Kabar Baik Dan Kabar Buruk

11 2 0
                                    

Setelah mendapatkan penanganan dengan cepat, akhirnya rasa sakit di perut Anaya mulai mereda.

"Dok, sebenarnya istri saya sakit apa?" dengan harap-harap cemas Jung Yoon menunggu jawaban dari dokter yang terlihat seperti akan memberikan kabar buruk padanya.

Dokter pun menghela napas sebelum memberi tahu kondisi Anaya.

"Jadi begini, melihat kondisi istri Anda yang tidak memungkinkan untuk terus mempertahankan kehamilannya, saya sarankan untuk menggugurkan janin demi keselamatan istri Anda!"

Deg.

"Apa? Istri saya hamil? Dan harus digugurkan!? Memangnya istri saya kenapa, dok?" tanya Jung Yoon bingung disertai tegang.

"Huh, jadi Anda belum tahu kalau istri Anda sedang hamil? Terus, Anda juga belum tahu tentang istri Anda mengidap penyakit kanker rahim?" bagai di sambar petir di siang bolong, Jung Yoon mematung di tempat. Ia pun menggeleng seraya menjatuhkan air mata.

"Tidak! Tindak mungkin! Anda pasti bohong kan, dok!? Istri saya tidak mungkin mengidap penyakit kanker!!" racaunya pilu.

"Maaf Pak, saya hanya memberikan informasi tentang hasil dari pemeriksaan saya. Karena kanker istri Anda sudah memasuki stadium 2B dan tidak bisa melakukan radioterapi dan kemo, jika istri Anda dalam keadaan hamil, karena itu akan berisiko pada janin," Jelas sang dokter.

"Apa tidak ada cara lain, dok? Agar keduanya bisa selamat?" tanya Jung Yoon dengan penuh harapan.

"Maaf, tidak ada, Pak! Tapi kami serahkan semua keputusan pada Anda dan istri Anda,!?"

***

~Oh Tuhan kucinta dia, berikan lah aku hidup, takkan ku sakiti dia, hukum aku bila terjadi~

🎶(Sampai menutup mata - Acha Septriasa)🎶

Usia kandungan Anaya sudah memasuki tujuh bulan, Anaya bersikukuh untuk tetap mempertahankan kehamilannya, meski nyawa ia taruhannya.

"Sayang? Anak kita kan perempuan, aku mau kasih dia nama Min Hana Samra Kanzia, yang artinya perempuan yang membawa kebahagiaan dan pejuang keras dengan hati yang lembut. Aku berharap, semoga nama itu bisa menjadi doa untuk anak kita," ujar Jung Yoon dengan senyum yang tak luput dari wajahnya.

"Woah, bagus sekali sayang, nama dan artinya. Aku setuju," balas Anaya dengan semringah.

Jung Yoon pun menarik tubuh Anaya ke dalam pelukannya.

"Makasih ya sayang, kamu udah mau bertahan sama aku, aku takut, takut kehilangan kamu, Nay. Aku tidak sanggup kalau harus hidup tanpa kamu," Anaya pun mengusap-usap punggung suaminya.

"Aku tidak akan ke mana-mana, sayang," Anaya mengurai pelukannya lalu membelai wajah tampan suaminya, menatap wajah itu dengan lekat sambil menikmati pahatan sempurna wajah milik pria yang sudah berhasil membuatnya jatuh hati.

Kemudian Jung Yoon menyatukan dahi mereka, memejamkan mata sambil menikmati hangatnya tubuh Anaya, yang entah kenapa selalu berhasil membuat dirinya merasakan ketenangan.

"Aku sangat mencintai kamu, sayang," bisiknya sebelum mengecup bibir tipis Anaya. Hanya sebuah kecupan tanpa ada nafsu di sana.

"Ya Allah, hamba mohon! Tolong beri hamba hidup lebih lama lagi untuk menemani suami hamba dan mengurus anak hamba kelak saat dia sudah lahir. Jika Engkau tak mengizinkan, tolong selamatkan janin yang ada di kandungan hamba! Jika sesuatu terjadi pada hamba. Hamba rela menukar nyawa hamba demi menghadirkan anak hamba lahir ke dunia," batin Anaya sendu.

Anaya pun mengambil sepucuk surat dari bawah bantal, lalu memberikannya pada Jung Yoon.

"Apa ini, sayang?" tanya Jung Yoon dengan dahi yang mengerut.

Anaya tertunduk seraya menghela napas, kemudian menatap sendu wajah suaminya.

"—Sayang, jika suatu saat aku harus pergi, tolong baca surat ini!?"

Pria itu pun menggeleng brutal.

"Tidak sayang! kamu ngomong apa sih? Kamu pasti bisa sembuh! Aku sudah menghubungi dokter yang ada di Singapura untuk menjalani pengobatan kamu."

"Tidak, aku tidak mau membahayakan anak aku!" bantah Anaya.

"Anaya, aku mohon!?" lirihnya penuh putus asa.

"Aku mohon, Oppa. Hiks Jangan paksa aku untuk melakukan kemo atau apa pun itu! Hiks hiks Aku tidak mau kehilangan anak kita!" pinta Anaya dengan pilu.

Jung Yoon juga tidak mau kehilangan calon bayinya. Tapi ia juga tidak mau jika harus kehilangan Anaya. Sungguh situasi yang sangat sulit bagi Jung Yoon.

"Maafkan aku, Nay. Aku hanya tidak mau kehilangan kamu," Anaya pun menggenggam tangan besar itu untuk memberikan keyakinan jika semuanya akan baik-baik saja, jikalau pun semuanya tak seperti yang diharapkan, ia akan menerimanya dengan lapang dada.

"Sayang, kamu harus percaya bahwa semua yang terjadi di dunia ini itu sudah kehendak Allah, yang ditetapkan dalam kehidupan kita semua itu pasti yang terbaik untuk hamba-Nya. Dan kita sebagai manusia hanya bertugas untuk menerimanya dengan hati yang ikhlas, insya Allah semuanya akan terasa ringan," Jung Yoon hanya mengangguk samar dalam tunduk.

"Ya Allah, hamba mohon, jangan sampai hamba membaca surat itu!?" batin Jung Yoon seraya buliran air terjatuh dari pelupuk mata.

Ikutin terus sampai tamat ya guys, agar kalian tidak salah paham pada cerita ini..pokonya harus baca sampai tamat, titik😆
Terima kasih❤️🤗

********

Bersambung

********


Takdir Cinta (TAMAT)Where stories live. Discover now