Amarah Mama

17 1 0
                                    


Menghadapi Kinara yang terus mempertanyakan perihal lukanya saja Gema sudah kelabakan. Dan, sekarang dia harus menghadapi mamanya. Gema pasrah. Sadar diri jika perbuatannya kali ini sudah diluar batas.

But, cinta memang seperti itu, kan? Suka yang diluar batas.

Sebelumnya, Gema menarik napas rakus. Dia harus menyiapkan diri mendengar nasihat sepasang jalan tol dari mamanya.

"Ge, Mama sama Papa memang membolehkan kamu melakukan apa pun yang kamu inginkan. Tapi dengan catatan nggak merugikan diri kamu dan orang lain."

Kalimat pembuka terdengar. Gema menunduk. Menyadari jika dia sudah melanggar aturan yang sudah disepakati bersama dengan kedua orang tuanya.

"Maaf, Ma. Maaf, Pa. Gema akui kali ini Gema kelewatan."

"Sangat kelewatan, Gema."

"Ma, sabar," sela Andi, menenangkan sang istri. "Kita dengar penjelasan Gema dulu. Papa yakin ada alasan mendasar dan kuat kenapa dia berbuat seperti itu."

Mayang melotot. Kaget mendengar pembelaan suaminya pada sang anak. "Mas, dia hampir buat anak orang mati. Nggak ada alasan mendasar dan kuat untuk membenarkan tindakan dia. Dia masih di bawah umur tapi kelakuan dia sudah seperti gangster," murka Mayang. Wajah cantik yang kalem itu seketika berubah menjadi merah menyala. Kesabarannya benar-benar diuji.

"Gema, Ya Allah. Mama dan Papa nggak pernah ngasih makan kamu pakai uang haram. Mama dan Papa juga nggak pernah mengajarkan kamu berbuat jahat. Apalagi sampai menganiaya anak orang, Ge. Kalau terjadi apa-apa sama kamu gimana, Ge. Mama bisa mati." Suara Mayang melemah diakhir. Matanya yang semula penuh amarah kini meredup dan berkaca-kaca.

Gema menggeleng. Mendekati mamanya dan menggenggam kedua tangannya. "Ma, jangan ngomong kayak gitu. Gema salah. Gema minta maaf."

Andi mengusap bahu istrinya. Kali ini, pria itu diam. Dia sepakat dengan sang istri.

"Maaf, Ma. Maafin Gema." Lagi, ungkapan maaf terus Gema lancarkan.

"Ge, Mama nggak tahu apa yang akan terjadi kalau Om kamu nggak segera menutupi kasus ini. Kamu nggak lupa, kan, beberapa kasus penganiyaan yang viral baru-baru ini? Nggak peduli sebanyak apa pun uang dan koneksi mereka, tuntutan warganet dan masyarakat bisa menjungkirbalikkan semuanya. Uang dan kekuasaan nggak bisa selamanya membungkam fakta," terang Mayang dengan air mata yang terus berjatuhan. Masih segar dalam bayang-bayangnya bagaimana kakak sepupunya menghubungi dan menjelaskan perihal masalah Gema.

Sungguh, semua itu sangat menakutkan. Bahkan untuk bernapas saja rasanya sulit. Mayang dan Andi langsung mendatangi rumah sakit, menjenguk dan meminta maaf atas perbuatan putra tunggal mereka. Beruntung, permintaan maaf dan pertanggungjawaban yang diajukan keluarga Gema berhasil.

"Apa, sih, yang ada dipikiran kamu, Ge? Kamu pukul anak orang sampai tulang rahangnya bergeser. Kalau bukan uang milyaran yang digelontorkan Om kamu, kamu pasti sudah berada dibalik jeruji besi, Sayang." Kedua telapak tangan bergetar Mayang merangkum wajah tampan sang putra. "Apa kamu pikir tindakan kamu ini akan membuat masalah selesai? Nggak, Sayang. Yang ada dendam dan kebencian Alvin sama kamu semakin besar," tutur Mayang lembut. Dia belai pipi Gema yang membiru. Bekas pukulan Alvin cukup mengerikan.

"Apa salah membela orang yang Gema sayang?" tanya Gema lirih. "Ma, Gema selalu berusaha menjaga Kinara. Gema selalu memastikan dia baik-baik aja. Gema bahkan nggak biarin satu ekor nyamuk pun menggigitnya. Dan si bangsat itu dengan seenaknya melukai Kinara."

Mayang dan Andi terhenyak. Ternyata sudah sedalam itu perasaan putra mereka pada Kinara.

"Gema nggak akan memaafkan siapa pun yang berusaha melukai Kinara, Ma."

Gemara [On Going]Where stories live. Discover now