◄• 17 •►

5.1K 1K 256
                                    

Vote juseyo🐸

🥜🥜🥜

Pukul 15:14

Hazel kembali kerumah setelah seharian mengaku sekolah.
Ketika ia memarkirkan motor, dirinya malah berpapasan dengan Jaden dan juga Kalandra didepan rumahnya.

"Heh! Dari mana lo?!" Jaden langsung menghadang jalan Hazel yang akan masuk kedalam rumah.

"Minggir."

"Ma, Hazel-" belum selesai bicara, bibir Jaden langsung dibungkam Hazel menggunakan kaus kaki yang Hazel ambil dari tangan Jaden. Kaus kaki tersebut milik Jaden, jadi tidak apa apa.

"Heh! durhaka banget jadi adek!" Kalandra melotot melihat Hazel yang melewatinya dengan santai setelah menganiaya sang kembaran.

Hazel tak mengindahkan hal tersebut.
Ia masuk ke rumahnya yang terasa sepi.

Kemana Mamanya?

Kaki panjang Hazel berhenti didepan pintu kamar Bumi dan Fazura. Diketuknya tiga kali pintu tersebut namun tak kunjung mendapat sahutan.

Saat Hazel akan berbalik untuk bertanya pada Jaden, dirinya malah dikejutkan dengan wajah Jaden yang sangat dekat dengan wajahnya.

"Kaget, goblok." telapak tangan besar Hazel mendorong wajah Jaden menjauh.

"Anak mama pasti nyariin Mama, kan?" tanya Jaden dengan tatapan jahil.

"Gak." Hazel memilih melangkah menaiki anak tangga menuju kamarnya. Meskipun ia penasaran, bertanya pada Jaden adalah keputusan yang buruk. Terlalu malas diolok-olok.

Jaden menyoraki Hazel yang kabur. "Mama nganterin Mella daftar les. Makanya cek grup keluarga!"

Jari Hazel yang dibuat membentuk huruf O dilayangkan untuk menanggapi Jaden sebelum Hazel masuk kedalam kamarnya.

"Anjir, bocah banget Hazel dirumah." celetuk Kalandra yang masih terkejut dengan perbedaan watak Hazel disekolah dan dirumah.

"Yah, lo gak tau aja kelakuannya kalo ada Mamanya."

•••

Dengan pakaian santai khas Hazel, lelaki tinggi pemilik kepribadian manja itu turun dari motornya setelah melepas helm yang berhasil merusak rambut hitam yang sudah ia tata rapih.

Malam ini Hazel menginjakkan kaki disebuah Mall besar. Tujuannya hanya satu, membeli ponsel agar tidak ketinggalan berita dari sang mama.

Kakinya langsung menuju lantai tiga tempat berbagai merek hp dijual, dari yang paling murah sampai yang kameranya tiga.

Sampai di satu tempat yang lumayan ramai, Hazel langsung meminta ponsel yang tipenya sama seperti ponselnya yang dulu. Hanya saja ia meminta dibawakan dua ponsel dengan warna dan kapasitas memori yang sama.

"Langsung bungkus. Bayar pake kartu bisa?"

Selesai dengan urusannya disana, Hazel langsung melangkah turun dari lantai tiga menuju lantai dasar, namun ditengah jalan Hazel malah dipertemukan dengan seorang perempuan yang tampil berbeda. Make up yang tipis, hoodie kupluk kucing berwarna biru pastel, rok pendek yang memamerkan kaki putih yang langsing, disertai dengan tangan perempuan itu penuh dengan barang belanjaan.

"Wah ketemu disini. Kita sebenernya tuh jodoh, iya gak sih?" Kaynara yang menampakkan ekspresi bahagia membuncah itu masih menghadang Hazel tepat dilantai dasar.

Hazel sangat ingin tidak menanggapi, tapi matanya malah fokus kepada telinga kucing yang menghiasi kupluk hoodie perempuan didepannya.

Bolehkah Hazel memegangnya?
Ini bukan kucing asli, kan?
Jadi bolehkah?

Hello, Hazelnut! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang