Chapter 6. Kecewa

677 62 2
                                    

Hujan deras mengguyur jalanan aspal hingga basah menyusuri kubangan kecil dekat selokan rumah sakit. Di depan pintu masuk, Fiony berdiri mencengkram jaketnya sendirian. Tatapan matanya yang sendu, mengarah ke langit yang menjatuhkan tetes demi tetes air hujan. Ia menggigit bibirnya. Entah apa yang sedang di pikirkannya saat ini, ia terlihat sedih.

"Lah, belum balik?", seseorang datang dan melihat tubuh gadis mungil itu masih terpaku di depan pintu.

"Hujan"

Jawab Fiony singkat. Ia menyembunyikan kekecewaannya. Masih dengan kepalanya yang setia menengok ke belakang, seperti sedang menunggu seseorang. Namun, ia tidak menemukan siapapun.

Jessi yang sudah siap dengan mantel hujannya memakai helm yang sedari tadi di bawanya. Fiony tersenyum kecil, ia membantu Jessi memakaikan helm.

"Coba kalo kamu searah, bisa pulang bareng aku", Fiony mengeluh.

"Alah percuma, toh tetep nungguin Freya 'kan? Lama. Mending pulang sekarang"

"Hehe, duluan deh"

"Lah, yakin gak mau bareng?"

"Ih orang kita gak searah juga"

"Nawarin aja sih, gak di anterin beneran"

Jessi terkekeh, perempuan dengan senyum khasnya itu berpamitan untuk pulang. Ia buru-buru menghindari macet di lampu merah nanti. Serta, dia punya adik yang sudah menunggunya sendirian di rumah.

Jessi adalah wanita tangguh, meskipun dia bisa membeli mobil mewah ia tetap setia memakai motor pemberian tantenya. Katanya, ia belum perlu memakai mobil padahal ia bisa menyetir. Toh, ia cuma tinggal berdua dengan adiknya sehingga memakai kendaraan roda dua masih ia sanggupi. Kekurangannya ya hujan seperti ini.

"Ck, tau gitu aku duluan dari tadi"

Fiony berdecih melihat pesan yang baru saja muncul di handphone-nya.

¤¤¤¤¤

From: Freyanaku

Ada rapat jam set 6, maaf ya. Kamu pulang sendiri, aku isiin gopay.

-

Haha, bagus sekali infonya. Aku kesal. Sangat kesal. Mungkin jika bisa diungkapkan aku akan marah. Dari pagi hingga sore ini aku tak mendapatkan kabar apapun darinya, dan keputusan mendadak ini membuatku tambah kecewa.

Aku memesan ojek online, tau begitu dari awal aku sudah pulang sendirian.

At least, bisa kasih kabar sejam sebelum jam pulang bersama. Tapi, membalas chatku sebelumnya bahkan tidak.

Aku tau, aku tau dia sangat sibuk hari ini. Mendekam di ruang dokter berjam-jam, melewatkan makan siang, hingga aku berniat mengantar makan pun tak sempat. Hah, bagaimanapun juga aku tetap pulang sendiri.

Driver-ku sudah sampai. Aku pulang tanpa basa-basi atau sekedar membalas pesan darinya tadi saja tidak. Aku sudah terlanjur kecewa dengan Freyana. Ini sudah kali kesekian, dan terakhir yang ku ingat ia tak mendengarkanku menceramahinya. Maka kali ini, aku tak akan bahas apapun. Sekaligus tak ingin berkomunikasi dengannya sama sekali.

"Mba, mba? Udah sampe mba"

Ya terimakasih hujan, badmood, malam, aku jadi banyak melamun sampai mempermalukan diri sendiri begini.

Aku mangut-mangut serta turun dari mobil kemudian memberi tip kepada supir yang telah mengantarku. Aku berjalan dari parkiran menuju lobi dengan perasaan sepi. Aku merasa diriku ini berlebihan, tapi di sisi lain aku tidak mengerti mengapa Freyana suka sekali mengabaikan hal-hal lumayan penting seperti itu?

FREYANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang