Bab 4

762 185 13
                                    

Raif sedikit tersenyum, di atas kursi meja kerja dikamarnya, Raif tengah membaca beberapa kertas yang sudah dibuat rapi berisikan biodata lengkap seseorang. Ya, beberapa hari ini ia terus membaca dan memahami isi CV milik perempuan yang kemarin ia ajak taaruf.

Kalina, menurut Raif nama bagus, wajahnya memang asing walau Amar bilang jika saat kecil mereka selalu bertemu. Bahkan, Raif saja tidak ingat siapa Adnan, laki-laki yang katanya dulu teman masa kecilnya.

Raif membaca detail setiap kata yang tersusun rapi, mulai dari data diri, gambaran fisik, riwayat pendidikan, catatan prestasi, layaknya CV pada umumnya, tetapi lebih detail karena terdapat gambaran diri, aktivitas sehari-hari, profil keluarga, visi dan misi pernikahan hingga kriteria pasangan dan rencana pasca nikah.

Semua sudah Raif baca dengan teliti, ia juga diberikan nomor Adnan untuk bertanya-tanya soal Kalina, begitupun Kalina yang sudah dihubungi oleh uminya. Dan hari ini, rencananya mereka akan bertemu seperti suruhan Ayu. Tenang, keduanya ditemani oleh Ayu juga Raaida.

"Mas, udah mau jam sepuluh ini, ayo berangkat, nanti telat."

Di sisi lain, Kalina keluar dari kamar dengan keadaan sudah siap, gadis itu memegang kaos kaki ditangannya dan duduk di sofa ruang tamu. Gadis itu agak gugup, bagaimanapun ia hari ini sendiri, Adnan juga Hasan tidak bisa menemaninya karena mereka harus bekerja.

Ah iya, kalian pasti bertanya-tanya bagaimana Kalina ketika sudah tau jika Raif adalah orang yang dijodohkan dengannya. Tentu, Kalina awalnya merasa kaget, tidak menyangka jika laki-laki itu adalah Raif.

Bagaimana tidak? Kalina tentu saja tahu siapa Raif. Video laki-laki itu sering kali muncul diberandanya, seperti yang kalian tahu, Kalina baru saja mulai berhijrah tiga bulan lalu, ia memang sedang gencar-gencarnya mencari hal-hal baik ketika membuka ponsel. Harus seperti itu, kan?

Kalina juga jadi agak minder, ayolah, seorang Raif, maksudnya—Raif Althaf Hasan? Bohong jika Kalina tidak merasa amat senang karena itu. Tetapi, Kalina harus banyak berpikir, apalagi dengan berita satu bulan lalu, Kalina pasti tahu itu.

Selama bertukar pesan dengan uminya Raif, Kalina ingin sekali bertanya soal berita satu bulan lalu, dan saat memeriksa sosial media laki-laki itu, akunnya memang terlihat tidak aktif.

Kalina menghela napas, seakan tersadar dari lamunannya, gadis itu menggeleng. Ia melihat jam dinding lalu membulatkan matanya. "Astagfirullah, mau jam sepuluh?! Bisa telat aku!" Gadis itu segera memakai kaos kakinya dan keluar dari rumah.

Ia mengunci pintu rumah, lalu menatap pantulan dirinya di jendela yang berada di samping pintu setelah memakai sepatu, memastikan jika tunik juga rok yang dipakainya rapi. Setelah itu, ia berjalan keluar pagar, membuka ponselnya dan segera memesan transportasi online, ia akan menunggu di depan kompleks rumahnya.

Hari ini, Ayu mengajak mereka bertemu di salah satu pusat perbelanjaan yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumah Kalina, entah kenapa Ayu memilih disana, Kalina hanya mengiyakan saja ajakan wanita itu.

Tidak perlu waktu lama, kini, Kalina sudah berada di depan pusat perbelanjaan itu setelah turun dari taksi online-nya. Gadis itu segera membuka kembali ponselnya, mengirimkan pesan jika ia baru saja sampai.

"Mereka di lantai satu," gumam Kalina, lalu melangkahkan kakinya masuk. Kalina melihat sekeliling, mencari petunjuk tempat yang diberi tahu oleh Ayu, lalu tersenyum kecil kala matanya menangkap keberadaan tiga orang yang dicarinya.

Ia tidak segera mendatangi mereka. Kalina terdiam, jantungnya tiba-tiba saja berdegup kencang, sungguh, gugup sekali rasanya. Namun, beberapa detik kemudian Kalina menghela napas, kakinya lagi-lagi melangkah, kini, mendekati mereka.

RALINAWhere stories live. Discover now