Pelindung Kinara

51 4 16
                                    

Hai, jumpa lagi kita. Semoga masih tetap setia nunggu Gema dan Kinara, ya🤗🤗




"Kinara!" Gema langsung berlari ke arah Kinara yang duduk meringkuk di sudut emperan ruko terbengkalai. Kedua lengan Gema menarik Kinara dalam pelukannya, mengunci tubuh bergetar sang gadis dengan perasaan lega.

"Kak Gema," gumam Kinara lirih. Segala ketakutan dan kekhawatiran Kinara lenyap seketika. Namun, air mata dan tangisan justru pecah membasahi kaus Gema.

Ada beribu pertanyaan yang ingin Gema lontarkan pada gadis dalam pelukannya. Rasanya, Gema ingin memarahi Kinara karena keteledoran gadis itu yang pergi tanpa izinnya. Tidak tahukah Kinara jika suara tangisannya ditelepon hampir membuat jantung Gema lepas dari rongga dada?

Akan tetapi, segala amarah dan pertanyaan dalam kepala Gema secara perlahan menguap ditelan angin malam. Masih dengan memeluk Kinara, Gema memejamkan mata dan menghirup udara malam untuk mengisi paru-parunya yang terasa sesak akibat perbuatan Kinara.

"Jangan kayak gini lagi, Kinara! Kamu nggak tahu seberapa takutnya aku saat mendengar suara tangisanmu di telepon." Suara Gema bergetar, matanya yang terpejam terasa basah.

"Maaf," ucap Kinara, kepalanya bersandar di dada Gema dengan tangan yang meremas bagian depan kaus Gema.

Mendengar maaf Kinara, Gema memilih diam, mengeratkan pelukannya dengan tangan yang mengusap punggung sempit Kinara.

"Kak Gema."

"Iya."

"Maafin Kinara udah buat Kak Gema khawatir."

"Aku maafin. Tapi ada syaratnya."

Kinara mendongak, "Apa syaratnya?"

Jadi pacar aku.

"Syaratnya adalah jelasin alasan kenapa keluar rumah nggak izin dulu sama aku. Kamu nggak lupa, kan, kalau aku ini pengganti Om Surya dan Tante Nurul?"

Kinara diam. Wajahnya kembali menunduk, matanya diam-diam melirik paper bag yang berada di tengah-tengahnya dan Gema. Kinara menimbang, jika ia memberitahukan alasannya pergi tanpa izin pada Gema maka laki-laki itu akan tahu hadiah yang Kinara persiapkan untuknya.

"Kenapa diam?" tanya Gema sambil menepuk pelan puncak kepala Kinara.

Kembali mengangkat wajahnya, Kinara memasang wajah ragu. "Kalau Kinara kasih tahu alasannya nanti nggak suprise lagi dong," keluh Kinara. "Kak Gema nggak usah tahu, ya."

Seulas senyum tercipta di bibir Gema, laki-laki itu mengusap sisa-sisa air mata di pipi Kinara. Penjelasan Kinara membuat otak Gema langsung terkoneksi dengan ulang tahunnya yang tinggal dua hari lagi. Mungkin, gadis itu tengah mempersiapkan sesuatu untuknya.

"Kalau gitu syaratnya diganti gimana? Mau nggak?"

Anggukan pelan dari Kinara membuat senyum Gema melebar. "Besok bawain bekal buat aku, ya. Udah lama aku nggak makan masakan buatan kamu, Ki," kata Gema.

"Kak Gema serius? Kinara, kan, cuman bisa masak air, mi rebus sama mi goreng. Kak Gema yakin mau bawa bekal mie doang?"

"Yakin. Besok masakin aku mi goreng."

"Memangnya nggak malu kalau nanti teman-teman Kak Gema ngetawain Kak Gema makan mie goreng?"

"Nggak." Karena aku bangga sama masakan calon istriku.

"Yaudah, deh. Nanti Kinara masakin mi goreng buat Kak Gema."

"Kok, yaudah, deh?"

"Emang kenapa?"

Gemara [On Going]Where stories live. Discover now