18. Ayra Renata

2.1K 297 32
                                    

Radit sudah melewati fase kritis dan kini memasuki fase penyembuhan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Radit sudah melewati fase kritis dan kini memasuki fase penyembuhan. Suhu tubuh lelaki itu mulai normal. Trombositnya perlahan naik. Selama itu Alma bolak-balik ke kamar perawatan untuk mengecek keadaan lelaki itu. Dan selama itu pula, Bara benar-benar memutus komunikasi dengannya. Bahkan saat mereka berpapasan, lelaki itu benar-benar tidak menyapanya dan menganggap seolah mereka berdua tidak mengenal satu sama lain. Itu menyakitinya. Sangat. Bagaimana bisa lelaki itu melakukan itu padanya. Beberapa hari yang lalu, mereka sangat intim, dan sekarang mereka tidak ubahnya orang asing bagi satu sama lain.

Alma tidak tahu apa yang Bara rasakan, tapi ini sungguh menyiksanya. Ia merindukan lelaki itu. Ia merindukan saat mereka mengobrol, makan bersama, ataupun hanya duduk sambil menatap satu sama lain.

Satu-satunya yang ia inginkan saat ini adalah kesembuhan Radit. Setelah lelaki itu pulih, ia bersumpah tidak ingin melihatnya lagi. Alma pikir ia mengorbankan terlalu banyak hanya karena rasa kasihannya saat ini.

***

Bara visit ke kamar Radit setiap hari untuk mengecek keadaannya. Kadang ia bertemu dengan Iras, kadang Okta yang menjaganya. Jika ia datang sore, sudah pasti Alma yang ada di sana. Selalu sulit menatap gadis itu di waktu-waktu itu. Melihat Alma berada di samping ranjang membuatnya darahnya mendidih dan sesak di saat bersamaan. Tapi ia bersyukur gadis itu menuruti permintaannya untuk keluar dari ruangan saat ia sedang memeriksa.

Saat ia datang malam ini, ruangan itu ramai. Tak hanya ada Iras, tapi juga ada Okta, Gia, Diana dan Alma. Ruangan yang biasa sepi itu mendadak ramai. Mereka menjenguk bersamaan karena besok weekend hingga mereka punya banyak waktu.

Saat melihat kehadiran Bara bersama seorang perawat di belakangnya, Alma bergerak bagai robot yang telah diprogram untuk keluar dari ruangan. Bara melakukan pemeriksaan seperti biasa dan memberitahu bahwa hasil darah semakin baik.

"Kita tunggu hasil cek darah besok, ya. Kalau memang bagus, boleh pulang." kata Bara. Suasana mendadak canggung karena semua orang di sana mendadak terdiam dan hanya mengangguk. Suasana terasa sangat aneh. Jika Bara tak disumpah dokter dan boleh memilih-milih pasien, ia tidak akan berada di sini meski lelaki itu sekarat sekalipun.

"Makasih, dok." Gia yang memecah kecanggungan. Bara mengangguk, tersenyum kecil lalu keluar dari sana. Ia berhenti sebentar di depan Alma yang berdiri di depan pintu.

"Kalau besok hasil cek darahnya bagus, dia boleh pulang." Bara memberitahu.

Alma mengangguk di depannya. Belum sempat Alma mengatakan apapun, Bara membalik badan dan berjalan menjauh. Alma tahu ada banyak yang ingin ia katakan pada lelaki itu. Tapi ia sadar ini bukan waktu yang tepat hingga ia membiarkan lelaki itu menjauh. Bara naik ke lantai sembilan dan menyusuri lorong menuju ruangan Ciara. Wanita itu ada di sana. Sedang fokus pada komputernya dan hanya melirik saat Bara masuk ke ruangannya.

"Ra, nanti nonton, yuk." ajak Bara. Ia duduk di kursi yang ada di ruangan itu dan melihat Ciara yang fokus pada layar komputernya.

"Nggak mau." tolaknya langsung. Ia tidak menoleh. Jari telunjuknya sibuk menggerakkan tetikus untuk menggulung layar. "ajak Sadam atau Thomas aja."

Deep Talk Before Married [TAMAT]Where stories live. Discover now