4. Masa Lalu & Love Language

3K 406 31
                                    

Bara keluar dari lift dan melangkah lebar-lebar menyebrangi lobi lantai satu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bara keluar dari lift dan melangkah lebar-lebar menyebrangi lobi lantai satu. Ia mendekati meja yang ada di dekat pintu masuk. Lantai dasar masih ramai. Orang-orang mengantre di depan loket farmasi. Petugas rawat inap juga masih terlihat sibuk.

"Pak, ada..."

"Oh, ini, dok." Seorang pria berseragam keamanan memotong kalimat dan langsung mengulurkan bungkusan pesanan atas nama Bara. Setelah mengucapkan terima kasih, ia kembali berjalan menuju lift. Senyumnya tersungging saat ia melihat Ciara berdiri di depan lift. Wanita itu mengusap tengkuknya yang terlihat karena rambutnya dikuncir tinggi.

Ia menarik ujung rambut wanita itu. Ciara menoleh ke arahnya dan berdecak.

"Dari mana?" Wanita itu melirik bungkusan di sebelah tangan Bara.

"Roti, nih." Bara mengambil satu kotak dari plastiknya dan mengulurkan pada Ciara saat mereka masuk ke dalam lift. Ciara mengambil dan membuka kotaknya. Ada beberapa roti croissant di sana.

"Acara minggu ini kayaknya harus di reschedule deh. Gue ada jadwal operasi." kata Ciara. "Mahesa juga ada kerjaan di luar kota."

Bara mengangguk. Sebulan sekali, keluarga besar mereka memang mengadakan makan malam bersama. Tentu saja harus melihat dulu jadwal Ciara dan ayahnya yang kadang bisa ada operasi tiba-tiba.

"Sibuk ya kalian berdua." kata Bara dengan nada mengejek. Ia tahu bagaimana sibuknya Ciara, juga Mahesa. Ia salut karena dua-duanya sama-sama bisa mengerti.

Pintu lift terbuka di lantai sembilan. Saat Ciara melangkah, sebelah tangan Bara terulur untuk menarik ikat rambut wanita itu hingga rambut Ciara jatuh terurai.

"Bara!" Ciara mencebik kesal. Ia merapikan rambut dengan kedua tangannya.

"Pinjam." kata Bara sambil terkekeh.

"Buat apaan?" Ciara masih berdiri di tengah pintu lift.

"Buat kuncir rambut lah."

"Rambut apaan?" Ciara kebingungan sementara Bara menahan geli. "lo mau ke mana? Nggak turun di sini?" Ciara pikir Bara sudah selesai bertugas dan akan ke ruangannya.

"Gue mau ke atas dulu." Bara menaruh kedua tangan di pundak Ciara, membalik badan wanita itu lalu sedikit mendorongnya hingga keluar dari lift. "Bye..." Ujung jari telunjuknya menekan tombol untuk menutup. Ia tersenyum melihat Ciara berdecak sebelum sosoknya menghilang.

Ia melanjutkan perjalanan hingga ke lantai paling atas. Langkah kakinya menyeberangi lantai menuju tangga yang ada di ujung lorong. Gerak kakinya semakin cepat saat ia menaiki tangga dan mendorong pintu hingga terbuka. Angin malam langsung menerpa wajahnya. Ia memasuki rooftop rumah sakit dan mendekati Alma yang sudah duduk di salah satu beton memanjang yang ada di sana.

Rooftop itu temaram. Hanya beberapa lampu yang ada di sana. Di sudut ada kursi-kursi yang sudah tidak terpakai. Di sudut lainnya ada tumpukan barang-barang entah apa. Ada deretan tanaman dalam pot juga yang berjejer rapi.

Deep Talk Before Married [TAMAT]Where stories live. Discover now