24. Jealous

2.3K 340 22
                                    

Pura-pura bahagia ternyata bukan hal mudah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pura-pura bahagia ternyata bukan hal mudah. Alma telah berjanji untuk tak ingin menangisi Bara lagi. Tapi sesampainya di apartemen, tangisnya tumpah begitu saja. Di depan Diana dan Gia, ia menumpahkan semuanya. Ia pikir ia memang perlu menumpahkan semua. Semua hingga ke akar-akarnya hingga ia bisa berdiri kembali keesokkan harinya dengan perasaan yang lebih baik.

Keesokkan harinya, ia dan teman-temannya pergi ke mall. Mereka pergi ke salon, berbelanja dan melakukan banyak hal. Seharian itu, Alma melupakan Bara, dan rasa sakitnya. Tapi nyatanya semuanya tak bertahan lama. Saat ia masuk ke kamarnya dan disergap kesepian, sesak itu mengikatnya lagi. Seperti benar-benar tidak akan membiarkannya bahagia sedikit saja.

Setelah menjatuhkan belanjaannya ke lantai, ia mendekati meja. Ia mengambil vas berisi bunga mawar kering yang ada di sana, dan beberapa lagi di beberapa sudut kamarnya. Bunga-bunga pemberian Bara ia keringkan karena terlalu sayang untuk dibuang.

Ia bahkan menjaga bunga pemberian lelaki itu, tapi lelaki itu membuang perasaan begitu saja.

Ia mengumpulkan semuanya dan melemparkannya ke dalam tempat sampah. Bibirnya bergetar. Jantungnya berdentam kencang. Lebih daripada sedih, kali ini ia merasa marah.

***

Bara merindukan Alma, sangat. Tapi ia tidak pernah menyangka akan melihat gadis itu dengan penampilan seperti ini. Ia ada di lift saat Alma masuk di lantai dua. Tatapan mereka bersirobok selama beberapa detik. Gadis itu menatap dingin, seperti mereka tidak kenal sama sekali lalu berdiri tepat di depannya.

Gadis itu memotong rambutnya yang hampir mencapai pinggang hingga tinggal sebahu. Bukan itu saja yang membuatnya terkejut, gadis itu memakai blus tanpa lengan, dengan padanan rok pendek selutut. Ia benci penampilan gadis itu. Bagaimana bisa dia membiarkan begitu banyak kulitnya terekspos. Rasanya, ia ingin menyuruh gadis itu pulang ke rumah dan mengganti pakaiannya. Tapi sekali lagi, ia tak bisa melakukan itu.

Ia menatap tubuh gadis itu dari atas sampai bawah. Menahan dorongan untuk mengangkat sebelah tangan dan menyentuh lengannya. Menahan diri untuk menelusurkan jemarinya ke sepanjang lengannya.

Ia mengumpat dalam hati.

Orang masuk dan keluar silih berganti. Namun fokus Bara hanya tertuju pada gadis di depannya. Gerakan lift entah kenapa terasa sangat lambat dan itu menyiksanya.

Kotak besi itu akhirnya berhenti dan terbuka di lantai delapan. Alma keluar dan berjalan menjauh hingga tubuhnya hilang saat pintu menutup.

Bara menghela napas. Tidak menyangka berhadapan lagi dengan gadis itu akan sesulit ini. Dan mungkin itu akan terus terjadi. Mereka bisa bertemu di setiap sudut rumah sakit itu.

Bara keluar dari lift dan menyusuri lorong hingga sampai di ruangan Ciara. Ia menaruh bungkusan yang ia bawa di atas meja.

"Gue cuma minta beliin es cokelat. Kenapa lo beli roti segini banyak." kata Ciara. Ia mengambil cup dari dalam plastik dan melubanginya dengan sedotan.

Deep Talk Before Married [TAMAT]Where stories live. Discover now