Bab 8

825 180 22
                                    

"Kal, Mas mau tahajud, mau ikut nggak?" Suara itu membuat Kalina terbangun dari alam bawah sadarnya, gadis itu langsung memaksa matanya untuk terbuka dan melihat Raif yang berada disampingnya, sepertinya laki-laki itu juga baru saja terbangun. "Udah mau setengah tiga, mau ikut salat tahajud nggak?" Ulang Raif setelah melihat Kalina terbangun.

Kalina berdiam sebentar, lalu ikut mendudukan dirinya seperti Raif dan mengangguk. "Oke, tunggu dulu sebentar, Mas, ngumpulin nyawa," katanya lemah lalu mulai meregangkan otot-ototnya yang kaku karena tertidur. "Mas Raif belum ambil wudu, kan? Mas duluan aja, aku yang siapin alat salatnya." Lanjutnya sembari tersenyum.

Raif membalas senyuman itu, lalu ia segera mengangguk dan turun dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi, sedang Kalina langsung berdiri dan menyiapkan alat salat mereka yang sebenarnya sudah berada di atas meja karena bekas salat isya kemarin.

Kemarin malam, Raif dan Kalina habiskan untuk mengobrol banyak, pasangan yang baru saja menikah itu membahas banyak hal, rencana mereka kedepannya, hingga hal-hal sensitif yang sepertinya hanya mereka yang boleh mengetahuinya. Itu adalah hal penting, karena kedepannya yang akan melewatinya adalah mereka.

Kalina selesai menyiapkan alat salat mereka, bertepatan dengan Raif yang keluar dari kamar mandi dengan wajah wajah yang masih basah karena air wudu. "Ayo, ambil wudu sana," suruh Raif ketika sudah berada di dekat istrinya, Kalina mengangguk lalu segera menyusul mensucikan dirinya juga.

Setelah Kalina mengambil wudu, mereka salat berjamaah dengan khusyuk. Raif dan Kalina salat berjamaah untuk pertama kalinya saat ini, dan itu sungguh membuat hati keduanya menghangat dan merasa sangat bahagia.

Raif membalikkan tubuhnya ketika baru selesai memanjatkan doa, laki-laki itu tersenyum kecil lalu mendekat ke arah Kalina sudah menunduk lemah, ia tahu, istrinya itu merasa ngantuk. Mau bagaimanapun, kemarin mereka mengobrol hingga malam larut sekali, tadinya Raif merasa tidak enak membangunkan istrinya, tetapi, mengajak gadis didepannya ini melakukan hal baik, mengapa tidak?

"Ngantuk?" tanya Raif yang sukses membuat Kalina langsung meneggakan kepalanya, laki-laki itu terkekeh melihat ekspresi istrinya, lalu segera mengubah posisinya menjadi duduk didepan Kalina.

Bukan menjawab pertanyaan Raif, Kalina malah mengambil tangan suaminya itu untuk disalami dengan khidmat, membuat Raif kembali merekahkan senyumannya lalu agak berdiri dan mengecup kening Kalina, untuk pertama kalinya, dan ya, itu sukses membuat kantuk Kalina sedikit hilang karena jantungnya berdebar kencang.

Indah, sungguh indah. Kesunyian sepertiga malam ini menjadi saksi bisu pasangan yang baru halal ini saling menatap hangat walau sedikit canggung.

"Aku jarang banget salat tahajud, Mas. Salat subuh aja kadang telat padahal udah digedorin kamar sama Mas Adnan atau Ayah," ucap Kalina jujur. "Enggak tau kenapa, kayak susah banget buat bangun malem buat tahajud tuh."

Raif mengangguk. "Iya, Mas ngerti," balasnya. "Cuma tau kan, Kal? Banyak banget keutamaan salat sepertiga malam ini. Dan Mas sebagai suami kamu, mempunyai kewajiban untuk membuat istri Mas ini melakukan hal-hal yang Allah suka."

"Ayo buat keluarga kita ini indah, Kal. Dengan kerja sama dalam ketakwaan, ayo jadiin tujuan hidup kita adalah akhirat biar keluarga yang kita bangun ini bahagia dan disukai Allah, ayo saling bantu dan saling mengingatkan ke arah hal-hal yang Allah suka itu," tutur lembut Raif, sembari mengusap pipi Kalina tak kalah lembut dengan senyuman yang tidak luntur dari wajahnya.

Kalina tersenyum. "Mas Raif tau nggak? Dari awal, aku tuh kagum banget sama Mas, aku ngerasa kalau Allah itu baik dengan mendatangkan orang seperti Mas ke dalam hidup aku," katanya, "Dan sekarang, aku mau terus bersyukur sama Allah karena itu."

RALINAWhere stories live. Discover now