Mendambakan Kehadiran Buah Hati

9 2 0
                                    

Lima bulan kemudian.

Jung Yoon menunggu dengan gusar di depan pintu kamar mandi.
"Nay, udah belum sayang?" seru Jung Yoon dari balik pintu.

"Iya bentar, Oppa!" dan 10 detik kemudian pintu kamar mandi itu terbuka menampakkan wajah datar Anaya sambil memegang testpack yang di mana Jung Yoon belum tahu hasilnya positif atau negatif.

"Gimana? Kamu hamil kan?" wajah berbinar-binar Jung Yoon yang memancarkan penuh harapan itu luntur seketika saat melihat buliran air terjatuh dari pelupuk mata Anaya.

"Lho, Nay. Kamu kenapa nangis?" tumpah sudah tangis Anaya dalam pelukan sang suami.

"Hiks hiks, maafin aku, Oppa. Hasilnya masih negatif, hiks hiks," jujur Jung Yoon merasa kecewa dengan hasilnya. Namun apalah daya jika Tuhan belum mempercayai mereka, Jung Yoon hanya bisa sabar.

Ia juga tidak mau menambah beban pada Anaya, pasti masalah ini akan menjadi beban tersendiri bagi Anaya. Karena saat mereka periksa kesuburan masing-masing, Anaya lah yang sedikit memiliki masalah dalam kesuburannya. Bahkan Anaya pernah meminta cerai pada Jung Yoon karena merasa tidak berguna menjadi seorang istri.

"Sstt kamu gak boleh sedih ya! Mungkin Allah belum percaya sama kita, aku yakin suatu saat nanti kita pasti akan di beri kepercayaan sama Allah, udah ya kamu jangan sedih lagi, kita baru lima bulan ini, kan?" Jung Yoon memeluk serta mencium kening Anaya dengan sayang.

"T-tapi, Oppa--."

"Udah! Gak ada tapi-tapian ya, Nay. Aku gak mau kamu ngomongnya ngelantur kemana-mana!!" dan Anaya hanya mengangguk patuh dalam dekapan sang suami.

***

Tiga tahun kemudian.

Anaya tengah bersembunyi di balik tembok pembatas antara ruang tamu dan ruang tengah rumahnya, ia tengah menguping pembicaraan suami dan Ibu mertua. Mendengarkan setiap perkataan dari Ibu mertuanya yang sering kali menyuruh suaminya untuk menceraikannya dan menikah lagi dengan wanita lain.

“Dulu Mama masih bisa sabar saat kamu pindah agama hanya untuk menikahi dia! Dan sekarang kamu menyuruh Mama untuk sabar lagi menunggu Anaya hamil!? Ini sudah tiga tahun, Jung Yoon!! Untuk apa kamu mempertahankan istri yang tidak bisa memberikan kamu keturunan!?” rahang Jung Yoon mengeras seraya tangannya mengepal kuat hingga buku-buku jari tangannya memutih. Jika saja Anaya tak menyuruhnya untuk selalu menghormati Ibunya, ia sudah membentak wanita yang selama tiga tahun ini selalu menyuruhnya untuk berpisah dengan sang istri.

“Cukup Ma! Cukup!!! Aku sudah muak dengan sikap Mama. Aku menyesal dulu percaya kalau Mama sudah berubah! Dan dengan bodohnya aku meninggalkan Anaya selama satu tahun hanya untuk memenuhi syarat dari Mama, sampai aku hampir kehilangan Anaya karena dia pernah salah paham pada Jihan. Mama selalu egois. Aku tidak akan pernah menceraikan Anaya! Aku tidak peduli meskipun aku tidak memiliki anak sama sekali. Jadi stop, menyuruh aku untuk berpisah dengan Anaya! Karena itu tidak akan pernah terjadi! Lebih baik Mama pulang saja! Aku mau istirahat,” putus Jung Yoon dengan tegas. Pria itu pun melangkah pergi meninggalkan sang Ibu yang terperangah.

“Jangan bodoh, Jung Yoon! Jung Yoon, dengarkan Mama dulu!? Jung Yoon!? Jung Yoon!?” teriak Nyonya Min, namun Jung Yoon sama sekali tak mengindahkannya.

