Pindah Ke Jakarta

30 1 0
                                    

"Anaya, bagaimana kalau Ibumu di rawat di Jakarta saja!?" usul Nyonya Kim.
Karena ia merasa iba pada Anaya dan keluarga, bagaimana pun Anaya harus kembali ke Jakarta, ia punya tanggung jawab sebagai pegawai restoran Nyonya Kim.

Anaya berpikir sejenak, mempertimbangkan usulan dari Nyonya Kim.

"Tapi bagaimana dengan Adrian? Saya tidak tega kalau harus meninggalkan Adrian sendirian di sini," jujur, sekarang Anaya merasa dilema.

Sebenarnya Anaya sangat ingin membawa Ibunya ke Jakarta, agar ia bisa merawat Ibunya, tapi di sisi lain Anaya tidak tega pada Adiknya.

"Tidak apa-apa Teh, kan masih ada Bibi Fatma. Nanti Adrian tinggal sama Bibi Fatma," sela Adrian yang sedari tadi hanya diam menyimak, mendengar pembicaraan Anaya dan Nyonya Kim.

"Tapi Nak, Ibu tidak tega sama kamu. Nanti yang ada kamu malah merepotkan Bibi kamu," sahut Bu Rani yang tengah terbaring di ranjang rumah sakit.

"Ya sudah, begini saja. Bagaimana kalau kamu juga pindah sekolah ke Jakarta!? Nanti saya akan carikan rumah untuk kalian, agar tidak merepotkan sepupu kamu. Bagaimana, apa kalian setuju?"

Nyonya Kim menengahi dengan memberikan bantuan pada keluarga Bu Rani.
Bukan tanpa alasan, dengan memberi saran seperti itu ia bisa berdekatan dengan putranya, Adrian.
Dan anggap saja ini adalah cara ia untuk menebus semua kesalahannya pada Adrian, meskipun ia tak yakin jika semua kebaikannya bisa menebus semua dosanya pada Adrian. Setidaknya ia sudah berusaha untuk memperbaiki masa lalunya di masa sekarang.

"Tapi Nyonya, itu berlebihan! Nyonya sudah sangat baik mau membayar operasi Ibu saya, dan sekarang Nyonya mau membelikan kami rumah!? Maaf Nyonya saya tidak bisa menerimanya," tolak Anaya dengan sopan.

"Tapi Anaya, saya ikhlas membantu kalian. Anggap saja ini pertolongan dari Tuhan tapi melalui saya. Saya mohon, tolong terima ya!?" bujuk Nyonya Kim dengan menyatukan kedua tangannya di depan wajah.

"Nyonya, saya mohon jangan seperti ini," Anaya benar-benar tak enak hati untuk menerima semua kebaikan dari Nyonya Kim. Lalu Nyonya Kim menoleh ke arah Bu Rani dan Adrian.

"Bu Rani, Adrian, tolong bantu saya untuk membujuk Anaya!? Dan saya juga akan membiayai sekolah Adrian di Jakarta. Jadi, kalian tidak perlu memikirkan biaya sekolah Adrian."

Mendengar ucapan dari Nyonya Kim membuat Bu Rani sekeluarga kaget dibuatnya. Sebenarnya ada apa ini? Mengapa wanita ini begitu baik pada keluarga mereka? Pertanyaan itu lah yang tengah menggelayuti pikiran mereka saat ini.

"Kenapa Anda begitu baik pada keluarga saya?" tanya Adrian dengan alis yang menyatu.

Nyonya Kim tersentak mendengar pertanyaan dari Adrian. Ia pun mendadak gelagapan, matanya menatap tak tentu arah.

"S-saya, saya hanya ingin melakukan kewajiban saya sebagai manusia. Saya kan tadi sudah bilang, anggap saja ini pertolongan dari Tuhan!" dengan sangat hati-hati ia menjelaskan alasan dari kebaikannya.

"Aku harus hati-hati! Jangan sampai mereka curiga," batinnya sembari menundukkan kepala.

“Tapi Nyonya—"

"Saya mohon, Anaya!? Tolong terima tawaran dari saya!? Tidak baik jika menolak rezeki dari Tuhan!" runtuh sudah pertahanan Anaya dan keluarga, jika sudah menyangkut nama Tuhan mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Dengan berat hati Anaya dan keluarga pun hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Terima kasih, Anaya," saking senangnya Nyonya Kim langsung memeluk Anaya, memejamkan mata untuk meluapkan rasa bahagianya. Dan Anaya hanya membalas pelukan dari Nyonya Kim, meskipun hatinya masih sedikit ragu.

"Terima kasih Tuhan, Kau mau memberikan kesempatan padaku untuk memperbaiki kesalahanku di masa lalu," batin Nyonya Kim.

Nyonya Kim melepaskan pelukannya lalu menoleh ke arah Bu Rani dan Adrian.
"Terima kasih ya Bu, Adrian, kalian sudah mau menerima tawaran dari saya!?" ucapnya dengan senyum yang mengembang.

"Seharusnya kita yang berterima kasih pada Anda," balas Bu Rani sembari tersenyum simpul.

"Kenapa aku merasa ada yang aneh ya dari sikap Ibu ini!?" batin Adrian seraya menelisik ekspresi Nyonya Kim.

***

Singkat cerita, mereka sudah berada di rumah sakit Jakarta, setelah mengurus perpindahan sekolah Adrian dan pindah perawatan Bu Rani, mereka langsung kembali ke Jakarta.

"Anaya, Adrian, untuk sementara waktu kalian tidur di rumah sakit dulu ya! Nanti besok saya akan antar kalian ke rumah baru kalian. Dan untuk Adrian nanti besok saya juga akan mengantar kamu untuk daftar ke sekolah baru, kebetulan anak saya juga sekolah di sana, jadi kalian bisa berteman."

Mendengar penuturan dari Nyonya Kim membuat Anaya begitu bersyukur pada Tuhan, ia sudah dipertemukan dengan malaikat berwujud manusia. Tangan gadis itu pun menggenggam lembut kedua tangan Nyonya Kim.

"Sekali lagi terima kasih banyak ya, atas kebaikan Nyonya pada keluarga saya, semoga Tuhan membalas berlipat-lipat ganda."

Wanita itu tersenyum hangat mendengar doa yang terdengar begitu tulus dari mulut Anaya.

"Amin..terima kasih ya atas doanya!?"
Gadis itu pun mengangguk, "Iya Nyonya."

Sedangkan Bu Rani dan Adrian hanya mengulas senyum.

Nyonya Kim memegang bahu Anaya.
"Kamu juga jangan khawatir, saya tidak akan memotong gaji kamu, karena tidak masuk dua hari."

Anaya tersentak mendengar penuturan dari bosnya. "Tapi Nyonya, itu kan sudah menjadi peraturan. Sebagai karyawan baru jika mengambil cuti akan ada potongan gaji," kebaikan apa lagi ini? Anaya dan keluarganya dibuat geleng-geleng oleh kebaikan Nyonya Kim.

"Tidak apa, anggap saja itu bonus untuk kinerja kamu selama sebulan. Dan, tidak ada penolakan! Atau kamu saya pecat!!" Nyonya Kim terkekeh di akhir kalimatnya.

Anaya yang ingin menolak pun langsung bungkam dibuatnya. Anaya hanya mengangguk lesu sebagai jawaban.

Ternyata menyenangkan juga mempunyai kuasa. Ia bisa menggunakan posisinya untuk menjalankan rencananya. Itulah yang ada dipikiran Nyonya Kim.

********

Bersambung

********

Takdir Cinta (TAMAT)Where stories live. Discover now