20. Seks

3.1K 339 22
                                    

Pagi ini, Alma kembali pada hidupnya yang sempurna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi ini, Alma kembali pada hidupnya yang sempurna. Saat ia keluar dari rumahnya, Bara sudah ada di halaman rumahnya. Bersandar pada badan mobil dengan satu tangan yang disusupkan ke dalam saku. Lelaki itu tersenyum saat ia mendekatinya. Senyum tulus yang selalu membuatnya jatuh cinta. Yang selalu membuat hatinya menghangat. Yang selalu ia ingin lihat setiap hari. 

Morning Princess…” Bara menyapa saat Alma sampai di depannya. 

Alma tersenyum lebar. Ia mengekori Bara yang membukakan pintu penumpang lalu melesak di sana. Sementara Bara memutar dan duduk di belakang kemudi. 

“Sesuai request, ini bunganya, ini cokelat panasnya.” Bara memberikan keduanya pada Alma yang langsung menerimanya dan mengucapkan terima kasih. 

Alma tersenyum. Hatinya mengembang dan terasa ingin meledak saking senangnya. 

“Kamu nggak mau request bunga lain? Kalau udah kekumpul tujuh macam kan lumayan, bisa buat kamu mandi.” 

“Biar aura aku makin keluar, ya?” Alma menyesap cokelat hangatnya 

“Nggak sih. Aura kamu udah terang benderang banget.” 

Kalimat Bara membuat Alma terkekeh. Ia mengambil paper bag yang ia bawa. “Bar, aku bikin sushi, nanti kamu cobain kalau senggang, ya.” Ia mengeluarkan kotak makan dan menaruhnya di samping. 

“Wah… makasih.” Bara melirik sekilas. 

“Aku juga beliin kamu sepatu gunung. Besok dipakai, ya.” Alma membuka kotak di pangkuannya dan memperlihatkannya pada Bara. 

Bara menghentikan mobilnya tepat di perempatan lampu merah. Ia melihat sepasang sepatu di dalam kotak. Kedua matanya berbinar senang. Ini adalah kali pertama seseorang memberikannya hadiah. Ia tidak bisa menahan perasaan senang dan hangat menjalar di sela-sela tubuhnya. 

Oh, jadi ini rasanya hobinya didukung pasangan. 

“Suka nggak?” Alma bertanya karena Bara hanya terdiam. 

“Suka banget. Besok aku pakai ya.” Bara kembali menekan pedal gas saat lampu lalu lintas berubah hijau. 

“Nanti cobain dulu, ya. Kalau nggak muat biar aku tukar.” kata Alma sambil menutup kotak kembali, “tapi itu udah sesuai ukuran kamu biasanya, sih.” 

Bara mengangguk. Sebelah tangannya terulur untuk meremas tangan Alma. Ia mengucapkan terima kasih sekali lagi. 

“Besok berangkat jam berapa?” Alma menyesap isi cupnya lagi. 

“Jadwal keretanya malam, sih. Jadi selesai praktek paling langsung ngumpul di rumah Mahesa.” 

*** 

Keesokan harinya, Alma ada di rumah Bara. Gadis itu duduk bersila di sofa dan memperhatikan Bara yang sedang berkemas. Lelaki itu mengeluarkan berapa potong kaos, celana dan jaket dari dalam lemari. Stok makanan dan air ada di atas meja. Carrier warna hitamnya tergeletak di sampingnya. Menyusul jas hujan, sleeping bag, topi, lalu barang-barang kecil lainnya. 

Deep Talk Before Married [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang