06. Hampa

114 15 1
                                    

"Lo pameran kapan sih, Ren?" Elang mendudukan dirinya di atas sofa. Menanti jawaban Renjana yang sedang sibuk dengan lukisannya di meja belajar.

"Kemarin habis konfirmasi sama pembimbing kayaknya akhir bulan ini deh, barengan sama Gendhis." Jemari Renjana menggugurkan abu rokoknya. Sudut ekor matanya menangkap bayangan Gendhis yang baru saja masuk ke dalam ruangan.

"Udah di sini aja, tumben." Sapa gadis itu pada Elang. Ia membuka plastik makanan yang dibawanya.

"Nungguin kamu dong. Beli apa ini?"

"Tadi dia nitip nasi padang. Kamu belum makan? Makan berdua aja."

"Maunya makan kamu gimana dong, Sayang?"

Wajah Gendhis memanas seketika, ia melirik ke arah Renjana yang mendelik galak ke arah keduanya. "Apa sih, El. Mau dilempar keluar sama Renjana tuh."

"Yaelah, Ren. Cari cewek makanya."

"Bacot anjing. Mesum di sini gue sunat habis punya lo."

"Ck, ngilu bangsat." Maki Elang hiperbola.

Setelah menaruh kuasnya di atas meja, Renjana akhirnya menyusul untuk duduk di atas karpet bersama dengan Gendhis. Bersiap menyantap makan siangnya yang Gendhis bawakan.

"Kamu pameran bareng sama dia, Yang?" tanya Elang pada Gendhis yang baru saja menyuapkan sesendok nasi ke dalam mulutnya. Gadis itu mengangguk sebagai jawaban.

"Iya, berdua doang apa sama siapa aja sih, Ren?" Gendhis bertanya pada Renjana.

"Gatau, kayaknya kita berdua doang deh. Oh iya, undangan nya udah lo siapin belum? Siapa aja yang mau lo undang?"

"As a vip guest?" tanya Elang.

Gendhis mengangguk. "Udah sih. Lo rencana ngundang kolektor juga nggak, Ren?"

Renjana mengangguk. "Gue pengen banget ngundang Bu Kusmini, tau nggak? Pelukis kondang itu. Tapi pesimis bakalan dateng sih gue."

"Lah, belom dicoba, Ren. Pesimis kenapa sih?"

"Pasti sibuk banget lah." Gendhis mengangguk-angguk, mengiyakan. "Lo, siapa yang mau lo undang?"

"Ngeliat lo pesimis gitu, gue jadi ikut pesimis sih sebenernya. Niatnya gue juga pengen ngundang Bu Kusmini juga. Sama Pak Nyoman sih pengennya."

"Coba dulu aja, Sayang. Kan kita belum tau gimana hasilnya. Nggak ada salahnya coba kan?"

Gendhis mengangguki ucapan Elang di sampingnya. "Iya, El. Aku bakalan coba dulu."

"Tanggal berapa sih kira-kira kalian pameran?"

"Tanggal 20 an bulan depan kayaknya. Kamu bisa dateng kan, El?"

"Apa sih yang nggak bisa buat kamu?" Elang memasang senyuman lebar seraya mengecup gemas pipi Gendhis.

"Njing. Lah, Gi. Lo nggak ngundang tunangan lo?"

Wajah Si Cantik mendadak canggung sebab tatapan penuh rasa ingin tau Elang. Sesaat ia mengangguk. "Kayaknya sih, tapi ya lo tau kan sesibuk apa dia."

Elang mengukir senyuman miring. Mendapat atensi dari Renjana yang hanya mengangguk mengiyakan ucapan Gendhis.


-


Kenan tersenyum ketika akhirnya Gendhis mau mengabarinya di tengah kesibukan gadis itu. Pesan-pesan yang ia kirimkan sejak pagi tadi dibalas tanpa menunggu hari berganti menuju malam.

Bahkan Gendhis mengiyakan ajakannya untuk makan malam bersama. Ia menjemput gadis itu di lobby studio, seperti biasa.

"Kamu mau makan apa?" tanya Kenan saat Gendhis telah duduk di kursi penumpang.

KalopsiaWhere stories live. Discover now