04. Bad news

52 16 5
                                    

Halo halo

Masih setia untuk membaca part ini?

Jangan kaget ya

Hehehe

Happy reading



"Gatha ... Sherly udah ga ada."

Gatha mencoba untuk mencerna kata-kata itu, ia terdiam selama beberapa detik.

"Jangan bercanda bang," ucapnya dengan nada yang bergetar, ia memang tahu suara di balik telepon itu.

"Gue ga mungkin bercanda masalah ginian Tha."

"Bang Nico, jangan bikin prank kaya gini. Sherly mana? Gatha mau bicara."

Sedari tadi Alaska diam, ia tengah mencerna ucapan demi ucapan yang keluar dari mulut Nico di seberang sana.

"Mending lo ke sini sekarang, biar lo tau kalo gue ga bohong."

Setelahnya telepon itu terputus secara sepihak, Gatha yang masih mencerna kalimat itu hanya terdiam dengan tatapan kosong.

"Tha, are you okay?"

Mendengar kalimat itu, perlahan air matanya turun. Seolah-olah pelupuk matanya sudah tak kuat untuk membendung sebuah air mata. Jujur ia masih tak percaya dengan kalimat yang dilontarkan dari balik telepon.

"Aska ... Sherly masih ada kan?" Alaska mengerti, jika Gatha sudah mengundang namanya dengan sebutan itu--pertanda bahwa Gatha sedang tidak baik-baik saja.

"Ikhlas Tha," Tangis Gatha pecah, dadanya terasa sesak mendengar bahwa sang kekasih sudah tiada.

Ia rasa dunianya hancur, bersamaan dengan air matanya. Seseorang yang ia anggap sebagai 'rumah' sudah pergi jauh. Bahkan untuk ia gapai lagi pun sudah tak bisa.

Dunia mereka sudah berbeda.

"Aska, gue ga tau ini mimpi atau ga. Tapi kalo ini mimpi ... tolong bangunin gue Ka." Alaska merasakan bahwa dadanya ikut sesak, ia tau perasaan Gatha saat ini.

"Kita ke sana sekarang, Sherly udah nunggu lo," ajaknya sembari menepuk bahu Gatha yang masih bergetar.

"Lo bareng sama gue." Gatha hanya diam, tatapannya kosong dan seperti tak ada harapan di dalamnya. Ia hanya menuruti keinginan Alaska untuk tidak membawa motor disaat perasaannya tengah campur aduk.

Dibawanya motor itu dengan kecepatan tinggi, untung saja jalanan tengah lenggang. Seolah-olah memang semesta merestui mereka untuk segera sampai ke lokasi.

Nampak dari jauh, terdapat banyak orang yang mengerumuni rumah itu. Bahkan bendera kuning sudah tercetak jelas di sana.

Gatha yang melihat itu hanya diam, ia tak tau harus apa. Apakah ia akan masuk dan menyaksikan wajah Sherly untuk terakhir kalinya? Atau hanya berdiam diri meratapi kepergian sang kekasih.

"Tha, yuk ke sana!" Alaska merangkulnya, dirinya seperti tak ada tenaga untuk sekedar melangkah.

"Gue tau lo sedih, tapi jangan kayak gini. Setidaknya temuin dia untuk yang terakhir kalinya." Alaska menjeda ucapannya sejenak. "Dan cari tau ... kenapa selama seminggu ini dia hilang tanpa kabar ke keluarganya."

𝐋𝐨𝐧𝐞𝐥𝐲 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang