♕Three♕

279 109 201
                                    

3. Masa lalu
. . .

"Coba kamu ingat-ingat lagi, Divo. Apa benar dia perempuan itu?" Tanya Faiz sambil membolak-balik papan kertasnya.

"Iyaa. Dia perempuan itu." Divo bersandar di sofa sambil menatap langit-langit. "Senyumnya masih sama, tidak ada yang berubah sedikitpun. Bahkan saat ini lebih manis dan menghangatkan, dok." Divo menyunggingkan senyumnya tipis.

Faiz menatap lamat-lamat pasiennya ini. Iya, Faiz adalah Dokter keluarga Divo. Divo selalu berkonsultasi dengan Faiz dari dia kecil. Faiz lah yang menjadi brankas penyimpanan rahasia Divo dan keluarganya.

Namun, sudah dua tahun Divo tidak lagi berkonsultasi karena Faiz yang harus menyelesaikan studinya di Australia. Saat Divo mendapat telpon dari Faiz bahwasanya dia akan balik ke Indonesia, dengan sigap Divo langsung mengajukan dirinya untuk menjemput Faiz di bandara.

Faiz sudah Divo anggap sebagai abangnya sendiri. Melihat Divo adalah anak tunggal dan tidak memiliki saudara kandung, tentu saja Faiz dengan senang hati menjadi abangnya.

Faiz adalah Dokter muda. Dia sudah menjadi Dokter saat dia berumur 19 tahun. Pada saat itu, Divo adalah pasien pertamanya.

"Tidak usah panggil 'dok', kayak biasa kamu panggil aja. Udah nyaman, hehe." Faiz nyengir setelah dia mengatakan kalimat itu. Dia merasa lucu saat berkata seperti itu.

Terlihat Divo yang menahan tawa. "Siap siap."

"Sudah, kita kembali lagi ke cerita mu. Coba kamu ingat lagi pertemuanmu tujuh tahun lalu. Ceritakan secara detail, aku bakal tau jika kamu menutupi sesuatu ataupun berbohong, Div. Jadi, jangan coba-coba." Faiz bersandar di kursinya.

"Oke fine." Divo sedikit berdehem. Sedangkan Faiz bersiap untuk mendengarkan Divo bercerita.

Tujuh tahun lalu...

Tepat tanggal 22 Juli 2011.

Terlihat sepasang suami istri sedang berjalan di lorong-lorong rumah sakit dengan membawa sekantong buah dan juga beberapa mainan seperti mobil-mobilan dan robot.

"Dianda Divo?" Tanya wanita itu kepada suster yang tengah menjaga bagian reservasi dengan sedikit gemetar.

"Dengan siapa?" Suster itu bertanya dengan lembut sambil tersenyum.

"Saya Fania Jessica dan dia suami saya Dianda Fadli."

Suster itu mengecek nama pasien yang berada di berkas kompuyer mereka. Mencari nama pasien yang disebut dan saat dapat disana juga tertera nama orang tua dari pasien tersebut.

Suster itu mengangkat sedikit kepalanya."Dianda Divo, ruang Uranus nomor 24."

"Terima kasih, sus." Fania dan Fadli langsung bergegas menuju ruangan tersebut.

Terlihat sekilas wajah mereka yang sangat khawatir. Mereka berjalan cepat menuju ruang rawat inap kelas satu yang hanya diisi oleh dua pasien itu.

Mereka membuka pintu perlahan, takut membangunkan sang buah hati yang sedang tertidur pulas.

Tetapi, seperti mengetahui keberadaan orang tuanya, anak itu langsung bangun dan tersenyum bahagia melihat kedatangan kedua orangtuanya.

"Mama! Papa!" Mata anak lelaki yang bernama Divo itu berbinar-binar.

"Hai sayang." Fania memeluk lembut anaknya.

"Halo jagoan Papa." Fadli membelai sayang rambut anaknya.

Anak itu terlihat begitu pucat, Fania tidak tega melihat anak semata wayangnya dalam kondisi seperti ini.

AURORA♕[ON GOING]Where stories live. Discover now