◄• 43 •►

4.3K 932 92
                                    

Double up, huh?
Part ini berisi alur mundur ketika si sialan keluar dari penjara.

Vote!!
Pelit bgt sihh

• ° • ♡ • ° •

Minggu, 11.16 WIB.

Disebuah apartemen besar yang dijadikan tempat sarang dosa, Gavero menghembuskan kepulan asap lewat sela bibirnya.

Bibirnya menyunggingkan senyum ketika mengingat saat dimana adik tirinya menikmati rokok yang sejenis dengan rokok yang ia pegang.

Bagaimana kabar adik kecilnya itu sekarang?
Apakah sudah masuk penjara?
Atau gila?
Atau bahkan... Mati?

Tawa tersembur dari bibir Gavero, membayangkan itu membuatnya senang.

"Bahagia banget yang jadi mantan napi, awas lo seret seret nama gue." lelaki dengan tubuh setengah telanjang keluar dari dalam kamar, tangannya mengibas didepan wajah menghalau asap yang menghalangi pandangannya.

Krieett..

Uhuk.. Uhuk..

"Kalo mau nge-fly buka dulu jendelanya, gue gak mau ikutan, Bang." ujar Sean setelah membuka jendela lebar. Bahaya, ia bisa ikut melayang nanti.

Gavero tersenyum miring, "Gak ada salahnya join. Cobain, lah."

Sean langsung mencibir julid. "Gak salah, gak salah, otak lo tuh gak salah lagi udah rusak. Gak percaya gue punya abang dajjal kayak lo." lelaki itu mendudukkan diri di kursi pantry menghindari Gavero yang sedang merokok.

Gavero tertawa keras, lelaki itu tiba tiba terduduk tegak menatap Sean yang katanya adalah adik kandungnya.

"Gue mau ngasih tugas buat lo."

Sean yang sedang mengunyah roti langsung menatap tajam. "Gue gak ikutan, bajingan. Lo kalo mau masuk penjara sendiri aja, jangan ajak gue." sungutnya yang benar benar tidak ingin masuk ke lubang Gavero sialan itu.

Sean memang mengakui Gavero sebagai kakak laki laki kandungnya, tapi untuk ikut jalan Gavero ia rasa title sebagai adik Gavero lebih baik dilepas saja. Ia tidak mau masuk kedalam bahaya, masa depannya cerah.

"Yaelah, Yan. Gampang, anter paket doang."

"Paketnya itu ganja ganja lo, tolol. Ogah!"

Gavero memutar bola matanya malas. "Lima belas juta tambah Pajero gue. Gimana?"

Sean berdecak. "Packing cepet, gue mau sekalian jalan."

🥜🥜🥜

Didepan rumah berpagar hitam, lelaki dengan masker dan hoodie yang kupluknya menutupi sampai mata itu melihat nomer rumah yang tertera di ponsel. Keningnya mengernyit ketika melihat satu nama yang ditulis disana, membuatnya ingat akan satu perempuan yang ia modusi.

Aruna.

"Nama Aruna gak cuma satu, Sean." gumamnya kemudian mengangkat kepala, tangannya menekan bel di tembok pagar sebanyak tiga kali kemudian paket yang ia bawa langsung ia letakkan didalam pagar.

Hello, Hazelnut! [END]Where stories live. Discover now