16. Flashback

36 9 0
                                    

"CIAA!"

Gatha terbangun dari tidurnya, nafasnya sedikit tidak beraturan karena mendapatkan sebuah mimpi yang menurutnya adalah bencana.

Keringat pun sudah bercucuran, membasahi kaos polosnya itu.

Ia mengatur nafasnya, sembari mengingat sebuah kejadian yang merangkap menjadi sebuah mimpi.

"Cia baik-baik aja kan?"

Perlahan air matanya mulai jatuh, menyisakan sebuah isakan yang menyayat hati.

Baru kali ini dirinya cemas akan sebuah mimpi, padahal tidak selamanya mimpi itu menjadi kenyataan.

Karena isak tangis yang ia keluarkan itu, Alaska yang sedang berada di ruang tamu langsung melangkah menuju kamarnya.

Wajahnya terlihat panik, takut terjadi sesuatu dengan sahabatnya ini.

"Gatha," panggilnya dengan pelan. Alaska menatap sendu Gatha yang rapuh kembali, seperti dejavu beberapa waktu yang lalu.

"Ka, gue mimpi buruk."

Alaska menahan nafasnya, ia sudah tau arah pembicaraan ini akan mengarah ke mana.

"M-mimpi apa? Sampe lo nangis begitu."

Gatha mendongak, tatapannya menyiratkan sebuah kesedihan. "Cia... meninggal."

Alaska hanya diam, ia tak mengucapkan satu kata pun.

Melihat keterdiaman Alaska membuat Gatha bertambah cemas. "Ka, mimpi itu ga bener kan?" tanyanya memastikan.

Alaska menggeleng. "Mimpi itu nyata."

Gatha menoleh, merasa tak percaya dengan kalimat itu. "Enggak! mimpi itu ga nyata Ka. Iyaa kan?"

Alaska langsung memeluk tubuh Gatha yang mulai lemah, ia tak sanggup menghadapi Gatha dengan kondisi seperti ini.

"Tenang ya, gue tau lo kuat!" Kalimat itu membuat tangisan Gatha bertambah, tubuhnya seakan-akan tak punya tenaga untuk sekedar duduk.

"Aska, g-gue masih ga percaya sama kenyataan itu."

Alaska melepaskan pelukannya, ia menatap sendu sang sahabat yang mulai rapuh.

"Lo harus sadar, kalau Cia... udah ga ada di dunia ini."

Flashback on...

"Ciaa, heyy. Kamu masih bisa denger suara aku kan?" Suara Gatha bergetar, ia sangat takut jika Cia pergi seperti Sherly.

"Cia, kamu denger suara ibu kan?"

Cia tak merespon, nafasnya sudah tenang dengan sedikit senyuman yang terukir di wajahnya.

Melihat sang anak yang sudah tenang, membuat dirinya menangis tersedu-sedu. Tak menyangka jika sang buah hati pergi secepat ini.

"Jangan tinggalin ibu nak."

Di ruangan ber-cat putih itu, isak tangis terdengar. Menandakan sebuah rasa kehilangan yang sangat mendalam.

Gatha yang tak sanggup pun langsung ke luar, dadanya masih terasa sesak akibat sebuah kenyataan yang menimpa dirinya.

Dua kali. Dua kali ia ditinggalkan oleh sang terkasih.

Rasanya campur aduk, antara sedih dan marah. Sedih karena ditinggal pergi, dan marah karena dirinya tidak bisa menjaga sang kekasih dengan baik.

Kini dunianya kembali hancur, menyisakan sebuah kenangan yang tak pernah terulang.

"Gatha." Suara itu menggema, membuat Gatha segera menolah.

𝐋𝐨𝐧𝐞𝐥𝐲 ✓حيث تعيش القصص. اكتشف الآن