♕Twenty Three♕

9 5 0
                                    

Jangan lupa tinggalkan vote dan komen kalian ya!!
Dukungan kalian sangat berarti✨️

Kalau ada typo tolong tandai yaa^^

🪐Enjoy the story 🪐


🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂

'Kamu tau apa yang paling ditakuti dari seorang manusia? Perubahan sikap baik mereka yang menjadi sangat kejam seketika.'

-Satria Natama

🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂

23. Ancaman Roy
. . .

Jalan malam tampak terlihat lebih terang mengingat langit malam yang terang bersamaan dengan sang rembulan, disertai para bintang yang senantiasa menemani hingga pagi menjelang.

Sorot lampu benda besi berjalan itu seakan memenuhi ruas jalan, memperjelas jalan aspal yang kian menghilang berganti tanah dan lubang. Sepertinya jalan aspal ini belum selesai dibangun oleh para penimbum opini yang makin lama makin membuncit. Mau di suarakan bagaimanapun, tidak akan terdengar sampai membuat rakyat menjerit.

Masih berkutat dengan peta di ponsel, Nata dengan yakin memberikan instruksi kepada Divo untuk mengikuti arah perjalanan. Hanya dengan modal kepercayaan, Divo mengikuti instruksi itu walau dengan rasa keraguan tanpa berkomentar.

Beda halnya dengan Sena.

"Eh bener ngga sih jalannya?"

"Jelek banget jalannya woi, korup ni ya yang buat jalan?"

"Eh aspalnya habis? Salah belok lo, Div?"

"Nat, maps lo ngga salah tu?"

Dengan jenuh Nata menghela napasnya mendengar ocehan Sena yang tidak ada habisnya. Ada puluhan bahkan ratusan kata yang sepertinya berada di benaknya yang belum tersalurkan. Emang dasarnya Sena cerewet, jadi rentetan kumpulan katanya sangat tertata rapi di otaknya. Sedang antri untuk diutarakan.

"Eh eh, kok belok ke sini?" lagi-lagi Sena sewot.

Divo berdecak, "bisa diem ngga lo? Berisik amat daritadi!" kesal Divo akhirnya, apalagi dengan mode kesabarannya yang setipis tisu dibagi tujuh itu.

Sena menoleh kearah Divo yang sedang fokus berkemudi sambil berdengus kesal. Dia mengurungi niat untuk berceloteh panjang lebar, sadar bahwa dirinya terlalu banyak berkomentar.

Namun, niat itu kembali lenyap saat Nata memberikan instruksi melewati belokan terakhir yang terlihat sangat familiar. Bukan hanya Sena yang merasakan hal itu, melainkan mereka bertiga yang seakan mengenal lokasi yang mereka kunjungi ini.

"Nat, lo serius?" Sena kembali bertanya, nada bicaranya lebih serius dan terdengar dalam dari sebelumnya.

Nata kembali mengecek ponselnya, berulang kali melihat tanda merah yang terdapat pada maps. Benar, lokasi yang mereka tuju sesuai dengan arahan direction dari aplikasi itu. Nata tidak buta maps, seperti kebanyakan perempuan yang selalu melewatkan belokan atau tikungan penting hingga membuat mereka tersesat.

"Bener kok, udah gue cek berulang kali," ucap Nata dengan yakin, terdengar jelas dari suara husky tipisnya yang tidak goyah sedikitpun.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 26 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

AURORA♕[ON GOING]Where stories live. Discover now