♕Eleven♕

124 34 17
                                    

11. Bolos sekolah
. . .

' Gue tuh sama kayak anak SMA normal kebanyakan, yang bakal panik kalo buat kesalahan."—Cici

♕♕♕♕♕

Divo membuka matanya secara perlahan. Terlihat langit ruangan yang bewarna putih dengan nuansa yang sangat damai. Dia masih memfokuskan pandangannya.

Divo mengangkat tangan kanannya, dan merasa aneh karena tangannya yang terasa berat. Dia pun menoleh dan melihat Cici sedang meniduri tangannya. Dan dibelakang Cici dia melihat Nata sedang tertidur pulas diatas sofa.

Dia mengedarkan pandangannya untuk mencari jam, ternyata sudah menunjuk pukul 10 malam.

Divo menghembuskan nafasnya pelan, lalu kembali memandang wajah damai Cici yang sedang tertidur. Divo tersenyum simpul, lalu mengelus rambut Cici.

Cici yang merasakan ada tangan yang mengelusnya, langsung mengerakkan kepalanya sambil membuka matanya perlahan.

"Sorry, gue jadi ngebangunin lo."

Cici menutup mulutnya yang menguap. "Ehm, iya gapapa. Kepalanya masih sakit?" Cici bertanya dengan raut wajah yang seketika berubah khawatir.

"Udah ga lagi kok." Jawab Divo sekenanya.

Divo berusaha bangkit untuk duduk, Cici yang melihat Divo kesulitan langsung membantu Divo untuk duduk dan bersandar.

Setelah Divo sudah duduk, tidak ada percakapan lagi diantara mereka. Hening.

Kruuuuek! Kruuuuek!

Cici langsung melotot saat suara perutnya tiba-tiba terdengar. Divo yang juga mendengar suara itu tidak bisa menahan tawanya. Dia sedikit terkekeh pelan.

Wajah Cici memerah menahan malu, sesekali dia menggembungkan pipinya. Ingin rasanya Divo mencubit pipinya itu, kalau saja dia tidak ingat akan infus di tangannya.

"Lo makan sana. Perut lo udah ngode tuh, jangan pura-pura ga peka deh. Gue aja peka masa."

Cici mengangkat kepalanya dan menangkap tatapan hangat Divo. "Iyaiya, gue peka. Gue ini tegang rasa tau!"

"Ha? Tegang apa?" Divo bertanya kembali untuk memastikan pendengarannya tidak keliru.

"Tegang rasa. Gue udah ngomong jelas padahal." Cici mencebik.

Divo sempat menatap Cici sebentar, lalu tertawa sambil memegang perutnya. "Polos banget emang."

"Ha? Maksudnya?" Cici mengerjapkan matanya dua kali.

"Tenggang rasa sayang, bukan tegang rasa." Divo menekankan kata 'tenggang' dan 'tegang'.

Cici masih belum mengerti. Dia masih merasa kalau apa yang diucapkan Divo tidak ada bedanya.

"Perasaan sama aja."

Divo hanya terkekeh pelan sambil menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku Cici.

"Yaudah aku minta dianterin makanan sama gojek aja deh." Cici mengambil ponselnya lalu membuka aplikasinya.

"Gojek mele."

"Sukak ane lah bang." Cici menjulurkan lidahnya kearah Divo.

"Yaudah gc!"

"Iyaaa, astagfirullah." Cici masih fokus menatap ponselnya. "Kan gue sampe nyebut."

♕♕♕

Bel tanda masuk sekolah sudah mulai terdengar dari luar pagar sekolah. Setiap murid SMA Pertiwi tampak berlarian karena pagar akan segera ditutup.

AURORA♕[ON GOING]Where stories live. Discover now