Chapter 1. Keren

1.6K 106 7
                                    

Hari yang sibuk menjadi aktivitas biasa di ruang lingkup rumah sakit. Ramainya pasien memenuhi ruang tunggu menghidupkan suasana. Dari ruang UGD terdengar beberapa kali sirine ambulan pulang dan pergi dari lapangan parkiran.

"Dokter Freya, Dokter Freya! Segera!"

Perawat mulai berlalu lalang mendorong troli khusus, adapula yang mempersiapkan bangsal untuk pasien yang baru datang.

Di balik tirai bangsal ruang UGD, perempuan muda dengan kacamata persegi khasnya muncul mengenakan jas dokternya lengkap dengan sarung tangan yang sudah melekat sedari awal. Ia menangani pasien kecelakaan kendaraan.

"Dokter Freya, silahkan tangani pasien sebelumnya. Saya akan mengambil alih pasien ini", seorang dokter pria muncul sambil menampakkan raut muka masamnya.

"Don't touch my patient"

"Dokter, ini perintah spesialis-"

"DON'T TOUCH MY PATIENT!"

Dokter pria itu terkejut dan mengangkat tangannya dari badan sang pasien. "Leave", ketus Freya langsung dan mengisyaratkan perawatnya untuk memulai tindakan.

¤¤¤¤¤

Aku merapihkan jaketku yang berantakan di loker. Dengan helaan nafas yang sedikit tebal di akhir, aku mengecek handphone dan melihat ada beberapa pesan disana. Dari Freyana, ia sudah menungguku di depan ruang istirahat. Aku memanyunkan mulut mengingat kejadian tadi pagi yang membuat seluruh warga rumah sakit membicarakannya.

"Kenapa lesu?"

"Engga. Hari ini kamu keren, kenapa aku lesu?", ujarku saat bertemu dengannya di depan pintu. Namun, masih dengan wajah yang tidak enak aku memalingkan muka darinya.

"Aku keren, tapi kenapa kamu kesel?"

Tanyanya tambah membuatku ingin berteriak. Ya, aku juga tidak tau kenapa dia sangat keren hari ini hingga membuatku cemburu tidak jelas.

"Harus jadi keren banget ya biar di omongin banyak cewe?", celetukku dengan suara yang lebih pelan dari sebelumnya. Berharap dia tidak dengar, tapi sebenarnya ingin di dengar. Entahlah, aku juga tidak mengerti kenapa aku seperti ini.

"Becanda"

Sahutku lagi, tiba-tiba merasa malu. Lebih tepatnya gengsi jika Freyana tau aku cemburu padanya hanya karena hal sekecil itu. Tetapi, mendapati respon darinya yang menunjukan ekspresi gemas membuatku tambah malu.

"Insting dokter, terkadang melihat pasien yang perlu di tangani dengan cepat bikin aku resah kalau gak ikut campur"

Freyana menjelaskan seakan tau aku bertanya-tanya tentangnya hari ini. Fakta yang membuatku tambah menyukainya adalah sikapnya yang seperti ini membuatku nyaman berada di sampingnya. Aku tersenyum ragu dan masih tidak mau menatap matanya. Padahal sedari tadi ia memperhatikanku meski tak berbicara apapun.

"Aku traktir sandwich ya biar gak kesel", tangannya meraih jemariku dan jalan kami mulai beriringan.

Ini bukan tentang sandwich-nya, tau kan? Di tengah keramaian ini, meskipun hanya kita berdua yang tau tentang kedekatan kami, tetap saja membuat dadaku ingin meledak.

"Dokter Freyaaaa"

Jessi datang meraih lengan Freyana. Aku yang terkejut berusaha menyembunyikan genggaman tangan kami malah di halangi oleh Freyana yang semakin kuat menahan jemariku di pergelangan tangannya. Kali ini, aku benar-benar malu. Perempuan dengan rambutnya yang sebahu itu menggelendoti pacarku.

"Aku bau pasien, banyak kuman, bekas kematian", cengenges Freyana kepada Jessi yang sontak membuatnya reflek melepas gandengannya dengan kesal.

"Ye gitu amat balesnya"

Sebenarnya, Jessi teman satu sekolah Freyana saat duduk di bangku SMA. Kini ia menjadi resepsionis, sama sepertiku dan aku juga menjadi lebih akrab dengannya karena ia teman Freyana.

"Katanya gak mau keluar, mau di rest area aja", sindir Jessi padaku. Aku masih badmood saat itu mendengarkan semua perawat membicarakan Freyana. Karena tingkah Jessi, aku semakin ingin menenggelamkan mukaku ke dalam tanah.

"Aku yang mengajaknya, sana jangan ganggu makan siangku. Piyo, jadi mau sandwich?"

Aku ingin memeluknya sekarang. Dia sungguh membuatku gila.

Bersambung...

Haiii, ini cerita pertama saya soal FreFio
Kritik dan sarannya terbuka sangat lebar yaa
Terimakasih, mohon dukungannyaa

FREYANAWhere stories live. Discover now