Vampir

31 2 0
                                    

"Habis ngapain tadi sama Alvin?" Interogasi langsung dilakukan Gema saat ia dan Kinara dalam perjalanan pulang.

"Kak Gema lihat?"

Gema mengangguk. "Iya." Rahangnya mengeras setiap kali mereka ulang adegan manis di mana tangan Alvin mengacak rambut gadisnya. Kalau mengikuti kata hatinya, Gema pasti sudah melayangkan pukulan ke wajah menyebalkan saingannya itu.

Kinara yang tidak menyadari aura menakutkan dari sosok di sampingnya menyambut obrolan Gema dengan senang hati.

"Kak Alvin ngajak Kinara jalan-jalan, Kak."

Cengkraman Gema pada setir mobil kian erat. Giginya bahkan sampai bergemeretak menahan amarah yang berkobar di dalam dadanya mendengar pengakuan Kinara.

"Sialan! Berani-beraninya dia deketin milik gue," batin Gema jengkel.

"Kamu mau?" Gema berusaha menormalkan suaranya agar tak terdengar kesal. Dari ujung matanya ia menyaksikan senyum Kinara mengembang.

"Awalnya iya. Tapi karena sebentar lagi Kak Gema ulang tahun Kinara terpaksa nolak. Kinara mau fokus buat nyediain hadiah buat Kak Gema," terang Kinara sambil tersenyum manis.

Perlahan, amarah Gema meredup.

"Tapi Kinara sama Kak Alvin bakalan jadi jalan-jalan setelah ulang tahun Kak Gema."

Shit!

Tiba-tiba Gema menepikan mobilnya di bahu jalan.

"Kenapa berhenti, Kak?" tanya Kinara sambil memperhatikan keluar mobil. "Kakak mau beli sesuatu?" Kini Kinara sudah berbalik menatap Gema yang juga sedang menatapnya.

"Mau makan batagor nggak? Aku lagi pengen makan batagor soalnya," ajak Gema sembari menyingkirkan beberapa helai rambut Kinara yang menutupi dahi gadisnya.

"Mau. Ayo!" Kinara menyambut dengan senang. Gadis itu bahkan turun duluan.

Gema menyusul. Langkahnya melebar agar berjalan sejajar dengan Kinara yang sudah lebih dulu.

Satu piring berdua. Itu bukan kemauan Gema, tetapi laki-laki itu terpaksa makan sepiring dengan Kinara jika tidak mau gadis itu makan batagor dengan level pedas dewa.

Dua gelas es teh menjadi pelengkap dahaga Gema dan Kinara. Kedua asyik makan sampai tidak sadar jika ada yang memotret dari jarak jauh.

Dari dalam mobilnya Alvin tersenyum sinis, bisa-bisanya Gema dan Kinara bermesraan.

"Kayaknya Gema mau ngebalas gue. Oke. Gue juga bakalan bales, lo, Ge. Kita lihat siapa yang bakalan ngedapetin Kinara," gumam Alvin sambil menaikkan kaca mobilnya, lalu pergi.

"Kenapa, Kak?" Kinara menatap Gema yang melihat ke arah jalan. Sepertinya Gema sedang mencari sesuatu.

"Kayak ada yang ngeliatin kita, Ki."

"Masa, sih Kak?"

"Iya. Tapi kayaknya cuma perasaan aku saja."

Kinara hanya manggut-manggut, lalu kembali fokus pada makanannya. Sementara Gema, dia masih melihat ke arah jalan dia yakin tadi ada mobil yang berhenti di seberang jalan. Seseorang di dalam mobil itu seperti tengah memata-matainya dan Kinara.

***


Gema benar-benar tidak bisa fokus di rumah. Pikirannya kembali ke warung ketoprak di mana perasaannya mengatakan jika ada orang lain yang memperhatikannya dan Kinara. Namun, Gema tidak bisa membuktikan hal itu.

"Gema!"

"Iya, Ma." Gema bangun dari rebahannya di sofa depan televisi. Langkah lebarnya memasuki dapur, menghampiri mamanya yang sibuk menata puding pisang ke atas mangkuk.

Gemara [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang