♕Two♕

306 120 251
                                    

2. Dia lagi
. . .

Cici langsung mengomeli Zena untuk yang kesekian kalinya. Dia masih saja kesal dengan kejadian tiga hari yang lalu. Kejadian dimana Zena malah meninggalkannya di lapangan dengan keadaan tertidur dan tidak membangunkannya saat semua murid ke aula.

Alhasil, betis Cici sampai keram beberapa kali saat malam. Itu semua karena Divo yang terus saja mencari kesalahan Cici dan memberinya hukuman. Hukumannya memang cuma jalan jongkok,tapi tetap saja itu berhasil membuat Cici menderita.

Cici terus saja mengumpat dalam hati, dan berharap hukuman dari seniornya ini segera berakhir. Tapi, sepertinya takdir berkata lain.

Zena hanya menunjukkan cengiran lebar sambil meminta maaf berulang kali kepada Cici.

Bukannya memaafkan, Cici malah bertambah kesal dengan Zena. Dia mengatakan bahwa alasan meninggalkannya di lapangan karena dia lupa. Just it.

"TIGA HARI! TIGA HARI GUE DIHUKUM, GILA!" Cici teriak histeris di tengah-tengah kantin, untung saja kantin saat itu sedang gaduh karena semua murid sedang lapar dan menjerit jerit memesan makanan.

"Udah ah, Ci. Gausah dibahas lagi,udah lewat juga." Zena terkekeh pelan sambil memakan siomaynya.

"Lo gatau Zen, gue tuh serasa diambang kematian. Sakaratul maut lebih tepatnya. Dan itu sangat sangat menyiksa lahir dan batin gue!" Cici ngedrama.

Zena memutar bola matanya. "Iyain dah biar cepet."

"Oh gitu,oke." Cici kembali memakan cimolnya dengan ganas. Belum sempat dikunyah ia sudah memasukkan cimol lainnya.

"Cielah,ngambek! Imut deh,kayak puppy."

Cici melotot, bisa bisanya Zena menyamakan nya dengan anjing. Maksudnya, anak anjing. Tapi tetap saja itu keturunan anjing dan anjing tetaplah anjing.

"Bercanda." Zena kali ini benar-benar sukses membuat Cici kesal bukan main.

Zena memang suka mengolok-olok Cici. Tapi, Zena tetap Zena. Dia adalah perempuan cantik yang periang, namun tersimpan sisi kelembutan. Dan juga, teledor dan mudah panik. Seperti saat dia kehilangan ponselnya.

Zena masih terkekeh melihat Cici dengan cara makannya yang sadis. Cimol yang dimakannya pasti sangat sengsara saat ini.

"Pelan pelan Ci, nanti lo kesedak." Baru saja Zena mengingatkan, Cici langsung terbatuk-batuk. Dia tersedak cimol yang ia makan.

Cici langsung memukul bahu Zena yang tepat berada disampingnya dan mengisyaratkan kepada Zena bahwa yang diperlukannya kali ini adalah air. She needs water.

"Astaghfirullah. Tadi gue lupa beli air. Bentar-bentar gue beli dulu." Zena langsung berlari untuk membeli air. Of course, dengan panik.

Cici masih saja batuk, tanpa disadari ia menangis. Air matanya keluar dan matanya memerah. Dia benar-benar sulit buat bernafas sekarang.

Dia melihat kearah Zena, dia masih ngantri dan beradu teriakan dengan siswi yang lain.

Jangan sampe gue mati konyol gara gara kesedak cimol, ya ampun batin Cici.

Saat ini dia berharap ada botol air jatuh dari langit.

"Nih minum." Tiba-tiba ada tangan yang menyodorkan botol air mineral. Tanpa basa-basi Cici langsung mengambil botol tersebut dan langsung meminumnya.

Cici langsung menarik nafas panjang saat dia selesai meminum air tersebut. Ia meminum hampir setengah botol. Dia benar-benar bersyukur saat ini. Kalau saja dia tidak disodorkan minum, mungkin dia bakal mati konyol.

AURORA♕[ON GOING]Where stories live. Discover now