20. Perkumpulan rahasia
. . .Cici melihat foto yang diberikan oleh Divo dengan pandangan yang sulit diartikan. Sesekali ia melirik Divo yang masih mondar-mandir, terlihat kegelisahan diwajahnya saat ini.
Cici menyamakan foto yang ada dialbum keluarganya. Semua posisi pengambilan foto dan orang-orang yang ada disana sama persis. Cici juga akhirnya menyadari tidak ada foto dia waktu kecil, hanya ada foto saat ia berusia 2 tahun.
"Nata, apa foto dia ada?" Tanya Divo sedikit menyelidik.
Cici membolak-balikkan album yang dipegangnya. Hasilnya sama. Hanya ada foto saat Nata berusia 2 tahun juga. Cici yang awalnya tidak percaya akhirnya curiga juga. Perkumpulan apa yang sebenarnya diikuti orang tua mereka saat masih muda dulu?
Cici membuka ponselnya hendak menelepon Sena.
"Mau ngapain?" Tanya Divo penasaran.
"Mau nelpon Sena, suruh dia kesini sekalian bawa album fotonya." Jawab Cici cepat dan diberi anggukan oleh Divo, "Sena katanya 20 menit lagi sampe." Imbuh Cici seraya mematikan ponselnya
Setelah menelepon Sena, Cici menatap kembali foto yang paling besar dari setiap album foto. Sepertinya mereka harus menyelidiki lebih dalam tentang perkumpulan aneh ini.
"Kayaknya kita harus selidiki perkumpulan itu deh, kak." Cici mendekati Divo yang tengah berpikir.
Divo beranjak dari duduknya dan mengambil laptopnya yang ada di kamar. Dengan cepat Divo kembali keruang tamu lagi dan duduk di meja kerja yang ada disana. Divo membuka laptop dan menuju ke browser untuk mencoba mengulik informasi mengenai perkumpulan itu.
Cici mengekor Divo dan berdiri dibelakang kursinya sambil sesekali ikut mengarahkan kata kunci yang pas. Namun tidak ada informasi apapun tentang perkumpulan itu. Bahkan saat mereka mengetik nama perkumpulannya aja, malah masuk situs kosong.
Sepertinya perkumpulan ini sangat dijaga dengan baik. Tidak sembarang orang bisa mengakses informasi penting dari perkumpulan itu.
Divo dan Cici tampak putus asa dan tidak tau lagi harus menggali informasi kemana. Mereka bukan hacker atau seseorang yang sangat ahli di bidang komputer dan perangkat lunak seperti ini.
"Jadi gimana kak? Kita gak bakal dapat informasi apa-apa sampai kalau kayak gini," keluh Cici sambil menjatuhkan tubuhnya keatas sofa.
Divo menghela napasnya kasar. "Kakak coba sekali lagi." Ucap Divo tanpa putus asa.
Setidaknya mereka harus dapat satu informasi penting dari perkumpulan itu. Saat Divo tengah berusaha untuk menggali informasi di internet, bel rumah Divo berbunyi.
"Biar gue yang buka, kak." Cici menawarkan diri lalu berjalan menuju pintu dan mempersilahkan Sena masuk.
Sena tampak bingung saat Cici langsung merampas album yang ada ditangannya. Tanpa banyak bertanya, dia mengikuti Cici dan duduk disebelahnya.
Cici membuka lembaran demi lembaran hingga berhenti disebuah foto besar yang ada di halaman paling belakang. Rumah yang ada di foto itu tampak sangat familiar. Cici menatap Sena dengan pandangan bertanya.
"Ini dimana?" Tanya Cici sambil menunjuk foto terakhir yang menampilkan sebuah rumah dengan taman yang sangat luas.
Sena melihat foto yang dimaksud Cici, "gak tau." Jawabnya singkat.
Cici balik menatap rumah itu. Ia merasa pernah mengunjungi rumah itu. Tapi ia tidak yakin, karena warna foto itu yang masih hitam putih.
Sena menatap Cici bingung sekaligus penasaran, ia tidak tahu alasan kenapa harus membawa album keluarganya itu. Sena harus menahan napasnya saat diam-diam membawa album sebesar itu keluar dari rumahnya.

YOU ARE READING
AURORA♕[ON GOING]
Teen Fiction⚠️FOLLOW SEBELUM BACA!!!⚠️ Takdir memang suka bermain dengan kehidupan, seperti takdir Cici yang bertemu kembali dengan Divo diwaktu yang tidak disangka. Mereka kembali bertemu dan masih dihantui oleh masa lalu yang kelam. Divo berusaha mencari seb...