༻ Extra Part ༺

5.4K 867 394
                                    

Readers Hello, Hazelnut! Kalo ditanya maunya apa jawabnya pasti 'mau happy ending' wkwkwk

It's okay guys, Hazel pasti juga cape pikiran kalo ada didunia. Gavero masih berkeliaran, kan? Hazel gak tenang pasti.
Skrg Hazel udah bisa tenang dengan menyerahkan Gavero pada abangnya, Jaden.

Part ini adalah Part yang mencakup semua yang kalian inginkan.
Berharap prank? Aku pun.

Let's see

Happy reading, love.

WARNING!

┅༻❁༺┅

Pukul 2 dini hari.
Jam tidur orang orang normal, namun Jaden tidak termasuk orang orang normal tersebut.

Pukul 2 pagi, Jaden sudah berlari masuk ke rumah sakit dimana adik kembarnya sedang dirawat. Jaden selesai di introgasi di kantor polisi yang tidak terlalu jauh dari rumah sakit, dengan bantuan bukti bukti yang dibawakan Raja, Jaden dinyatakan bebas tetapi masih menjadi saksi.

Didepan pintu ruang rawat Hazel, Jaden menarik nafas sebelum mendorong kenop pintu untuk terbuka dan membawa dirinya masuk.

Begitu matanya menatap lurus, jantungnya seolah berhenti berdetak, matanya tak berkedip, juga langkahnya terhenti.

Dibrankar yang seharusnya berisikan tubuh Hazel, kini tubuh itu tertutupi kain putih, menutup sempurna tanpa terlihat sedikitpun. Disisi kanan brankar ada sang Papa yang diam diam menangis tersedu sedu. Tangisan yang tidak pernah keluar sama sekali dari Bumi kini terdengar menyayat hati seolah pria itu menumpahkan tangisnya sampai meledak ledak.

Kini Jaden mengambil selangkah maju beriringan dengan jantungnya yang kini berdetak cepat.
Bilang padanya kalau itu bukan adiknya.
Ia salah ruangan, 'kan?
Tapi kenapa Papanya ada disini?

"Papa?" panggilnya membuat Bumi berdiri langsung membelakangi Jaden, gerak gerik pria dewasa itu seperti tengah menghapus air mata lalu beberapa detik kemudian Bumi berbalik menghadap Jaden.

"Iya? Kamu udah selesai? Gimana hasilnya?" Tanya Bumi yang suaranya terdengar bergetar tetapi bibir pria yang Jaden kenal sebagai laki laki terkuat itu terukir untuk menenangkannya.

Jaden melanjutkan langkah mendekati brankar. "Ini bukan Hazel 'kan, Pa?" jari telunjuk Jaden menunjuk kearah raga yang tertutup kain putih diatas brankar. Jaden berharap Papanya menggeleng dan mengatakan itu memang bukan Hazel.

Namun berkebalikan, bibir Bumi bergetar dan lelaki itu kembali mengeluarkan air matanya dengan tangan yang berusaha menutupi wajahnya yang sangat berantakan.

Jaden menatap Papanya tak percaya. Bumi berbohong.

Karena tidak percaya, Jaden dengan berani menarik turun kain itu sehingga menampakkan kepala seorang laki laki yang sangat mirip dengannya sedang memejamkan mata disertai ukiran senyum tipis di bibir yang memutih.

Jaden mengangkat tangannya dan mundur. Nafasnya tercekat menemukan kebenaran yang ia anggap bohong. Tidak mungkin.

Kakinya melemas hingga Jaden bersimpuh disisi brankar raga Hazel yang sudah tidak berjiwa.

Hazel pembohong.
Katanya Hazel akan berpamitan terlebih dahulu padanya kalau akan pergi, tapi nyatanya?
Jaden ditipu Hazel, ya?

"Gak mungkin.." gumamnya nyaris berbisik, kepalanya menggeleng, tangannya menutupi telinga dan matanya terpejam erat.

Hello, Hazelnut! [END]Where stories live. Discover now