Bab 14

739 147 17
                                    

"Mbak Kalina!" Kalina tersenyum, sedari perempuan itu diluar dan melihat Raaida dijendela kafenya, ia sudah melepaskan apron yang ia gunakan. Kini, gadis kecil berusia tujuh itu sudah berada didepannya. "Assalamualaikum, Mbak cantik." Gadis itu terdengar sangat ceria, lalu menyalami tangan Kalina.

Kalina menjawab salam, lalu ia mengedarkan kepalanya dan melihat sosok Raif dari jendela yang berada diluar, mengembangkan senyumannya dan berdecak saat Raif malah menggodanya dengan mengedipkan satu mata.

"Pasti Raaida." Raaida menoleh, juga Kalina yang kini mengubah atensinya kepada Indah, perempuan dua puluh sembilan yang kini sudah mendekat ke arah mereka. "Jemput Mbakmu, ya? Cantik banget sih," ucap Indah melanjutkan sembari mengusap pipi Raaida.

Raaida mengangguk, seraya mengucapkan terima kasih dan berkenalan dengan Indah. Sore ini, Raif memang mengajak Raaida untuk menjemputnya. Sudah hampir tiga minggu mereka menikah, dan hari ini pasangan itu akan berkunjung ke rumah orang tua Raif setelah kemarin mereka menginap di rumah orang tua Kalina.

Tiga minggu yang tidak berjalan begitu saja, Kalina dan Raif banyak melewati banyak hal, mereka sama-sama belajar, saling mengerti dan sekarang, mereka sangat baik-baik saja. Sikap keduanya yang sama-sama canggung kini berganti nyaman, keduanya menjalani pernikahan dengan sangat baik dan bahagia tiga minggu ini.

"Mau berangkat sekarang? Apa kamu mau Mbak bikinin minum dulu?" tanya Kalina pada Raaida, perempuan itu tersenyum lalu bergerak membenarkan jilbab yang adik iparnya itu kenakan.

Raaida menggeleng. "Ayo langsung berangkat aja, Mbak. Umi udah nunggu di rumah," jawabnya lalu mengambil tangan Kalina. Setelah mereka berpamitan pada Indah, Raaida memegang tangan Kalina, keduanya sama-sama keluar dari kafe yang lumayan ramai itu.

"Assalamualaikum, Mas." Kalina kini sudah berada di dekat Raif, perempuan itu menyalami Raif yang baru saja tersenyum dan menjawab salamnya. "Mau langsung ke rumah Umi, baju ganti aku yang tadi pagi disiapin udah Mas bawa, kan?"

Raif mengangguk. "Udah, Kal. Udah aku taruh di rumah malah," jawabnya, lalu mereka berjalan ke arah mobil. "Ra, kamu dibelakang ya?" Raif melihat Raaida saat mereka akan masuk.

"Iya, Mas. Sama Mbak Kalina." Gadis kecil itu mengangguk semangat.

"Ya enggaklah, Mbakmu ya duduknya di sebelah Mas," ucap Raif dengan raut wajah menggoda sang adik, sukses membuat wajah Raaida berubah seketika dan protes pada kakaknya itu. Kalina menggeleng, buru-buru ia menggenggam kembali tangan sang adik ipar.

"Iya, Mbak sama kamu kok," ucapnya tersenyum, lalu Kalina menunduk dan berbisik, "Biar Mas Raif sendirian, ya?" Yang langsung membuat Raaida kembali tersenyum cerah.

Lalu, Raaida mengangguk dan segera masuk ke dalam mobil dengan, sedang Kalina, perempuan itu mendekati Raif, memegang lengan atas laki-laki itu dan berucap, "Masa Mas mau berantem sama adik Mas yang masih tujuh tahun?" Lalu terkekeh dan segera menyusul Raaida.

Setelah Raif ikut masuk, ia segera menyalakan mesin mobil dan mengendarainya ke rumah orang tuanya. Sebenarnya, tadi Kalina meminta agar dia pulang ke rumah orang tua sang suami sendiri saja, mengingat Raif sudah berada disana, tetapi Raif bersikeras untuk menjemputnya seperti biasa.

Waktu berjalan, kini Raaida sudah keluar dari mobil dan membukakan pagar dengan semangat, Raif segera memasukkan mobilnya ke pekarangan rumah, tersenyum saat melihat Ayu yang sudah menunggu mereka didepan pintu.

"Assalamualaikum, Umi." Kalina segera mendekati Ayu saat sudah turun dari mobil, perempuan itu langsung menyalami Ayu yang membalasnya dengan memeluk.

"Kangen banget Umi," ucap Ayu setelah menjawab salam Kalina, lalu melepaskan pelukannya dan menatap Kalina intens. "Raif baik, kan, sama kamu?" Selidiknya lalu melihat Raif yang kini berjalan mendekati mereka juga.

RALINAWhere stories live. Discover now