Ketakutan Gema

23 0 0
                                    


"Kamu yakin mau jenguk Kak Alvin?" tanya Abel. "Kenapa nggak bareng sama Kak Gema, sih, Ki? Kamu malah bilang pengen main ke rumahku. Gimana kalau Kak Gema sampai kamu bohong?" Abel menatap Kinara cemas.

"Aku nggak mau bikin Kak Gema capek, Bel. Aku mau Kak Gema nggak bolak balik nganterin aku terus ke bengkel nungguin mobilnya. Kalau aku ikut kamu dari sekarang, kan, Kak Gema bisa langsung ke bengkel," ujar Kinara tanpa melepas pandangannya dari Gema sibuk berbicara dengan Dani. Laki-laki itu seperti tengah menjelaskan tentang mobilnya yang tiba-tiba mogok.

Menghela napas panjang, Abel ikut memperhatikan Kinara. Abel paham bahwa sahabatnya itu sangat-sangat dekat dengan Gema, keduanya melekat bagaikan lem dan kertas. Gema yang begitu memanjakan Kinara dan Kinara yang begitu manja pada Gema.

"Ki, kamu beneran sayang sama Kak Gema?"

Kinara yang masih fokus pada Gema hanya mengangguk.

"Kalau Kak Gema nembak kamu, kamu mau jadi pacar dia?"

"Nggak. Aku nggak mau jadi pacar Kak Gema."

"Kenapa?"

"Karena Kak Gema Kakak aku."

Abel hanya mampu menggeleng. Mau berperang kata dan menumbangkan kelemotan otak Kinara yang benar-benar tidak tahu diri itu. Kenapa tidak tahu diri? Ya, karena sahabatnya itu tidak peka akan perlakuan berlebihan yang selalu Gema berikan padanya.

"Terserah, kamu, Ki. Sekarang mending kamu minta izin ke Kakak kamu biar kita cepat pulang. Aku nggak kuat panas-panas."

Mengikuti keinginan Abel, Kinara berjalan menghampiri Gema.

"Adek lo ke sini, Ge." Bisikan dari Dani direspon cepat oleh Gema.

Kepala Gema menoleh, senyum kecil menghiasi bibirnya melihat Kinara berlari kecil ke arahnya.

"Kak Gema."

"Iya sayang."

Senyum malu-malu tersinggung di bibir Kinara, gadis yang mematahkan hati Gema sekaligus menyembuhkan itu mendekati Gema. "Ih, jangan panggil gitu. Malu tahu," gumam Kinara tanpa menyurutkan senyuman.

"Kenapa malu sih, Ki? Semua orang kan tahu kalau aku sayang kamu," balas Gema santai.

Aldi, Dani, dan Yusuf yang memperhatikan tingkah sepasang kakak adik palsu itu hanya menggelengkan kepala. Bisa-bisanya kedua remaja itu biasa saja setelah pernyataan perasaan dan penolakan.

Aneh memang.

"Ki, kamu mau pulang bareng Abel? Itu dia kayaknya nungguin kamu," celetuk Dani yang tidak tahan melihat lakon manis Gema dan Kinara.

"Astaga! Jadi lupa kan." Kinara menepuk jidatnya. "Kak Gema, Kinara izin pulang bareng Abel, ya. Kinara mau main sama Abel. Boleh ya?"

Gema tak langsung menjawab. Matanya memandang Abel yang berdiri di sisi mobil sambil mengipasi wajahnya dengan buku. "Maaf, ya, aku nggak bisa nganterin kamu. Mobil aku harus dibawa ke bengkel soalnya," sahut Gema dengan pandangan yang sudah terfokus pada Kinara. "Tapi aku pulang nanti aku jemput."

Kinara mengangguk senang. "Nggak apa-apa, Kak. Nanti pas mau pulang Kinara nge-chat Kak Gema."

"Ya udah. Have fun, ya."

Gema hanya bisa memandang mobil Abel yang sudah menjauh dari sekolah. Dia lalu berbalik dan menatap Dani yang tengah menyeringai lebar. "Dasar bucin," cibir Dani.

Gema hanya mengendikkan bahunya. "Mau ikut gue nanti ke rumah Abel?"

"Nggak. Gue dipaksa Vini buat nemenin dia nyari buku."

Gemara [On Going]Where stories live. Discover now