Bab 7

800 192 17
                                    

Acara sudah selesai sedari sebelum zuhur tadi, kini, Kalina sudah berganti baju dengan gamis putih dengan hijab instan berwarna krem, ia baru saja keluar dari kamarnya setelah menyimpan mukena karena tadi ikut salat berjamaah bersama keluarga besar lainnya.

Benar, walaupun acara pernikahannya sudah selesai. Terlihat masih banyak saudara-saudara Kalina juga Raif dirumahnya itu, bisa dibilang acaranya kini adalah acara keluarga, rumah Hasan yang biasanya sepi kini terdengar sangat ramai, apalagi dengan adanya beberapa anak-anak yang tidak pernah berhenti berceloteh riang.

Mata Kalina menangkap sosok Raif yang kini mendekatinya, begitupun Raif, laki-laki yang masih mengenakan setelan rapi itu segera tersenyum setelah melihat istrinya. Ah, Kalina lihat, Raif selalu tersenyum hari ini, ia senang.

"Kal," sapa Raif setelah hampir dekat dengan Kalina.

Kalina menghentikan langkahnya. "Oh, Mas Raif mau ganti baju, ya?" Ia langsung menangkap Raif yang membawa sebuah paper bag yang ia tebak berisi baju. "K-kamar saya yang ini, Mas ganti baju disana aja, ada kamar mandinya kok." Lanjutnya menunjuk kamarnya dengan canggung.

Raif mengangguk, ia memperlihatkan senyumannya lagi pada sang istri. "Makasih, ya," katanya sembari berlalu, setelah memegang lengan atasnya lembut.

"Wah." Kalina menahan napas, lalu memegang dadanya sendiri, merasakan jantungnya yang begitu cepat berdetak padahal hanya mengobrol seperti itu saja dengan Raif. Gadis itu segera menggeleng, lalu melanjutkan langkahnya.

Saat berada di tengah rumah, mata Kalina kini memperhatikan semua, terlihat banyak orang dengan aktifitas mereka masing-masing. "Umi," gumam Kalina, saat melihat Ayu yang tengah duduk di meja makan bersama Raaida juga salah satu tantenya sembari mengobrol. Ia langsung saja melangkah mendekati mereka.

Saat Kalina sudah dekat, terlihat tantenya yang langsung berdiri karena dipanggil oleh salah satu sepupunya, kini hanya tersisa Ayu dan Raaida disana. "Mbak Kalina!" Belum saja Kalina sampai, Raaida yang melihatnya bersuara, membuat Ayu segera menoleh dan tersenyum kala melihat menantunya itu.

Kalina membalas senyuman itu, lalu mendudukan diri di samping Ayu. "Lagi apa, Mi?" tanyanya, sebab Kalina baru menyadari jika Ayu memegang sebuah jarum dan benang ditangannya.

"Ini, kancing baju ganti Raaida copot dua, Mbak." Bukan Ayu, tetapi Raaida yang membalas ucapan Kalina. Gadis itu memperlihatkan baju yang ada di tangan kanan juga kancing yang tercopot ditangan kirinya. "Baju Raaida soalnya kena es krim, jadi harus diganti."

"Oalah." Kalina mengangguk mengerti, lalu melihat Ayu yang terlihat kesusahan memasukkan benang ke dalam jarum. "Sini, Mi. Sama Kalina aja," katanya lalu segera menyodorkan tangannya untuk meminta jarum dan benang itu pada Ayu.

Ayu tersenyum, dengan senang hati ia memberikan jarum dan benang ditangannya pada sang menantu. "Sini, Ra, biar Mbak jahitin kancing kamu, kamu kesana aja, lagi pada main lego tuh." Lalu Kalina mengambil baju dan kancing dari Raaida dan menunjuk para sepupu dan keponakannya yang masih kecil, meminta Raaida bergabung ikut agar mereka saling kenal juga.

Kini, Kalina sudah fokus menjahit kancing adik iparnya itu setelah memasukkan benang ke dalam jarum dengan cepat. Ayu yang memperhatikannya tentu saja tidak bisa menyembunyikan senyumannya, perempuan itu mengusap punggung sang menantu dengan lembut dan berucap, "Makasih, ya, Nak."

"Enggak apa-apa kok, Mi. Cuma kancing ini," balas Kalina tersenyum dengan masih fokus dengan jahitannya. "Oh, iya, Umi udah makan?" Lanjutnya bertanya perhatian.

Ayu mengangguk. "Udah, tadi barengan Raaida, Abi sama Ayahmu juga, sekarang enggak tau kemana mereka, kalau udah ketemu pasti ada aja obrolannya," jawabnya yang membuat keduanya terkekeh. "Kamu sama Raif udah makan juga, kan?"

RALINAWo Geschichten leben. Entdecke jetzt