali tak bersuara, hanya isak tangis yang terdengar dari mulutnya.

"Hei, kamu kenapa nangis, Yoon?" Hyun merengkuh tubuh Jung Yoon yang duduk di sampingnya, membawa tubuh itu ke dalam pelukannya.

"Maafkan Kakak Yoon, seharusnya Kakak juga memikirkan tentang perasaan kamu, maaf Kakak sudah egois," Jung Yoon menggeleng dalam pelukan sang Kakak.

"Hiks hiks, enggak Kak, lo enggak egois, gue ngerti banget posisi lo pasti sulit. Sorry ya, akhir-akhir ini gue sering nangis, gue cengeng Kak, gue lemah," racaunya.

"Hei, kata siapa kamu lemah!? Kamu kuat, Yoon! Kamu Adik Kakak yang paling kuat. Menangislah, Yoon! Karena tidak semua air mata itu adalah tanda kelemahan. Jangan ditahan ya!"

Jung Yoon pun mengangguk seraya melepas pelukannya.

"Dulu saat Hyun datang ke sini, dia mengalami depresi yang cukup parah, hampir tiga bulan Nenek menemani Hyun berobat ke psikiater. Menurut psikiater Hyun mengalami depresi dan trauma, hati Nenek sangat hancur melihat keadaannya waktu itu, dan dengan semangatnya yang tinggi untuk sembuh, akhirnya Hyun bisa pulih dan bangkit kembali. Dia punya semangat hidup lagi dan memulai kehidupannya kembali, dengan membuka lembaran baru dia di percaya oleh Kakek untuk memimpin perusahaan. Dan satu hal yang harus kamu tahu, Yoon! Kakak kamu itu kuat karena kamu, kamu alasan dia untuk semangat menjalani pengobatan selama tiga bulan, menurut Hyun kamu adalah sumber kekuatan dia untuk bisa sembuh."

Dengan panjang lebar Nenek Min menceritakan tentang perjuangan Hyun melawan penyakit mental yang dialaminya dulu.

"Dan lo tahu gak, Kak? Gue juga mengalami hal yang sama, di saat lo pergi ninggalin rumah, gue udah jarang pulang, gue sering mabuk buat menghilangkan stres gue, dan gue juga berharap nyawa gue juga ikut hilang," Jung Yoon terkekeh sebelum melanjutkan ucapannya, "Gue bodoh banget kan Kak? Gue juga sering bikin keributan di kampus, gue kayak hilang arah. Gue gak punya lagi semangat hidup, hiks hiks."

Mendengar ucapan sang Adik, hati Hyun terasa dicubit kembali, bahkan di remas begitu kuat. Selama ini Adiknya melewati masa-masa sulit tanpa ada sandaran dari keluarga terdekat.

"Dan gue bersyukur, gue masih punya sahabat yang begitu peduli sama gue. David, dia yang selama ini mendukung gue, dia yang selalu ngingetin gue kalau gue salah jalan, dia sering marahin gue kalau gue datang ke apartemen dia dalam keadaan mabuk. Dia yang selalu ada di saat gue butuh tempat untuk curhat, gue juga sering nginep di apartemen dia kalau lagi berantem sama Mama," air mata senantiasa menemani setiap ucapan Jung Yoon.

"Yoon, maafin Kakak ya!?" Ya, lagi-lagi pria itu hanya mampu mengutarakan kata maaf, ia sangat merasa bersalah pada Jung Yoon karena sudah membuat sang Adik berjuang sendirian.

Takdir Cinta (TAMAT)Where stories live. Discover now