Epilog

61 9 0
                                    

Selepas Gatha mengantarnya pulang, Casey langsung mengurung diri di dalam kamar. Ia masih kepikiran dengan informasi yang Gatha berikan. Apakah Alaska baik-baik saja? Ataukah informasi itu hanya bualan semata?

Sedari tadi, Casey sibuk memikirkan perkataannya beberapa hari yang lalu. Ia tau, bahwa informasi itu sangat mendadak untuk Alaska.

Tapi, apa boleh buat? Nasi sudah menjadi bubur. Ia sudah memberi tahu sosoknya kepada Alaska.

Bahwa, dirinya adalah Aileen Aficenna. Teman masa kecil seorang Alaska Arkatama.

Beberapa saat memikirkan itu semua, sebuah notif berdenting. Menandakan ada yang mengirimkannya sebuah pesan. Casey tidak berniat untuk membukanya, ia hanya membaca lewat notifikasi.

Setelah melihat siapa yang mengirim pesan, Casey segera bersiap-siap. Ia sedikit tak sabar untuk menemui Alaska di rumah sakit.

Memang yang mengiriminya adalah Gatha, katanya ia akan menjemput dirinya untuk ke rumah sakit.

Setengah jam kemudian, motor hitam itu sudah terparkir rapi di depan gerbang. Casey yang merasa familiar pun langsung ke luar, tak lupa meminta izin kepada sang ibunda.

"Udah siap?" Casey mengangguk, segera ia naik ke atas motor. Setelah dirasa siap, Gatha melajukan motor itu dengan kecepatan rata-rata.

"Gimana keadaan Alaska?"

Gatha sedikit melirik ke arah kaca spion. "Gue belum tau. Tadi waktu di rumah sakit, mamanya Alaska dipanggil dokter ke ruangannya. Jadi, gue ga tau keadaan Alaska gimana."

Casey hanya mendesah pasrah, kepanikannya semakin bertambah setelah mendengar kalimat itu.

"Lajunya dicepetin, gue mau liat keadaan Alaska." Gatha menurut, ia tambahkan kecepatan motornya itu. Untung saja jalanan sedikit lenggang, jadi mereka tak membuang waktu di jalanan.

---

Langkah kaki itu saling bersahutan, membuat seluruh atensi mengarah ke mereka. Gatha dan Casey yang sudah sampai di rumah sakit langsung menuju ke sebuah ruangan yang letaknya sedikit jauh dari gedung utama.

Dapat mereka lihat, wanita setengah baya yang tengah menunduk dalam. Sembari memegang secarik amplop yang Gatha kira itu adalah hasil pemeriksaan Alaska.

"Tante," panggilnya dengan lirih. Sang empu yang mendengar itu langsung mendongak.

"Eh, Gatha." Secarik amplop itu disodorkan ke arah Gatha, membuat keduanya mengernyit heran.

"Kalian mau tau kan?" Keduanya mengangguk. "Buka amplop ini, tante mau ke ruangan dokter dulu."

Gatha dan Casey saling pandang, setelahnya pandangan itu sama-sama tertuju ke secarik amplop.

Segera saja Gatha membuka amplop itu, sedikit bergetar karena takut hasilnya tidak sesuai.

Dengan hitungan ketiga, sebuah foto tampak terlihat. Mereka berdua langsung melotot lebar melihat itu.

"Hah?!"

"Maksudnya apaan?"

Mereka saling pandang, lagi. Melihat sebuah foto yang di luar perkiraan mereka. Tampak sebuah foto Alaska yang tengah ber-selfie dengan seorang tiktokers bernama Ragil.

"Ini prank?" Keduanya bersuara, menyisakan kerutan kening yang belum sepenuhnya lurus.

Setelah sadar, Gatha menggeleng prustasi. Alaska benar-benar menguji kesabarannya.

Terdengar bunyi telepon di salah satu ponsel mereka, Gatha yang merasa ponselnya bergetar pun langsung mengangkat panggilan itu.

"Halo brodi, gimana? Prank gue berhasil ga?"

"Anjir lo Alaska! Gue sama Casey udah panik tau ga?! Gila lo!" Terdengar suara tawa dari seberang sana, hal itu membuat keduanya frustasi.

"Gue sampe kepikiran ucapan gue waktu itu loh Ka. Gue kira, lo kecelakaan karena masih mikirin perkataan gue tentang masa lalu."

Gatha menoleh, memandang Casey dengan tatapan heran. "Masa lalu? Maksudnya?"

Casey menyengir lebar, tangannya refleks menggaruk kepala. "Hehehe, gue sama Alaska temen masa kecil. Dan Alaska ke Jerman buat nyelidikin tentang ini."

Double kill.

Dua kali Gatha merasa terkejut, ia sampai mengaga lebar mendengarnya. "Ternyata lo berdua bohongin gue? Gila sih."

"Bukan gitu Tha, gue cuma belum yakin aja. Makanya ga cerita sama lo, hehe."

"Terus, sekarang lo yakin?"

"Iyaa, gue udah dapet buktinya di sini."

Mendengar kalimat itu, membuat Casey bernafas lega. Akhirnya, Alaska bisa percaya dengan pernyataan waktu itu.

Mereka saling bercanda tawa. Walaupun dalam kondisi jarak jauh, itu tak membuat ketiganya canggung. Malah hal itu semakin membuat rasa nyaman dalam diri mereka masing-masing.

Kisah pertemanan mereka belum berakhir, mereka masih berkelana di dunia yang masih penuh dengan misteri.

Masalah mereka pun juga sama, harus ada sebuah pengorbanan untuk menyelesaikannya.

Di akhir kalimat ini, mereka hanya berharap. Rumah yang sudah terasa nyaman itu tak hilang, rumah yang mereka anggap sebagai tempat untuk berkeluh-kesah tak berpaling, dan rumah yang sudah mereka bangun tak runtuh begitu saja.

TAMAT



Yeyyy akhirnya selesai 😻💐

Gimana sama endingnya?

Seneng?
Harus donggg 🤭

Oh iya, author di sini cuma mau menyampaikan sesuatu

Terima kasih karena kalian sudah baca cerita ini

Terima kasih karena sudah bersabar untuk menunggu cerita ini update

Terima kasih karena sudah mengapresiasi cerita ini

Cerita ini ga berakhir, masih ada 2 cerita lagi yang akan menghibur kalian

Dan, author juga minta maaf kalau selama ini banyak salah kata atau salah ketik yang menyinggung

Semoga kedepannya, cerita ini dan cerita selanjutnya bisa lebih baik lagi

Okee, babayyy

Sampai ketemu di cerita 'Ambitious' 😻👋🏻

𝐋𝐨𝐧𝐞𝐥𝐲 ✓Where stories live. Discover now