2. Perkenalan

3.9K 399 27
                                    

Dulu, setiap ayahnya memberitahukan lowongan di rumah sakit, Alma selalu menolak

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

Dulu, setiap ayahnya memberitahukan lowongan di rumah sakit, Alma selalu menolak. Baginya rumah sakit terlalu ramai dan hectic. Belum lagi bau khasnya yang membuatnya tak nyaman. Baginya, bekerja di rumah sakit berarti berpacu dengan waktu. Orang-orang yang mengantre untuk pendaftaran. IGD yang rasanya tidak pernah sepi. Ruang operasi yang selalu penuh harap. Poli-poli dengan pasien yang silih berganti. Meski bekerja di office di lantai delapan, toh Alma kerap menyaksikan hal-hal itu. Atmosfer sibuknya sampai ke lantai delapan. Semuanya harus cepat dan tepat.

Saat menyadari bahwa kantor lamanya tidak lagi menjadi tempat yang nyaman, Alma tidak punya pilihan lain. Ia akhirnya melamar sebagai kepala bagian procurement tiga tahun yang lalu dan bekerja sampai sekarang.

Seperti biasa, saat ia melewati pintu otomatis rumah sakit, lantai dasar sudah ramai oleh orang-orang yang mengantre untuk mendaftar. Kadang ia bingung bagaimana bisa orang-orang sakit di saat yang bersamaan.

IGD hari ini tampak tenang. Tapi kata tenang sepertinya pantang diucapkan oleh perawat ataupun yang bertugas di sana, karena serangan mendadak bisa saja terjadi. Hal yang ia tak tahu benar terjadi atau tidak.

Ia melangkah menuju lift yang ada di ujung. Ia menunggu hingga pintu besi di depannya terbuka. Beberapa lantai di sana hanya bisa diakses dengan id card, termasuk ruangannya di lantai delapan. Setelah menempelkan akses pada lempengan, ia menekan tombol delapan dan merasakan kotak besi itu merangkak naik.

Ia menyapa beberapa rekan satu timnya sebelum masuk ke dalam ruangannya.

Suara ketukan di pintu membuat Alma menengadahkan kepalanya.

"Mbak, PT. ASTARI nggak mau kirim barang karena minggu kemarin nggak ada pembayaran yang masuk." Fahmi, salah satu rekan satu timnya mendekat.

"Itu barang yang diminta urgent sama logistik farmasi kan?" Alma bertanya.

"Iya, Mbak."

Alma menghela napas, "udah di cek di sistem, telat berapa hari?"

"Pembayarannya telat tiga minggu." kata Fahmi, "mereka nggak mau kirim barang kalau tagihan paling lama belum kebayar."

"Semua dokumennya udah di keuangan?"

"Udah, Mbak."

"Yaudah nanti saya yang bilang ke keuangan."

Posisinya adalah posisi terempuk untuk kena tembak sana-sini. Jika barang telat dikirim, bagiannya akan kena omelan oleh bagian yang membuat permintaan. Jika pembayaran pada vendor telat, ia akan kena juga oleh vendor, lengkap dengan segala ancaman barang tidak akan dikirim. Jika ia komplain pada bagian keuangan, mereka akan menceramahinya tentang cash flow perusahaan dan segala macam. Posisinya menuntutnya untuk bisa bernegosiasi dengan baik. Ia beruntung kesabarannya seluas samudera.

***

Setelah selesai visit pasien, Bara pergi ke lantai delapan. Ia melirik jam tangannya, sudah hampir jam delapan malam. Saat ia masuk ke ruangan besar itu, masih ada beberapa karyawan di sana. Ia langsung menuju satu-satunya pintu di ruangan itu dan mengetuknya pelan sebelum membukanya.

Deep Talk Before Married [TAMAT]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin