Bab 9

758 175 12
                                    

"Apa mau lebih lama disini?" tanya Raif saat Kalina baru saja masuk ke dalam mobil, kini, mobilnya sudah berada di luar gerbang, dengan Hasan dan Adnan yang berada di dekat sana, memperhatikan mereka.

Raif bertanya sebab ia melihat Kalina menangis sedari pamit tadi. Raif mengerti, istrinya itu pasti merasa sedih karena harus berpisah dengan ayah serta kakaknya. "Kalau kamu ngerasa mau lebih lama disini, Mas nggak apa-apa kok, Kal," ucap Raif lagi, memegang tangan Kalina yang kini sudah menghapus air matanya.

"Eh, enggak usah, Mas, aku emang agak cengeng aja, maaf ya," balas Kalina yang sudah tenang, ia menggeleng. "Lagian kita masih deket kok sama Ayah dan Mas Adnan." Lanjutnya lalu tersenyum. Memang, jarak rumah mereka nantinya tidak terlalu jauh dengan rumah Kalina dan Raif saat ini.

Raif tersenyum, tangannya kini bergerak mengelus pucuk kepala istrinya yang tertutup jilbab berwarna biru tua, lalu mengangguk. "Makasih ya, Kal? Bismillah, kita pasti bisa jalanin semuanya setelah ini," tuturnya, lalu membuka kaca mobil, sekali lagi pamit pada Hasan dan Adnan.

Setelah itu, mobil Raif melaju, seperti rencana mereka, kini mereka akan ke rumah orang tua Raif terlebih dahulu. "Oh iya, Mas," kata Kalina memecah keheningan, gadis itu meneggakan tubuhnya lalu menatap Raif. "Mas Raif nggak apa-apa, kan?" Lanjutnya yang sukses membuat Raif mengerutkan kening.

"Emang Mas kenapa?" Bingung Raif.

Kalina menghela napas. "Aku liat berita tentang Mas hari ini," lirihnya, "Mas nggak usah dengerin kata orang, ya?"

Raif mengerti sekarang, laki-laki itu menatap istrinya sebentar, lalu mengamit tangan Kalina dengan tangan kirinya. "Udah biasa kok, Mas nggak apa-apa, justru—" Ia menggantung ucapannya. "Mas mau minta maaf sama kamu, maaf ya?"

Kalina menggeleng kuat. "Enggak usah, Mas. Aku ngerti kok keadaan Mas gimana, makanya aku mastiin kalau Mas nggak apa-apa," katanya, "Sekarang Mas punya aku, Mas boleh ceritain apapun ke aku, jadi Mas pasti nggak gampang, kan?"

Raif menghela napas. "Mau gimana pun, ya, Kal. Jalan ini Mas sendiri yang pilih, jadi ya mau gimana lagi?" katanya lirih. "Mas pasti bakalan cerita ke kamu, apapun itu, cuma untuk hal ini, kamu nggak usah ikut pikirin, ya, Kal? Mas nggak apa-apa kok, kayak yang Mas bilang ... Mas udah biasa."

Setelah pembicaraan itu, mereka kembali hening, sama-sama fokus pada pikiran masing-masing. Hingga tanpa terasa, mereka telah sampai di kediaman Amar dan Ayu. Ya, mereka benar-benar saling diam selama hampir sepuluh menit, bukan karena apa-apa, mereka hanya belum terbiasa menghadapi hal-hal seperti ini.

"Udah sampe," lirih Kalina, lalu segera melepaskan sabuk pengamannya dan melihat Raif. "Maaf ya, kita malah jadi canggung gara-gara pembahasan tadi, aku nggak tau juga mau ngomong apa sama Mas tadi."

Raif hanya mengangguk, memberikan senyum terbaiknya dan mengelus pucuk kepala Kalina lembut. "Enggak usah minta maaf," katanya, "lagian ... kenapa dari tadi pembicaraan kita tentang maaf terus?" Lanjutnya lalu terkekeh. "Udah, ayo turun, Umi pasti udah nunggu."

Saat mereka turun dari mobil, terlihat Raaida berlari ke arah mereka dengan ceria, Raif meringis. "Kebiasaan loh, lari-larian," ucapnya, tetapi ia tersenyum saat Raaida menyalami tangannya dengan ceria, bergantian dengan Kalina.

"Ayo masuk!" Raaida memegang tangan Kalina, lalu mengajaknya masuk dengan menggandeng kakak iparnya itu, meninggalkan Raif yang menghela napas melihat mereka. Ini, ia ditinggalkan begitu saja?

"Assalamualaikum," salam Kalina, ini adalah pertama kalinya ia menginjakkan kaki di rumah orang tua Raif setelah menikah, hatinya tiba-tiba senang ketika disambut oleh Ayu dan Amar yang terlihat tak kalah senang.

"Kirain enggak jadi kesini," kata Ayu setelah tangannya Kalina di salami, lalu melihat ke belakang, Raif baru saja masuk saat ini. "Hari ini kalian nginep aja, ya? Biar besok pagi aja pindahannya, istirahat dulu disini." Lanjutnya yang membuat Kalina langsung menoleh menatap suaminya.

