◄• 51 •►

4.1K 916 123
                                    

Vote dulu gez, vote tidak bayar kokkkk

Happy reading!

• ° • ♡ • ° •

Dengan keadaan yang babak belur dari wajah sampai kaki, 5 laki laki yang baru habis kalah bertarung sepihak itu dibawa kerumah Kaynara untuk diobati.

Awalnya, Hazel dan Jaden akan pulang mengingat orang tuanya sedang tidak dirumah, orang orang di rumahnya sedang menjenguk neneknya, mami dari sang Papa.
Tapi karena tidak ada orang mereka tidak jadi kembali sebab siapa yang akan mengobati mereka dirumah nanti?
Akhirnya mereka semua ikut ke rumah Kaynara bersama pemilik rumah dan para teman Kaynara.

Jaden yang sedang berbaring meringis begitu merasakan alkohol dingin menyentuh bahu telanjangnya. Hazel yang sedang membersihkan luka Jaden berdecak karena kembarannya itu tidak bisa diam.

"Sakit, Jel."

Hazel tak menggubris. Lelaki itu lanjut memberikan obat merah pada luka luka Jaden yang lebih banyak daripada lukanya.

Jaden diam memandangi adiknya yang terlihat sedih itu. Dirinya jadi kasihan, pasti Hazel rindu Mama sekarang.

"Mau telpon Mama?" tawarnya membuat mata Hazel memandang kearahnya. Kepala itu menggeleng setelah diam lama.

"Jangan," Jaden mengangguk membiarkan.

Mata Jaden memejam erat begitu Hazel menempelkan kompres air hangat pada lebam di dadanya. "Aba aba dulu, kek!"

"Woy, Hazel gak nangis, 'kan?" tanya Kalandra bersuara di sofa seberang. Lelaki itu sedang ditindak oleh Kaynara, kepala Kalandra diperban karena tadi mengeluarkan darah sehingga sang pacar panik mengira kepala Kalandra bocor.

Hazel menoleh menatap Kalandra, jari tengahnya terangkat menanggapi. Setelahnya Hazel kembali membongkar kotak P3K milik Kaynara.

"Kepala lo gak sakit lagi 'kan, Jel?" tanya Jaden.

Hazel menggeleng, lelaki itu berdiri ketika mengingat sesuatu. Jam berapa sekarang?

"B-bang Hazel mau aku obatin, gak?" seorang perempuan dengan rambut sebahu yang merupakan teman Kaynara itu berdiri menunduk malu malu didepan Hazel.

"Gak." tanpa melirik, Hazel meletakkan kotak P3K diatas nakas samping sofa. Lelaki itu mengambil kunci motor hendak pergi.

"Mau kemana?" tangan Jaden menahan Hazel. Hazel menoleh tak menjawab.

Dengan usahanya, Jaden terduduk hingga kaus putih yang menutupi perutnya terjatuh dan memperlihatkan perut yang memiliki kotak samar itu. Jelas hal itu membuat para perempuan bersemu melihatnya, mata Kaynara bahkan langsung dihalangi oleh telapak tangan Kalandra.

"Sini, gue yang obatin." ujar Jaden menggeser duduknya.

Hazel menggeleng hendak menolak namun Jaden dengan tegas memerintahkan. "Duduk." dan Hazelpun menurut untuk duduk.

Diambilnya kotak putih yang tadi diletakkan Hazel lalu ia buka kembali.

"Gue mau ketemu Aruna." kata Hazel membuat Jaden menghela nafas.

"Aruna marah kalo liat muka lo ancur begini.
Disini dulu, nanti agak maleman baru ketemu Aruna." Jaden berujar seraya menuangkan alkohol diatas kain kasa.

Ketika Jaden melayangkan kasa tersebut menuju Hazel, adiknya itu malah mundur takut.

"Perih."

"Ya sama, tadi gue juga perih." ucap Jaden.

Hello, Hazelnut! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang