chapter 36

131 29 23
                                    

~author

Fenly baru saja pulang dari kampus, entahlah pikirannya tengah kacau sehingga rasanya ia ingin cepat merebahkan tubuhnya dikasur kesayangannya itu.

Dia berjalan menaiki tangga menuju kamarnya, tapi ditengah perjalananya ia terhenti kalah mendengar sebuah suara.

"Ji,,, fajri,, " Bunyi suara itu.

Mendengar suara Itu berasal dari arah kamar kakaknya, ia memasuki kamar kakaknya itu, melangkahkan kaki dengan pelan serta membuka pintu tanpa ada suara.

Betapa terkejutnya ia saat melihat shandy yang tidur dengan gelisah, dan slalu mengeluarkan keluhannya untuk memanggil orang yang tidak ada dirumah ini.

Fenly mendekat kearah ranjang kakaknya itu, lalu ia menyentuh kakaknya untuk menyadarkannya dari tidur gelisah itu.

Tapi saat menyentuh tubuh kakaknya, betapa terkejutnya ia karna tubuh kakak ini sungguh panas, yang menandakan ia sedang demam tinggi.

"Kak shan, bangun kak! " Ucap fenly ingin membangunkannya agar ia berhenti melantur tidak jelas.

"Aji,,, fajri,, " Bukan menanggapi sikap fenly malah ia makin mengigau dan intonasinya lebih tinggi

"Udah kak, disini ada fenly bukan fajri jelas fenly agar kakaknya sadar

" Fajri,,, maafin gue, jangan pergi, jangan ninggalin gue" lanjut shandy yang trus  mengigau

"Duh,,, gimana ni? Dokter! Iya gue harus hubungi dokter? " Ucap fenly lalu meraih HPnya untuk menelpon dokter tersebut

***

Tak lama dokter pun sudah sampai dan langsung memeriksa keadaan Shandy dan tidak lama kemudian selesai dan sekarang dokter itu pun
tengah mengajak ngobrol fenly, ia ingin menjelaskan sesuatu.

"Jadi gimana dok? Kakak saya cuma demam biasa kan dok? " Tanya fenly khwatir

"Iya ini cuman demam biasa, tapi,,, biasanya orang yang demam tinggi karna ditinggal seseorang akan cepat membaik jika bertemu dengan orang itu" Jelas dokter

"Tapi,,, kalaupun ngak ketemu tetap bisa sembuh kan dok? " Kekeh fenly pada keputusannya

"Hm,,,, itu mungkin butuh waktu lama, bahkan bisa berakibat fatal jika dibiarkan" Jelas dokter lagi

Fenly berdecak kesal atas penuturan dokter, apakah ia harus membawa bocah itu lagi masuk ke kehidupannya? Entahlah.

Dokter itu sudah pulang, dan ia sudah menitipka obat apa yang harus diminum, fenly masih bergelut dalam pikirannya, sekarang ia berpikir dimana aji tinggal sekarang dan apakah ia harus mengalah lagi demi kesembuhan kakak nya padahal yg ia mau sudah terpenuhi

"Gilang? Iya gue minta bantuan dia buat cari aji, kan ngak mungkin ninggalin kak shan sendiri" Monolognya lalu memainkan hpnya menelpon temanya itu

***

^Di kediaman gilang^

Jika tadi fenly sudah pulang dari kuliah, itu berarti si gilang juga sudah pulang juga.

Yah, sekarang ia baru sampai, dan tujuan pertamanya adalah kamar fajri, saat ia memasuki kamar itu, ternyata pemuda itu sedang asik dengan HPnya, sehingga ia tak sadar kalau ada orang yang masuk kamar.

Gilang mendekat, karna ia penasaran apa yang sedang fajri lakukan, apakah ia menghubungi keluarganya? Atau ia sedang membalas chatingan teror pedas dari fenly? Dan akhirnya ia mendekat, dan membungkukan badanya agar bisa melihat jelas, apa yang tertera dilayar itu.

Sontak membuatnya kaget, lalu merampas HP itu.

"Maksud lo apaan ha! " Tanya gilang sedikit keras membuat yang mendengar terpelonjak kaget

"Eh,, a_ anu, i_ itu bang biasa" Balas gugup tapi tetap dengan cengesan kudanya

"Apa,,,!! " Ucap gilang dengan serius dan tatapan elangnya

"Y_ ya i_ itu,, seprti yang lo liat bang, cari lowongan kerja buat anak SMA" Jawab fajri dengan nada rendah hingga mungkin hampir tidak dengar.

"Mulai hari ini lo ngak boleh megang HP" Ucapnya lalu keluar kamar ingin melampiaskan kekesalannya, karna kalau marah dengan fajri itu hanya membuat dia makin drop nantinya

Saat telah keluar kamar itu, ia pun menuju kamarnya, dan duduk ditepi Ranjangnya.

"Hm,,, kayaknya lebih baik nomor aji gue aja yang pakai, siapa tahu gue bisa tahu kelakuan busuk apa lagi yang mau dilakukan keluarganya" Gumam gilang sambil membuka HP anak itu, dan mengganti kartu didalamnya

Tiba tiba hp milik Gilang berbunyi menandakan bahwa ada yg menelfon nya, lalu ia mengambil hp nya dan mengecek ternyata fenly yg menelfon dirinya dan ia Langsung mengangkat telfon itu

"Hallo,,, kenapa? " Tanyak gilang

"Santai dong, gue mau minta tolong nih" ucap fenly

" Yaudah Minta tolong apa? Lanjut gilang

"Bantuin gue cariin aji dong, ni kak Shan sakit dia ngigau manggil manggil nama fajri mulu" Lanjut fenly

Gilang yang mendengar itu memutar bola matanya jerah, bisa-bisanya ni orang mikir kalau dia butuh baru dia cari, kalau ngak dia ngak peduli.

"Hello, Lo masih di situ ka Lang?" tanya fenly yang tak kunjung dapat balasan

"I_ iya gue dengar kok, yaudah nanti kalau gue ketemu, gue suruh dia kerumah lo" Jawab Gilang

"Oh oke, thanks" Balas fenly
Lalu memutuskan sambungan telpon

"Dih,,, drama banget hidup lo" Ucap gilang lalu melempar hpnya ke atas kasur.

"Tapi,,  gue harus kasih tahu aji ngak ya? Hm kayaknya kasih tahu deh, tapi,,, ntar kalau dia balik tinggal sana lagi gimana ya" Monolog nya berpikir.

Akhirnya ia menemukan keputusan akhir, yaitu memberitahu sebenarnya karna mau gimanapun Shandy tetap lah abg nya Fajri

Akhirnya dengan berat hati ia melangkahkan kaki menuju kamar pemuda itu lagi, dan masuk tanpa memberi aba aba.

"Wih,,, udah datang lagi, udah ngak ngambek ni ceritanya? Atau lo udah nemu kerja yang cocok buat gue bang? " Tanya fajri dengan raut girangnya

"Bukan soal itu, dan sekali lagi gue dengar lo cari kerja, habis lo" Ucap gilang kembali kesal dan yang mendengarkan hanya cengengesan tak jelas.

"Gue mau bilang kalau abg Lo si Shandy lagi sakit, dia nyebut nama lo mulu" Lanjut gilang membuat fajri yang tadi tertawa sekarang terdiam kikuk

"Kenapa? Lo ngak mau nemuinnya?" Tanya gilang sedangkan pemuda itu masih berpikir

"Hm,,, yaudah deh gue temuin, tapi,,, cuma buat jelasin kalau aji baik-baik aja" Jelasnya lalu bersiap-siap

"Tapi,,, cuma bentar kan, lo ngak akan ninggalin gue kan? " Tanya gilang menatap nanar dirinya

"Dih lebay lo bang, tenang aja gue bentaran kok, lo mau ikut ngak" Tanya fajri yang sudah siap dan gilang menjawab dengan anggukan pertanda iya

****
Zweitson dan Fiki yang dari tadi mengikuti Gilang pun kini sudah berada di luar pagar rumah Gilang, sambil mengintip kediaman Gilang mencari keberadaan Fajri dan tak lama mereka melihat Gilang dan Fajri keluar dari rumah

"Bener kan dugaan gue kalau si Fajri tinggal sama tu orang" ucap Fiki sambil bisik takut ketauan orang rumah

"Iya Fik, gak nyangka gue kok si aji bisa² nya tinggal di rumah dia padahal kita sahabatnya tapi dia gak lari ke rumah kita" ucap zweitson

"Udah pokok nya kita harus terus pantau mereka sekarang mau kemana" ucap Fiki dan di angguki zweitson


Next part


Jangan lupa vote dan komen
Supaya saya bisa makin semangat buat ngelanjutin cerita ini, thanks

Collab
               ShopieOktapiani

Fajri and FamilyDonde viven las historias. Descúbrelo ahora