25. Frustrasi

2.3K 324 30
                                    

"Nggak bisa, Sa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Nggak bisa, Sa. Gue nggak bisa kayak gini." Bara mondar-mandir di depan Mahesa. Ia terlihat uring-uringan. Sesekali ia meremas rambutnya sendiri. Ini masih pagi. Matahari masih mengintip malu-malu.

Mahesa menguap. Ia melipat kedua tangannya di depan dada lalu menyandarkan kepalanya ke lengan sofa. Ia mengantuk. Ia baru tidur lewat tengah malam dan adiknya sudah mengganggunya sepagi ini.

Saat matanya baru saja hendak terpejam, ia terlonjak kaget saat sebuah bantal menghantam kepalanya.

"Lo dengerin gue nggak, sih?" Bara mengomel. Ia menjatuhkan bobotnya di samping Mahesa yang kini mengusap-usap wajahnya.

"Nggak usah ngelihat dia dekat sama cowok lain. Ngelihat penampilannya menarik perhatian orang lain aja gue rasanya mau marah." Bara mengacak-acak rambutnya.

"Wajar itu. Cewek kalau udah jadi mantan memang cantiknya naik berkali-kali lipat." Mahesa menutup mulutnya saat menguap lagi. "lagian biarin aja apa. Mungkin tujuannya memang langsung mau cari pengganti lo."

Bara langsung menatap Mahesa dan mendelik tajam.

"Lo tahu videografer gue yang namanya Mario?"

Bara mengangguk. Tidak mengerti apa hubungannya ini dengan Mario.

"Dia katanya lagi nyari perempuan yang siap diajak serius. Gue kenalin sama Alma aja kali, ya. Kali aja cocok."

"Sialan." Bara memukul Mahesa dengan bantal, "awas aja."

Mahesa terkekeh, "hidup lo ribet banget deh, Bar." katanya, "kalau lo merasa nggak bisa hidup tanpa Alma, ya udah kejar. Kalau lo lebih takut sama trauma lo, yang biarin Alma bahagia sama yang lain." Ia menatap Bara, "jangan egois. Jangan mentang-mentang lo nggak bahagia, lo mau Alma nggak bahagia juga. Jahat itu namanya."

Bara menghela napas berat. Ia menatap meja seperti menatap kepingan puzzle yang sedang ia kerjakan. Benaknya berkecambuk. Terlontar dari satu pemikiran ke pemikiran lainnya.

"Gue kayaknya nggak bisa deh tanpa Alma." Bara melirih, "tapi membayangkan semua ketakutan gue..." Bara menggantungkan kalimatnya. Ia menelan ludah, lalu menatap Mahesa dengan tatapan sulit diartikan.

"Bar, ingat semua kata-kata gue malam itu. Itu semua jawaban atas ketakutan lo." ujar Mahesa, "lo bisa atasi semuanya. Cuma masalahnya lo terlalu bebal."

Bara tidak suka pemilihan kata Mahesa, tapi ia diam saja.

"Lo pikir deh, lo mungkin bisa ketemu cewek lain yang lebih baik dari Alma, lebih cantik, lebih kaya. Tapi yang bisa ngertiin ego lo yang setinggi gunung merbabu? Belum tentu." jelas Mahesa, "lo mungkin perlu reinkarnasi berkali-kali dulu baru nemuin yang bisa nerima lo sebaik Alma."

Bara menyandarkan punggungnya ke sofa.

"Satu aja cukup, Bar. Punya satu anak aja." kata Mahesa. Ia menatap Bara yang masih terlihat bingung, "yakin nanti lo nggak iri kalau anak gue lahir."

Deep Talk Before Married [TAMAT]Where stories live. Discover now