Bab 15

691 140 23
                                    

"Loh, Abi udah dateng ternyata." Kalina dan Ayu yang baru saja keluar dari kamar Raaida kini sudah berada di ruang tengah, mendengar suara mesin mobil milik Amar yang menandakan jika kepala keluarga rumah ini sudah datang. Ayu segera melangkahkan kakinya ke dekat pintu setelah mesin mobil terdengar di matikan, tak lama, Amar datang dengan kantung belanjaan yang sudah Ayu pesan.

"Assalamualaikum." Salam ayah mertua Kalina itu, tersenyum lalu mengulurkan tangannya yang sudah di minta Ayu. Kalina mengerti sekarang, melihat Amar yang langsung mengecup tangan Ayu setelah Ayu mencium tangannya, Raif melakukan hal sama juga, dan ya, kemiripan itu terlihat sangat jelas, antara Raif dan abinya.

Kini, berganti Kalina yang mencium tangan sang ayah mertua. "Masya Allah menantu Abi udah ada juga ternyata, gimana kabarnya, Nak? Raif baik sama kamu, kan?" Amar dengan hangat mengusap bahu Kalina.

"Alhamdulillah, Abi. Kabar Kalina baik, Abi juga insya Allah baik terus ya." Senyuman sudah terbit di wajahnya sedari tadi. "Alhamdulillah Mas Raif selalu baik, harus gitu, kan, Abi?" Lanjutnya dengan nada ceria yang dibalas kekehan dan anggukan mantap dari Amar.

"Ya udah, ayo masuk, Abi langsung bersih-bersih aja, ya? Sini belanjaannya, Umi sama Kalina mau masak makan malem," ucap Ayu setelah itu, lalu mengambil kantung belanjaan yang di serahkan oleh suaminya. "Oh iya, Raaida sama Raif ada di kamar Raaida, lagi ngerjain PR, ya, Bi." Setelah berkata seperti itu, Ayu mengajak Kalina ke dapur setelah Amar mengiyakan.

Ibu dan menantunya itu segera mengeksekusi bahan-bahan setelah sampai di dapur, mereka sepakat akan mengolah ayam yang tadi di beli Amar menjadi sebuah ayam goreng, sebuah permintaan dari si kecil Raaida.

"Kal, Raif gimana?" Kalina yang baru saja membersihkan ayam di wastafel kini melihat Ayu, ibu mertuanya itu bertanya sembari mengolah beberapa bahan yang akan digunakan.

Kalina tersenyum. "Mas Raif baik, Mi," jawabnya singkat, segera berjalan dan berdiri di samping Ayu. "Umi nggak perlu khawatir, Mas Raif bener-bener jadi suami yang baik buat aku kok, ngajarin aku, pokoknya paket lengkap." Lanjutnya lalu memeluk Ayu dengan satu tangannya.

"Umi malah agak kaget kalian deketnya cepet banget, alhamdulillah. Umi pikir kalian bakal butuh lebih banyak waktu buat saling kenal dan jadi deket, persis kayak Umi sama Abi dulu, karena dulu kita juga dijodohin," kekeh Ayu. "Eh kalian dari awal Umi dateng malah udah nempel mulu, dasar pengantin baru."

Kalian ikut terkekeh. "Kalina juga pikir Mas Raif tuh kaku orangnya, Mi. Eh malah Mas Raif yang buat kita nggak canggung," balasnya, tangannya dengan telaten membantu Ayu membumbui ayam yang baru saja dicuci tadi.

Keadaan hening setelah itu, keduanya sama-sama fokus menyiapkan masakan mereka, hingga Ayu yang sebenarnya sedari tadi memperhatikan Kalina, membuka suara, "Umi nggak pernah nyinggung soal ini, mungkin kamu juga nggak nyaman ... masalah Raif, emm—beberapa waktu lalu Umi liat berita Raif, kamu nggak apa-apa, kan, Nak?"

Kalina terdiam sejenak, lalu segera menggeleng dan tersenyum membalas tatapan ibu mertuanya itu. "Kalina tau Umi pasti khawatir, semuanya pasti gitu, tapi aku nggak apa-apa kok, Mi," jawabnya, lalu mendekatkan dirinya pada Ayu dan berbisik, "Umi kalau bahas ini deket Mas Raif, pasti Mas Raif sedih, nggak apa-apa kok." Dengan halus.

"Suamimu itu pinter banget nyembunyiin apa-apa sendirian, Umi kadang sedih pas Raif bilang enggak mau yang lain ikutan sedih, padahal yang paling ngerasain ya dia," katanya lalu melihat Kalina lekat. "Umi sebenernya kurang yakin waktu Abi bilang kalau mau mencoba menjodohkan kalian, eh ternyata memang jalan jodoh kalian kayak gitu, Alhamdulillah ...."

Kalina membalas tatapan Ayu bingung, kurang yakin?

