12. The Day

94 11 0
                                    

Hari ini adalah hari yang beberapa bulan terakhir selalu Gendhis tunggu kehadirannya. Pameran tunggal sebagai salah satu bentuk tugas akhir dari semester ini. Gendhis bangun di pagi hari dengan senyuman yang tak luntur dari wajahnya.

Beberapa pesan dari Renjana yang memintanya untuk tidak datang terlambat telah menghantui. Pameran milik Renjana telah berjalan sejak dua hari yang lalu. Dan hari ini adalah pameran hari pertama milik Gendhis.

Senyuman di bibir Gendhis kembali mengembang lebar saat melihat nama Elang muncul di layar ponselnya yang masih menyala.

• Semangat ya, Sayang
• Aku berangkat dulu
• Besok habis after party, kita ketemu ya

Ia mengetik balasan dengan cepat. Mengatakan iya dan hati-hati untuk Elang yang sedang dalam perjalanan. Bertepatan dengan ia mematikan ponselnya, pintu kamarnya terketuk.

"Nduk, udah siap belum? Ini Kenan udah nungguin loh."

"Iya, Mi. Udah siap kok." Seru Gendhis dari dalam kamarnya seraya menyiapkan tas dan terburu keluar kamar. Ia menemukan Maminya yang telah bersiap di depan kamar. "Mana Mas Kenan?"

"Itu manasin mobil sama Bapak di depan. Ayo. Lama kamu ini."

Gadis itu menyengir. Lantas merangkul lengan Maminya dan berjalan bersama menuju teras. Mereka menemukan Kenan dan Purnomo sedang mengobrol ringan di samping mobil yang tengah dipanasi.

"Saya juga rencananya pengen buat ganti Om, Eyang udah sering ngomel kalo saya jemput pake itu." Obrolan mereka terdengar hingga tempat Gendhis dan Maminya berada.

"Loh, kenapa diganti? Bukannya Eyang udah ada kendaraan sendiri to, Le?"

Kenan tertawa. "Kalau nambah saya belum siap to, Om. Masih banyak yang harus disiapin. Eyang sebenernya memang udah ada kendaraan sendiri, tapi kalau mintanya saya ganti ya mau bagaimana lagi Om."

Purnomo ganti tertawa. "Eyangmu itu emang unik kok. Masa cucunya punya senengan sendiri nggak boleh. Bilang aja, nggak boleh ganti sama Om Purnomo."

Lelaki itu mengangguk, tersenyum mengiyakan. Lantas pandangannya beralih menuju Gendhis yang datang bersama dengan Sekar.

"Hai." Sapa Gendhis dengan begitu lembut. Ia kemudian melepaskan rangkulannya pada lengan Maminya dan berjalan menghampiri Kenan yang sempat terdiam beberapa saat memperhatikan Gendhis yang luar biasa indah kali ini.

"Nih, kamu yang nyopir ya, Le. Om sama Tante di belakang aja." Ucap Purnomo yang lantas merangkul lengan istrinya dan masuk ke dalam mobil di bagian belakang. Kenan dengan sigap membukakan pintu untuk Gendhis, mempersilakan gadisnya masuk terlebih dahulu.

Sesampainya ia di dalam mobil, Purnomo kembali membuka percakapan. "Tapi kayaknya Eyangmu nggak salah, Le. Udah saatnya ganti."

Kenan terkekeh. "Iya ya Om."

"Ganti apa deh?" tanya Gendhis ingin tau.

"Mobil, Cah Ayu." Sahut Kenan. Yang dijawab Gendhis oleh sebuah oh panjang.

"Emang kenapa sama mobil Kenan? Bukannya baik-baik aja?" tanya Sekar ingin tau ke arah suaminya.

"Jeep kan cuman muat empat orang, kalo dia mau bawa kita atau Eyang sama Sarah jalan-jalan sama anak istrinya nanti gimana coba." Jawaban Purnomo membawa senyuman salah tingkah di bibir Kenan.

Wajah itu bahkan memerah. Gendhis yang melihatnya turut mengembangkan senyuman lebar. Terlebih ketika keduanya tak sengaja saling bersitatap. Gendhis rasanya ingin melebur saja.

Wajahnya panas. Ia yang bergantian salah tingkah.

Anak dan istri. Istri. Istri yang dimaksud oleh Bapaknya itu, dirinya?

KalopsiaOù les histoires vivent. Découvrez maintenant