7. Mau Tinggal di mana Setelah Menikah?

2.4K 320 14
                                    

Dengan payung di sebelah tangannya, Alma menyeberangi lobi dan keluar melalui pintu otomatis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan payung di sebelah tangannya, Alma menyeberangi lobi dan keluar melalui pintu otomatis. Matahari menyengat tanpa ampun. Alma membuka payungnya dan berjalan menuju kedai kopi tak jauh dari rumah sakit.

Alma langsung mengantre setelah masuk ke kedai kopi itu. Ada empat orang di depannya. Selagi menunggu, ia menatap daftar menu yang terpajang di dinding. Ia juga melirik ke elatase yang memuat berbagai macam camilan. Ia melangkah maju setelah kasir menyelesaikan transaksi.

"Hazelnut satu. Yang large." Alma memesan saat ia sampai di depan kasir, "sama roti cokelatnya empat." tambahnya. Sementara gadis di depannya mengetuk-ngetuk layar, ia mengeluarkan uang dari dalam dompetnya.

Saat kasir menyebutkan nominal yang harus dibayar, sebuah uluran tangan di sampingnya menjangkau meja kasir lebih dulu. Ada dua lembar uang lima puluh ribuan terselip di jemarinya. Alma menoleh dan terkejut melihat senyum Bara di belakangnya.

"Tambah ice americano, Mbak." Suara berat laki-laki itu terdengar.

"Kok di sini?" Alma bertanya saat Bara maju selangkah dan berdiri di sampingnya.

"Iya. Tadi aku lihat princess jalan pakai payung. Mau kenalan." jawab Bara. Ia melihat Alma mengulum senyum dan menunduk. Setelah menerima kembalian, keduanya duduk dan menunggu pesanan.

"Good to see your shining face." puji Bara. Ia menatap Alma yang hari ini memakai blus berwarna krem dan rok pendek. Rambut panjang gadis itu diikat setengah. Gadis itu rapi dan cantik seperti biasa.

Bagi Alma, Bara terlalu blak-blakan. Laki-laki itu selalu memujinya dalam setiap kesempatan dan ia masih belum terbiasa. Ia masih bisa merasakan bahwa wajahnya memanas dan tidak ada yang bisa ia lakukan selain menunduk. Ia benci saat menyadari tingkahnya seperti ABG yang baru pertama kali berpacaran, padahal umurnya hampir tiga puluh tiga tahun.

Setelah menerima pesanan, keduanya keluar dari kedai kopi yang ramai itu. Bara mengambil alih payung yang baru saja dibuka Alma. Ia memegang bungkusan, dan payung di tangan kanan kirinya.

"Kenapa pakai payung, sih?" Ia bertanya karena bingung.

"Kalau langsung kena panas, kulit aku bisa langsung merah-merah."

Bara mengerti. Keduanya berjalan beriringan.

"Rok kamu terlalu pendek dan ketat. Besok-besok jangan dipakai lagi." kata Bara saat mereka sampai di lobi rumah sakit, "no excuse." tambahnya saat Alma belum sempat mengatakan apapun. Ia melihat Alma mengangguk di sebelahnya.

"Oke." Alma menurut.

Bara menatap Alma saat mereka berdiri di depan lift. Sepanjang hidupnya, Bara hanya pernah dekat dengan dua perempuan. Ayra, dan Ciara. Berhadapan dengan keduanya tidak pernah semudah ini.

"Kenapa?" Alma bertanya saat menyadari Bara menatapnya dengan tatapan begitu sulit diartikan.

Bara menggeleng saat pintu lift di depannya terbuka. Keduanya masuk dan merasakan kotak besi merangkak naik setelah mereka menekan tombol yang berbeda.

Deep Talk Before Married [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang