6. Masa Lalu 2

2.4K 319 7
                                    

Alma menatap keluar jendela

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Alma menatap keluar jendela. Berbanding terbalik dengan Bara yang tampak tenang di belakang setir, Alma mati-matian berusaha tenang. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya perlahan. Alunan musik terdengar dari radio. Mereka dalam perjalanan ke kediaman Bara. Ia bermaksud memenuhi ajakan malam malam keluarga mereka.

"Mau ke tempat lain aja?" Bara bertanya saat menghentikan mobilnya di perempatan. Tangannya terulur untuk mengambil tangan Alma dan meremasnya pelan. Ia menatap Alma yang menoleh ke arahnya.

Alma menggeleng pelan. "aku cuma, deg-degan aja."

Bara kembali melajukan mobilnya hingga akhirnya sampai di rumahnya. Mobil Mahesa sudah terlihat. Ia memarkirkan mobilnya di belakang mobil itu.

"Yuk." ajaknya. Ia menoleh dan melihat Alma tampak khawatir.

"Pakaian aku gimana? Makeup? Berlebihan nggak?" Alma tiba-tiba saja mengkhawatirkan banyak hal.

Bara tersenyum, "nggak, Alma." Ia mengatakan itu dengan pelan dan lembut. "kamu cantik." tambahnya.

"Serius, Bar." Ia menatap Bara yang terkikik geli.

Bara memiringkan tubuhnya hingga menatap Alma sepenuhnya, "coba aku lihat dulu." Ujung telunjuk Bara menyentuh ujung dagu Alma. Ia meneliti wajah di depannya, "mata cantik, hidung cantik, bibir apalagi." katanya dengan nada menggoda.

"Bara!" Alma mencubit pinggang Bara yang langsung mengaduh.

"Udah ayo. Kamu mau ketemu Papa aja udah kayak mau ketemu presiden." Bara keluar dari mobil, berjalan memutar dan membuka pintu sebelahnya.

Alma mengikuti genggaman Bara mendekati pintu. Ia memindai bagian depan rumah dua lantai itu saat Bara mengucapkan salam dan membuka pintu.

Alma mengekori Bara yang masuk ke dalam rumah lebih dulu. Sahutan salam terdengar dari dalam. Mereka terus melangkah hingga sampai di ruang makan. Ruangan itu ramai. Semuanya ada di sana dan masih sibuk dengan isi meja makan.

"Alma..." Ciara menyapa dengan ramah, "sini-sini..."

Alma tersenyum. Setelah menjabat tangan Irawan dan Ciara, Bara mengenalkannya pada Mahesa dan ibu Ciara yang juga ada di sana.

Mereka duduk di meja makan setelah semua makanan tersaji di atas meja.

"Alma temannya Iras, ya?" Mahesa bertanya saat ayahnya mulai mengambil nasi.

"Iya, Kak."

"Jangan panggil Kak. Kan kamu lebih tua." kata Bara, "harusnya Mahesa yang manggil kamu Kakak."

Alma menggeleng, "jangan. Nggak usah." katanya, lalu melirik Bara dengan sebal sementara yang lain mengulum senyum. Bara benar. Ia bahkan lebih tua dari kakaknya.

Suasana ruang makan itu ramai. Mereka membicarakan banyak hal. Dari satu topik ke topik lainnya. Dewi, Ibu Ciara banyak bertanya tentangnya. Ciara, Irawan dan Bara juga lebih banyak berbicara dan tertawa. Kecanggungannya perlahan mencair.

Deep Talk Before Married [TAMAT]Where stories live. Discover now