Raif nampak berpikir sebentar lalu mengangguk. "Iya, nginep aja deh, Mi. Biar besok pagi Mas sama Kalina bisa langsung ke rumah kita, sekalian ada beberapa barang yang harus dibawa sama dibeli juga, nggak apa-apa kan, Kal?"

Kalina tentu saja mengangguk. "Iya, nggak apa-apa, Mas." Dan langsung disambut senang oleh Ayu juga Amar, jangan lupakan Raaida yang baru saja memekik kegirangan juga.

"Ya udah, ayo sini duduk, nanti kita masak buat makan malam, ya? Umi juga masih banyak camilan nih." Antusias Ayu lalu mengajak anak-anaknya itu duduk di ruang tengah. Akhirnya, hampir satu jam, mereka habiskan untuk mengobrol banyak, dan saat waktu sudah menunjukkan pukul dua siang, barulah mereka selesai karena Ayu harus menyiapkan Raaida yang akan mengaji.

"Kalau mau ke kamar, duluan aja, Kal. Kamar Mas yang paling ujung," bisik Raif, karena Kalina saat ini hanya diam sedang Raif dan Amar mengobrol. Akhirnya, Kalina mengangguk, gadis itu segera berdiri dan berpamit sopan pada mertuanya sebelum melenggang ke kamar sang suami.

Kalina segera menaiki tangga dan berjalan ke kamar Raif, tidak perlu bingung karena kamar Raif memang berada di ruangan paling ujung. Perlahan, ia membuka kamar berpintu coklat itu, membuat netranya langsung melihat kamar rapi bernuansa putih dan abu-abu, memberi salam, Kalina pun masuk ke dalam ruangan itu.

Kalina melihat sekitar, lalu memilih mendudukan dirinya di kursi didepan meja Raif di ujung kamar dekat rak, senyuman Kalina terbit saat ia menyingkap gorden jendela kamar Raif yang gampang ia raih, cahaya siang menuju sore yang cerah langsung masuk ke kamar suaminya itu.

Namun, beberapa detik kemudian, Kalina menghela napas, gadis itu segera mengambil ponsel yang ia taruh di saku gamisnya, lalu tak lama, ia sudah fokus pada benda pipihnya itu.

Kalina menghela napas perlahan, jika kalian menebak yang Kalina lihat adalah berita Raif, kalian benar. Kalina tidak menyangka jika dengan Raif mengeposkan foto pernikahan mereka kemarin—walaupun sosok Kalina tidak terlihat—berita yang ada sejak pagi ini begitu banyak dibicarakan.

Memang, Raif memintanya untuk tidak memikirkan hal ini. Tetapi Kalina tidak bisa, ayolah, yang dijadikan pembicaraan banyak orang saat ini adalah suaminya, dan letak masalahnya, ada banyak berita tidak mengenakan juga yang Kalina lihat, itu yang paling dibicarakan.

Bohong jika Kalina tidak kepikiran.

Walaupun hatinya sudah menolak membaca berita tersebut, otak dan jari Kalina tidak bisa berhenti untuk membaca berita tentang suaminya itu. Dan ya, ternyata membacanya adalah hal yang menyesakkan.

"Bisa-bisanya Mas Raif bilang dia nggak apa-apa?" gumam Kalina lemas, gadis itu menyandarkan badannya pada gagang kursi, lalu lagi-lagi menghela napas dalam, ia kini termenung.

Memang, yang menjadikan adanya berita tidak mengenakan itu adalah karena Raif menikah setelah tiga bulan lalu ia gagal menikah, dan bagi Kalina—setelah ia memastikan kenapa suaminya gagal menikah sebelumnya—itu bukanlah hal yang salah, kan?

Tanpa Kalina sadari, Raif yang baru saja masuk kini mendekat ke arahnya, laki-laki itu melihat istrinya yang tengah melamun sembari menatap kosong jendela dengan lemas, juga ponsel di tangannya. Karena posisi Raif di belakang Kalina, Raif bisa melihat isi ponsel istrinya itu.

"Kal?" Tidak, kenapa suara Raif terdengar dingin sekarang? Dan ya, Kalina tersadar karena suara itu.

Dengan kaget, Kalina langsung menatap ke belakang, gadis itu buru-buru menutup layar ponselnya dan berdiri menghadap Raif yang kini menatapnya. Raif menghela napas lirih, lalu menunduk dan kembali menatap Kalina, tetapi kini, tatapannya berbeda. Kalina bingung, kenapa tatapan Raif terlihat sedih sekarang?

Kedua tangan Raif kini bergerak memegang kedua lengan atas Kalina dengan lembut, tangan kanannya mengelus lembut lengan atas istrinya itu, dengan tatapan mereka yang masih belum terputus.

"Jangan buat Mas merasa bersalah, Kal ...." tutur Raif.

"Jangan buat Mas merasa bersalah karena Mas buat kamu ngerasa sedih."

Bersambung

Mohon maaf bila ada kesalahan🙏🏻
Terima kasih sudah membaca part ini, jangan lupa tekan tombol vote jika kamu suka♡

RALINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang