Surat Dari Anaya

30 2 2
                                    

Baca sampai akhir ya guys!! Biar gak salah paham 🤭

Keesokan harinya.

Bu Rani tengah duduk sembari termenung di samping ranjang Anaya, ia menatap sendu wajah pucat putrinya yang terlihat begitu damai, seperti tak ingin membuka matanya lagi.

~Maaf Bu, sepertinya Ibu Anaya tidak punya harapan lagi untuk bangun dari komanya! Karena keadaannya yang semakin memburuk. Detak jantungnya hanya bergantung pada alat-alat medis, itu hanya akan menyiksa pasien. Kami sarankan, agar keluarga pasien—mengikhlaskannya~

Satu buliran terjatuh menyusuri pipinya. “Maafkan kami, Nak, kami sudah egois memaksa kamu untuk terus bertahan, hiks hiks.”

Ceklek.

Dengan cepat Bu Rani langsung menyeka air matanya.

“Bu, makan dulu yuk! Ini aku beli makanan. Hana rewel tidak, Bu? Aku sengaja saat jam makan siang mampir ke sini,” ujar Jung Yoon seraya menghampiri Ibu mertuanya. Namun tatapannya tak luput dari wajah cantik Anaya yang masih menutup matanya, dan ia tak pernah lelah berharap. Ia yakin, sebentar lagi Anaya akan segera membuka matanya.

“Nak, Ibu mau bicara penting sama kamu!?” ujar Bu Rani, namun tatapan sendu itu tertuju ke arah wajah Anaya.

Jung Yoon mengernyit, merasa ada yang aneh dengan sikap Ibu mertuanya.

“Ada apa, Bu?” Bu Rani menghela napas panjang sebelum memberikan kabar buruk pada menantunya.
Wanita itu pun menoleh, menatap wajah lelah pria itu, pipinya menirus pun wajah putihnya semakin terlihat pucat. 

“Hiks—tolong ikhlaskan Anaya! Hiks hiks. Dokter bilang Anaya tidak ada harapan untuk bangun—hiks karena keadaannya yang semakin memburuk, hiks hiks.”

Deg.

Keresek berisi makanan yang ia tenteng pun terjatuh ke lantai, pun jantungnya yang juga ikut terjun ke dasar perut. Bukan! Bukan itu kabar yang Jung Yoon harapkan! Melihat Anaya yang tak kunjung bangun saja sudah mematahkan semangat hidupnya, apalagi jika harus mengikhlaskan Anaya pergi untuk selama-lamanya, ia tidak sanggup.

“Tidak mungkin! Aku yakin, pasti Anaya bisa sembuh—hiks,” ia pun menggenggam tangan dingin itu erat.
“Anaya, aku mohon!? Bilang sama Ibu dan dokter, kalau kamu akan segera bangun—aku mohon, Anaya!! Aku mohon!!” racaunya dengan pilu.

“Ibu mohon, Nak. Jangan seperti ini!! Kasihan Anaya, hiks hiks,” pinta Bu Rani sembari terisak.

Seketika Jung Yoon pun teringat sesuatu.

~Jika suatu saat aku harus pergi, tolong baca surat ini~

Tanpa menjawab perkataan Bu Rani, ia langsung pergi meninggalkan ruang rawat Anaya, berniat pulang ke rumahnya untuk mengambil surat itu yang tersimpan rapi di dalam laci nakas kamarnya.

Setelah sampai di rumah, Jung Yoon berlari dengan lunglai, sesekali ia akan berhenti sejenak untuk sekadar meraup oksigen. Langkahnya seketika melemah saat sudah sampai di dalam kamarnya. Berkali-kali ia menghela napas, menahan sesak yang mengimpit dada. Ia mengambil surat itu di dalam laci nakas, membukanya dengan tangan yang bergetar.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Takdir Cinta (TAMAT)Where stories live. Discover now