Bab 16

935 143 130
                                    

"Jangan nakal, nanti Abi yang jemput kamu ya." Raaida mengangguk, setelah mendengar Raif berbicara seperti itu, gadis kecil yang sudah rapi dengan seragam putih merahnya itu segera memeluk Kalina yang ada di sampingnya erat.

Setelah menyalami Kalina, Raaida bergerak mendekati Raif yang ada di kursi kemudi dan menyalami tangan kakaknya itu. "Semangat sekolahnya, semoga jadi anak pinter, baik, salehah pokoknya," ucapnya sembari mengusap pipi adiknya lembut sebelum Raaida pamit dan segera keluar dari mobil Raif yang terparkir didepan sekolah.

Setelah Raaida masuk ke dalam lingkungan sekolah dan tidak terlihat lagi oleh Raif maupun Kalina, bukannya segera menyalakan mesin dan melajukan mobilnya kembali, Raif malah diam, membuat Kalina mengerutkan keningnya dan segera bertanya, "Mas Raif nungguin apa lagi?"

"Nungguin kamu lah, Kal," jawab Raif langsung, laki-laki itu mengubah posisi duduknya dan menatap wajah istrinya yang masih terlihat bingung. "Ini kamu mau sampai rumah nanti disana, kah? Nggak mau duduk samping suaminya?"

Kalina yang menyadari itu langsung terkekeh. "Ya Allah, aku kira apa loh Mas, langsung bilang dong, 'Kalina, sini pindah duduknya samping Mas' gitu," katanya lalu segera keluar dari mobil dan kembali masuk dan duduk di samping Raif, karena tadi ia berada di kursi penumpang bersama Raaida.

Raif tersenyum, lalu segera bergerak memasangkan sabuk pengaman untuk istrinya dengan cepat, Kalina menahan napas, apalagi setelah selesai, Raif mengecup pipi Kalina dan berbisik, "Masya Allah, cantik banget." Setelah melihat Kalina sebentar.

Setelah Raif kembali ke posisinya, Kalina menghela napas panjang, perempuan itu melihat Raif yang masih tersenyum menatapnya tetapi kemudian terkekeh. "Nggak usah gugup gitu loh, Kal ... kayak baru sekali dua kali aja," ucapnya seakan menyadari jika baru saja Kalina salah tingkah karenanya.

"Ya tetep aja, Mas," cicit Kalina memutus tatapan keduanya. Raif hanya kembali terkekeh, lalu segera melajukan mobilnya kembali menyapa jalanan.

Pagi ini, Kalina dan Raif memang mengantarkan Raaida ke sekolah, sekalian mereka pulang sedekah semalam menginap di kediaman orang tua Raif. Kalina menghela napas, perempuan itu menyandarkan punggungnya ke jok lalu menatap Raif terlihat fokus menyetir.

Mobil Raif menyapu jalanan dengan lancar, hingga, "Mas, aku heran deh," ucap Kalina tiba-tiba, perempuan itu tidak memutus tatapannya pada sang suami sehingga bisa melihat Raif yang segera melihat ke arahnya sebentar dengan mengerutkan kening.

"Heran kenapa?" tanya Raif. "Heran suami kamu ganteng, kah?"

Kalina meneggakan tubuhnya, memasang wajah malas dan menggeleng. "Mas Raif kenapa narsis banget, deh?" katanya yang dihadiahi kekehan Raif lagi. "Aku cuma heran, kenapa Mas Raif ajak aku liburan? Tiba-tiba banget gitu? Mana dari kemarin malem ditanyain mau kemana Masnya enggak jawab lagi."

"Oalah itu," kata Raif. "Mas bukan nggak jawab, ya, orang dari kemarin kamu bareng Raaida, bisa-bisanya malah tidur bareng Raaida kemarin." Lanjutnya dengan nada merajuk.

"Ya Allah Mas, aku ketiduran, lagian aku kebangun disamping Mas kok, Mas Raif ini masa cemburu sama adiknya sendiri?" balas Kalina. "Jadi, kenapa tiba-tiba ajak liburan? Padahal kemarin-kemarin kan kita setuju buat tunda liburan setelah nikah."

Memang benar, setelah menikah, Adnan memang menyarankan Raif dan Kalina untuk berlibur, tetapi karena saat itu mereka masih disibukkan dengan urusan setelah menikah mereka, keduanya sepakat untuk menunda itu.

"Kemarin Mas ngobrol sama Abi, Abi nyaranin itu," kata Raif. "Ah iya, Mas juga sebenernya di undang ke acara nikahan kakak tingkat Mas diluar kota, jadi bisa sekalian kan." Laki-laki itu melihat ke arah Kalina lagi lalu tersenyum.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 03, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RALINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang