Bab 12

674 146 17
                                    

"Makasih ya, Mas. Assalamualaikum." Kalina yang baru saja berbicara terlihat menjauhkan ponsel dari telinga, perempuan itu baru saja memutuskan panggilan dari Raif yang memang sedang berada di luar rumah untuk suatu urusan, karena Kalina menitipkan beberapa belanjaan pada suaminya itu, jadi tadi Raif meneleponnya.

Tiga hari sudah berlalu sejak ia dan Raif tinggal berdua di rumah ini, selama itu mereka benar-benar disibukkan oleh urusan rumah baru mereka. Hari masih menunjukkan pukul sepuluh pagi, Kalina baru saja membersihkan rumah setelah mengecek pekerjaannya tadi, karena kafe buku dan rumahnya sekarang memang agak jauh, jadi Kalina memutuskan hanya seminggu dua kali ia kesana, atas saran Raif bahkan ayah dan kakaknya juga, lagi pula, Kalina mempunyai orang terpecaya yaitu Indah untuk mengurus kafe peninggalan ibunya itu.

Belum seminggu sejak Kalina dan Raif sah menjadi suami istri, kini keduanya sedang menikmati waktu berdua mereka untuk lebih saling mengenal, maupun Raif dan Kalina benar-benar memanfaatkan itu untuk menjadi lebih dekat, walaupun beberapa kali mereka masih merasa canggung, tetapi keduanya mulai nyaman satu sama lain.

Kalina semakin kesini jadi mengerti jika Raif adalah orang yang cerah, tidak kaku seperti pikirannya pertama kali mereka bertemu, Raif mempunyai sifat yang hampir sama dengan kakaknya, Adnan. Raif adalah orang yang perhatian, bisa membawa suasana bagus, walaupun sedikit menyebalkan jika sudah merayu Kalina. Ah, Kalina tidak mengerti kenapa Raif seperti itu, tetapi satu hal yang pasti, walaupun begitu, Kalina menyukainya.

Kadang, Kalina masih tidak percaya jika kini ia adalah istri dari seorang Raif Althaf Hasan, benar-benar tidak menyangka jika laki-laki terkenal itu adalah orang yang setiap hari bersamanya sekarang. Kalina senang, sangat senang.

Kalina juga jadi banyak belajar, Raif benar-benar membimbingnya dengan baik selama kurang dari seminggu ini, pembicaraan laki-laki itu yang kadang menjadi ilmu baru yang Kalina ketahui, bahkan Kalina kini sudah tidak ragu bertanya tentang apapun pada Raif.

Dan seterusnya, Kalina akan begitu, ia akan selalu belajar apapun jika itu adalah hal baik untuknya, Raif juga begitu. Keduanya sedang menata jalan pernikahan mereka seperti apa yang diharapkan, baik dan di ridhai Allah.

Kalina kini melangkahkan kakinya ke ruang tengah, perempuan itu memilih menunggu suaminya disana, karena saat mereka melakukan sambungan telepon tadi, Raif sudah akan pulang. Setelah mendudukan diri di sofa, Kalina kembali menyalakan ponselnya, membuka aplikasi pesan dan tersenyum saat melihat ternyata ada pesan masuk dari Adnan beberapa menit lalu.

Kakaknya itu tidak pernah absen menanyakan kabar Kalina, beberapa kali menelepon setelah meminta izin, dan menanyakan jika adiknya itu baik-baik saja. Hal kecil seperti itu benar-benar membuat Kalina bahagia, sungguh.

Tidak lama Kalina memainkan ponselnya, perempuan itu langsung berdiri saat mendengar suara mesin mobil dari luar, kakinya cepat melangkah ke arah jendela dekat pintu, kembali menerbitkan senyum saat melihat Raif diluar, suaminya itu baru saja memasukkan mobilnya setelah membuka pagar rumah mereka.

Kalina menunggu ditempatnya, sampai Raif berjalan membuka pintu rumah mereka. Langsung melihat Kalina, laki-laki itu tentu saja langsung tersenyum. "Assalamualaikum." Salamnya langsung menutup pintu karena melihat sang istri yang menyambutnya tidak mengenakan jilbab.

Kalina menjawab salam itu, masih dengan senyuman, ia langsung mengambil paper bag yang Raif sodorkan, berisi belanjaan Kalina yang tadi Raif beli. "Makasih, Mas." Lalu kini, tangannya bergerak menyalami punggung tangan Raif tanpa menghilangkan senyuman itu.

Raif mengangguk, membalas Kalina dengan mencium tangan istrinya juga, lalu mereka berjalan dengan Raif yang merangkul sang istri dengan bebas. "Ck, kebiasaan liatinnya gitu banget, Mas," ucap Kalina karena lagi-lagi Raif menatapnya begitu dalam.

RALINAWhere stories live. Discover now