10. Finansial

2.2K 302 8
                                    

Alma menatap tabel di layar komputernya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Alma menatap tabel di layar komputernya. Ia meneliti tiap nominal yang ia ketik di sana. Ia juga mengingat-ingat agar tidak ada yang terlewat. Setelah memastikan semua pengeluarannya setiap bulan tertera di sana, ia mencetak lembaran kertas itu. Ia mengambil kertas yang baru saja keluar dari mesin pencetak dan menyatukannya dengan lembaran lainnya.

Ia membuka lembaran itu satu persatu. Di sana semua laporan keuangannya tertera. Mulai dari gaji setiap bulan, pengeluaran, dan aset yang ia punya. Ia masih menatap lembaran kertas itu saat pintunya terdengar di ketuk pelan. Ia menengadah dan melihat Bara di baliknya.

Ia mematikan komputer dan membereskan meja saat Bara masuk ke ruangannya dan menjatuhkan bobotnya di sofa.

Setelah memastikan mejanya rapi, ia membawa lembaran kertasnya dan duduk di samping Bara. Saat itu sudah lewat jam sembilan malam.

Bara mengulurkan map plastik di tangannya. Alma menerima dan memberikan miliknya.

Alma menatap lembaran di depannya. Gaji Bara dari tiga rumah sakit jelas lebih besar dari gajinya. Pengeluaran laki-laki itu setiap bulan tidak terlalu banyak. Semuanya terlihat normal sampai ia melihat aset milik laki-laki itu. Tanah, rumah, dua buah apartemen, tiga buah mobil, rentetan deposito yang bunganya menambah penghasilan tiap bulan, tabungan dana darurat, tabungan dana pensiun, dan aset keuangan lainnya. Laki-laki itu juga tidak punya hutang. Keuangan laki-laki itu sangat stabil.

"Kamu baru kerja setahun, tapi asetnya udah segini banyak." Alma berkomentar.

Bara menengadah, "ada beberapa aset Papa yang dialihkan ke aku." Ia sudah pernah menolak semuanya, tapi ayahnya selalu bilang bahwa selama ini dia bekerja untuk ia dan Mahesa. Dia tidak punya istri dan kelak semua hartanya juga akan jatuh ke anak-anaknya. Ayahnya tidak peduli meski ia sudah bekerja, atau Mahesa yang finansialnya sudah stabil karena bisnisnya. Ayahnya hanya tahu bahwa ia masih sehat, dan selama ia masih bisa menghasilkan uang, ia akan memastikan anak-anaknya menikmatinya juga.

Alma membulatkan mulutnya. Tidak heran, dr. Irawan sudah praktek bertahun-tahun sebagai dokter bedah yang pasiennya tidak pernah sepi.

Alma sebenarnya tidak berpikir untuk melakukan ini. Tapi Bara mengingatkannya bahwa banyak masalah yang ditimbulkan dari ketidak terbukaan pasangan masalah keuangan.

"Keuangan kamu stabil." Alma menoleh dan menatap Bara yang masih fokus pada laporan keuangannya.

Bara mengangguk, "aku nggak punya hutang dan tanggungan. Saat ini, aku membiayai diri aku sendiri. Semua pengeluaran di rumah juga sepenuhnya Papa tanggung atas kemauan Papa." jelas Bara.

Alma mengangguk.

"Pengeluaran bulanan kamu lumayan banyak." komentar Bara. Tapi ia mengerti. Ia yang laki-laki dan tidak punya hobi jelas tidak bisa dibandingkan dengan Alma yang perempuan dan memerlukan banyak perawatan. "untuk belanja kayak baju, tas atau sepatu gimana?"

Deep Talk Before Married [TAMAT]Where stories live. Discover now