Anaya pun bergegas untuk pergi sebelum Jung Yoon melihatnya, namun sayang, ia malah menyenggol guci yang ada di atas lemari pajangan.

Pyar.

“Astagfirullah, hiks,” baru saja Anaya berniat membereskan pecahan guci itu, pergerakannya ditahan oleh Jung Yoon.

“Anaya, kamu tidak apa-apa sayang? Kok gucinya bisa pecah, hm?” tanya Jung Yoon khawatir, namun pria itu mengernyit saat melihat Anaya tengah terisak.

“Nay? Kamu kenapa nangis!?” tanya Jung Yoon sambil menangkup wajah Anaya. Namun Anaya tak berani menatap wajah sang suami, ia pun hanya menggelengkan kepalanya.

“Kamu dengar perkataan Mama, ya!? Maafin Mama aku ya!? Tapi kamu tidak usah khawatir! Apa pun yang terjadi, aku tidak akan pernah meninggalkan kamu, sayang,” Jung Yoon menarik tubuh Anaya ke dalam pelukannya, tangannya mengusap-usap lembut punggung sempit itu. Sedangkan Anaya masih terus menangis sedih.

Anaya sering kali berada di titik terendah kepercayaan dirinya, membuatnya berkali-kali menyuruh sang suami untuk menuruti permintaan sang Ibu mertua. Namun, semua itu selalu berakhir dengan Jung Yoon yang marah besar padanya. Bukannya Anaya tak mencintai suaminya, namun keadaan yang memaksa dia untuk melakukan hal yang paling di benci oleh Tuhan.

Mereka sudah melakukan berbagai ikhtiar, namun hasilnya tetap nihil. Maka dari itu Anaya tidak pernah lagi mau mengecek kesuburannya ke dokter, ia pikir itu hanya akan menambah rasa sakit jika usahanya tidak membuahkan hasil.

Jung Yoon pernah mengajaknya untuk mengadopsi anak, namun Anaya menolaknya. Ia pikir, Jung Yoon itu sehat dan punya harapan untuk memiliki keturunan dari benihnya sendiri.

“Maafkan aku, aku istri tidak berguna. Hiks hiks,” lirihnya dalam pelukan Jung Yoon.

“Sttt kamu tidak boleh bicara seperti itu! Kamu selalu spesial di mata aku. Udah ya! Jangan dengerin omongan Mama! Aku sangat mencintai kamu, Nay. Aku gak peduli lagi tentang anak, kita serahkan saja semuanya sama Allah! Jadi stop, nyuruh aku untuk pergi dari kamu!” Anaya pun menggeleng seraya melepaskan pelukannya.

“Tapi aku peduli, Oppa! Kamu berhak mendapatkan wanita yang lebih baik dari aku!”

“Nay, tolong, jangan lagi!” tangan Jung Yoon berusaha untuk menangkup wajah Anaya, namun dengan cepat Anaya menepisnya.

“—Oppa, ayo kita cer—akh. Shh ughh sakithh,” rintih Anaya sambil meremas perutnya.

Dengan cepat Jung Yoon langsung memegang tubuh Anaya. “Sayang, kamu kenapa?”

“Sshh—uggh sakithh hhh—Oppa, tolong!?” tanpa berpikir panjang, Jung Yoon langsung menggendong Anaya ala brideal style menuju mobil.

“Tahan ya sayang, sebentar lagi kita sampai!” Jung Yoon membiarkan Anaya meremas sebelah tangannya dengan kuat, sementara ia harus tetap fokus pada jalanan agar bisa sampai ke rumah sakit dengan selamat.
“Akuhh gak kuathh—Oppa, hiks sakithh—banget hiks,” rintih Anaya.

Jung Yoon menunggu di depan ruang UGD dengan gusar, harap-harap cemas menunggu dokter selesai memeriksa keadaan istrinya, ia berharap semoga tidak terjadi sesuatu pada Anaya.

********

Bersambung

********

Takdir Cinta (TAMAT)Where stories live. Discover now