Seakan tahu kebingungan Kalina, Ayu tersenyum. "Umi mau cerita, boleh?" tanyanya yang langsung diangguki Kalina. "Ini ada sangkut pautnya dengan kejadian Raif yang batal menikah, Umi tau pasti kamu udah tau cerita ini dari Raif sendiri, Umi cuma mau jelasin dari sudut pandang Umi, Nak ...."

Ayu mulai bercerita, "Semenjak Husna tiba-tiba datang bilang kalau dia nggak bisa lanjutin pernikahan ke Umi, Umi tau Raif kacau banget, dia keliatan sedih, apalagi berita yang nyebar dimana-mana soal mereka, Umi nggak tau karena apa, Husna tiba-tiba bilang nggak siap padahal acara khitbah udah dilaksain dan tanggal pernikahan udah ada—" Menghela napas, Ayu segera beristigfar lalu menggeleng. "Pokoknya gitu, tiba-tiba dua minggu kemudian Abi cerita kalau dia tadi ngobrol sama temennya."

"Sebenernya Abi sama Ayahmu itu cuma kebetulan kepikiran buat jodohin kalian, waktu bilang Umi, Abi bilang kalau coba aja, eh pasti Abi ngobrol sama Raif, ternyata Raif setuju buat ajak kamu taaruf, dan kamu pun nggak menolak, ternyata jalannya Allah kayak gitu buat kalian."

Ayu menatap Kalina, menantunya itu terlihat fokus mendengarkannya, dengan tangannya yang lihai membantunya memasak, wanita itu tersenyum. "Doa Umi selalu yang terbaik buat kalian," katanya.

Kalina ikut tersenyum. "Makasih, Umi."

Keduanya kembali fokus memasak sembari membahas banyak hal, hingga tanpa terasa, hidangan hampir siap, dengan Kalina yang berniat mengambil sebuah mangkuk untuk tumis yang ia masak juga, tetapi urung karena tiba-tiba saja Raif muncul di sampingnya dengan mangkuk kosong di tangannya.

Kalina terkesiap. "Astagfirullah, Mas! Ngagetin," kagetnya yang langsung membuat Raif terkekeh dan meminta maaf setelahnya.

"Kamu ini Mas, masuk tuh ya bilang-bilang, jangan ngagetin orang," ucap Ayu sembari melihat anaknya, wanita itu menggeleng lalu kembali berucap, "Kaget loh istri kamu itu."

"Iya, Umi, maaf-maaf ...." Raif tersenyum membalas uminya. "Sini, biar sama Mas aja." Lalu, tangannya bergerak mengambil spatula yang ada ditangan istrinya, laki-laki itu langsung memindahkan sayur dari penggorengan dengan Kalina yang diam memperhatikannya.

"Kalian dari tadi fokus banget masak sambil ngobrol, Mas dari tadi di deket kalian loh, ada lima menit," kata Raif yang kini membawa masakan umi dan istrinya ke meja makan.

Ayu hanya menggeleng. "Raaidanya sama siapa? Udah selesai ngerjain PR-nya?" tanyanya pada Raif, mengingat tadi Raif bersama Raaida.

Raif menggeleng. "Belum, Mi. Justru Mas kesini karena Raaida enggak mau dibantu Mas, jadi sama Abi sekarang dia," jawabnya. "Ini biar Mas aja yang sajiin sama siap-siapinnya, Kal ... kamu belum bersih-bersih, kan? Bersih-bersih dulu aja, udah itu makan, nanti salat magrib berjamaah aja disini."

Ayu lagi-lagi tersenyum. "Umi juga mau bersih-bersih dulu deh, tolong ditata yang rapi ya, Mas," ucapnya lalu meninggalkan Kalina dan Raif yang membalas ucapannya dengan anggukan.

Kalina masih diam, ia kini malah fokus memperhatikan suaminya yang tengah menyiapkan meja makan, sampai Raif menatapnya dan mengerutkan kening. "Kenapa masih disini, hm? Mau Mas temenin, kah?" tanyanya yang langsung membuat ia tersadar. Raif terkekeh. "Nggak usah diliatin terus gitu, Mas 'kan udah bilang, Mas nggak akan habis kok." Lanjutnya membuat Kalina mengerlingkan mata.

"Terserah Mas Raif aja," balas Kalina. "Aku mau ke kamar, tolong yang rapi ya, Mas, makasih." Lanjutnya lalu segera melangkahkan kakinya menjauhi Raif.

"Eh, Kal, tunggu deh!"

Baru beberapa langkah, Kalina membalikkan badannya dan melihat Raif. "Apa?"

"Kalau Mas ajak liburan, mau nggak kamu?"

Bersambung

Mohon maaf bila ada kesalahan🙏🏻
Terima kasih sudah membaca part ini, jangan lupa tekan tombol vote jika kamu suka♡

RALINAWhere stories live. Discover now