♕Twenty Two♕

23 13 13
                                    


Jangan lupa tinggalkan vote dan comment yaa!!

✨️✨️✨️

22. AURORA (2)
. . .

'Ajaibnya, semua kebetulan itu terjadi sesuai dengan apa yang ada dipikiran kita. Aku yakin mereka merencanakan sesuatu yang seharusnya tidak pernah terjadi sebelumnya.  Harus waspada, musuh kita itu licik...'

- Sena

🍂🍂🍂

Organisasi Aurora diketahui berdiri pada tahuan 80an. Aurora merupakan sebuah perkumpulan kaum atas atau kaum elite seperti para bangsawan, miliyarder dan orang kaya lainnya yang memegang pondasi dalam setiap ekonomi dunia. Namun, tidak sedikit orang kelas menegah mengikuti perkumpulan ini untuk dijadikan bawahan atau anak buah dalam menjalankan setiap misi yang ada. Mereka akan menjadi penggerak sedangkan para kaum elite akan menjadi pengawas pergerakan mereka.

Sebenarnya perkumpulan ini bisa dikatakan sebagai sekte, hanya saja mereka tidak mengaitkan Tuhan ataupun iblis didalamnya. Mereka hanya mendambakan uang dan menjadi Tuhan sebagai kedok saja. Bahkan mereka sampai melakukan penjualan manusia hingga organ secara legal maupun ilegal.

Begitulah konspirasi yang diciptakan untuk organisasi Aurora ini.

Tidak sedikit juga yang menganggap hal itu hanya akal-akalan orang yang iri saja, karena siapa pun yang masuk ke sekte itu bisa dikatakan sangat sukses. Baik itu dalam hal pekerjaan, keluarga, kekayaan hingga prestasi yang dicapai.

Aurora memiliki jajaran pendiri dan petinggi yang berasal dari seluruh penjuru dunia. Keluarga yang paling berpengaruh adalah keluarga Ritcher, yaitu Paul Ritcher.

"Jadi Vernon Ritcher itu siapa?" tanya Sena bingung.

"Mungkin anak atau cucunya si Paul itu," jawab Divo.

"Mungkin ya," Sena mangut-mangut.

"Bentar dulu kak, belum selesai dibaca ini," Cici memukul pelan bahu Divo saat dia menaikkan kursor untuk melanjutkan ke barisan berikutnya.

Divo meringis sambil memegang bahu yang dipukul Cici seraya menurunkan kembali kursornya agar Cici bisa menyelesaikan bacaan pada halaman tersebut. Cici memang lebih teliti daripada kedua makhluk ciptaan Tuhan yang malas membaca itu. Sena dan Divo tidak terlalu membaca sedetail itu, mereka lebih tertarik kepada gambar dan tulisan yang diblok atau digaris miring saja, sedangkan Cici membaca tiap baris per baris tanpa meninggalkan info sekecil apapun.

Cici masih membaca baris per baris halaman itu sampai dimana dia mendapati sebuah kesimpulan pada halaman itu. Ternyata Aurora bukan perkumpulan atau sekte biasa, mereka lebih daripada itu.

"Kakak dulu TK dimana? Masih inget?" tanya Cici kepada Divo.

Divo terlihat berpikir, "TK R.A Putih," ucapnya sambil mengingat-ngingat kembali.

"Sena dimana?" tanya Cici beralih kepada Sena.

"R.A Senayan," jawab Sena.

Cici terlihat tertawa miris, "kalian mau tau ngga aku sama kak Nata TK nya dimana?"

"Dimana emang?" tanya Divo dan Sena hampir berbarengan.

"R.A Sydney," Cici kemudian mengambil alih kursor dan keybord Divo sambil membuka laman baru dan mengetik sesuatu disana. Setelah laman yang ditujunya terbuka, dia kembali menatap Divo dan Sena secara bergantian, "kalian pasti ngga tau kan artinya R.A?"

"Raden Ajeng?" sahut Divo polos.

"Itu mah R.A Kartini yang Raden Ajeng," celetuk Cici kesal.

"Loh bukan? Jadi apa?" tanya Sena bingung.

AURORA♕[ON GOING]Where stories live. Discover now