Nasihat Bijak

23 1 0
                                    


"Pa, Ma." Gema langsung menyalami kedua tangan orang tuanya yang sedang duduk di ruang tamu.

"Kata Bibi kamu keluar. Duduk sini." Mayang menepuk sisi sofa yang kosong di sebelahnya.

Duduk di sebelah mamanya, Gema langsung menyandarkan kepalanya. "Tadi nemenin Kinara beli kebutuhannya," terang Gema jujur.

Gema memang ikut membeli kebutuhan urgent Kinara.

Mayang saling bertukar pandangan dengan suaminya. Keduanya merasa ini yang tepat untuk membicarakan perihal kedekatan putra mereka dengan Kinara.

"Ge, boleh Papa dan Mama minta waktu kamu sebentar. Mau ngobrol sedikit. Boleh, kan?" Andi bertanya dengan hati-hati.

"Bisa, Pa." Gema segera memperbaiki posisi duduknya. Diam-diam Gema merasa sedikit aneh melihat kedua orang tuanya tampak serius. Sepertinya ini akan memakan waktu yang lama, pikiran Gema.

"Ge, sekolah kamu gimana? Baik-baik aja, kan?" Andi lebih dulu memulai.

"Baik, Pa."

"Futsal juga?"

"Iya. Semua aman sejauh ini."

Andi tampak mengangguk pelan. Ayah anak satu itu memberi kode pada sang istri untuk mengambil alih perbincangan.

"Sayang, kamu sama Kinara baik-baik aja, kan? Maksud Mama, kamu nggak bawa Kinara ke tempat tongkrongan kamu sama teman-teman kamu, kan?"

Gema menggeleng. "Gema sama sekali nggak pernah bawa Kinara ke sana. Gema nggak mungkin memperkenalkan Kinara sama tempat-tempat busuk seperti itu, Pa, Ma."

Mayang dan Andi melihat kejujuran yang mendalam di kedua mata putra tunggal mereka. Sebagai orang tua, Andi dan Mayang tidak membatasi pergaulan Gema. Bagi mereka selama Gema bisa menjaga diri, keduanya akan memberikan izin dengan siapa Gema berteman. Termasuk nongkrong dengan teman-temannya di club atau liburan ke luar kota.

Mungkin itu terdengar terlalu bebas, tetapi di usia Gema yang sedang asyik-asyiknya membangun circle pertemanan tidak bisa dibatasi. Yang mereka lakukan adalah selalu berusaha ikut berteman dengan teman-teman Gema. Memiliki kontak mereka sekaligus tahu tempat-tempat yang sering didatangi sang putra.

"Ge, Mama tahu kamu bisa menjaga Kinara dengan baik. Tapi Mama harap dan Mama mohon sekali sama kamu, Ge. Tolong kurang-kurangin berduaan sama Kinara. Kamu ngerti, kan, maksud Mama?"

"Iya, Ma. Gema ngerti kok. Gema juga takut kalau harus skinship sama Kinara. Sekecil apa pun itu. Gema selalu berusaha buat nguranginnya," ujar Gema. Barang sedikit pun tidak bisa luput dari ingatan Gema. Tidak peduli sekecil apa pun sentuhannya dan Kinara, Gema akan terus mengingatnya.

"Gema sayang sama Kinara, Ma, Pa. Gema ingin dia selalu baik-baik aja di dekat Gema."

"Mama tahu. Mama sama Papa juga tahu kamu sangat sayang dan perhatian sama Kinara. Untuk itu Mama sama Papa selalu berpesan sama kamu, Ge. Jaga diri. Jaga Kinara. Terakhir selalu ingat Allah."

Gema mengangguk mantap. Senyum manis bertengger di bibirnya, pertanda dia benar-benar bahagia dengan dukungan dan nasihat dari kedua orang tuanya.

Perlu diketahui, Gema kerap kali curhat tentang permasalahannya pada kedua orang tuanya. Baik itu masalah sekolah, teman, futsalnya, tetapi tidak dengan perasaannya pada Kinara. Gema belum siap untuk yang satu itu.

Sayang sekali, permasalahan yang tidak pernah Gema ceritakan itu ternyata sudah bisa terbaca oleh kedua orang tuanya. Walau tanpa clue sekalipun.

Selepas pembicaraan serius dengan kedua orang tuanya, Gema kini tengah berselancar di media sosialnya di kamar. Berhubung dia hanya punya Instagram, maka waktunya tercurahkan di sana.

Gemara [On Going]Where stories live. Discover now