18. Murid baru

39 9 1
                                    

Sudah satu Minggu Gatha mengobati hatinya, walaupun belum sepenuhnya sembuh setidaknya sekarang ia sudah masuk sekolah kembali.

Memang setelah kepergian Cia, Gatha izin tidak bersekolah. Ia juga sempat demam karena pola makan dan tidur yang tak teratur, alhasil tubuhnya tak kuat untuk melawan virus.

Sekarang dirinya tengah berada di sebuah lapangan untuk mendapatkan sebuah hukuman. Padahal dirinya hanya telat 1 menit, tetapi tetap saja hukuman itu berlaku.

"Baru aja sembuh, ini malah langsung kena hukuman," monolognya dengan lesu. Sungguh kesialan di hari Senin yang suram ini.

"Ngeluh terus, udah tinggal nurut aja sama guru piket." Gatha menoleh, sedikit penasaran dengan gadis yang ada disampingnya ini.

"Lo murid baru ya?" Sang gadis yang mendapat pertanyaan itu langsung mengangguk.

"Gue baru liat ada murid baru kena hukum, abis kena masalah apa lo?"

"Nggak sengaja ngelempar sepatu ke pak Wawan." Ia menyengir lebar, seperti merasa tak bersalah telah melakukan itu.

"Buset, punya berapa nyali lo?" Gatha tak percaya dengan tingkah anak baru ini, bisa-bisanya melemparkan sepatu ke pak Wawan yang notabenenya seorang Waka kesiswaan.

"Punya nyawa sembilan gue," ucapnya membual, hal itu membuat Gatha menggeleng pelan.

Gatha yang ingin mengucapkan sesuatu pun langsung terhenti, terlihat pak Wawan yang menatap mereka dengan tatapan tajam.

"Heh! Malah ngobrol kalian berdua. Mau ditambah hukumannya?!" Keduanya langsung kicep, tak menjawab pernyataan guru itu.

Setelah anak muridnya tak mengeluarkan suara, pak Wawan langsung melengos ke tempat semula.

"Pak Wawan emang gitu ya tingkahnya?" Gatha mengangguk. "Udah biasa, ga heran gue mah sama kelakuan tuh orang."

Setelah ucapan itu, bel pergantian jam berbunyi. Menandakan hukuman mereka telah selesai.

"Huft, akhirnya selesai juga." Gatha merenggangkan ototnya yang kaku, sedari tadi tangannya sibuk hormat ke tiang bendera.

"Lo pindah ke kelas berapa?"

"10 MIPA 4." Jawaban itu membuat Gatha melongo, inimah memang kelasnya.

"Lah, baru tau kalo pindah ke kelas gue. Yuk langsung ke sana, lumayan ada pemandu gratis." Gadis itu mengangguk, ia segera mengikuti langkah Gatha yang nampak terburu-buru.

"Nama lo siapa dah? Daritadi kita ngobrol ga saling tanya masalah nama," ucap Gatha yang baru sadar jika dirinya tidak tau nama gadis itu.

"Panggil aja Casey."

"Gue Gatha, salam kenal ya. Semoga kita berteman baik." Casey menerima uluran tangan itu, setelahnya mereka langsung masuk ke dalam kelas.

"Hello everyone, tebak gue bawa siapa?" Suara itu melengking, membuat seluruh penghuni kelas menutup rapat telinga masing-masing.

"Nggak usah teriak juga kali, kita masih punya telinga kalo lo lupa." Gatha menyengir, merasa tak bersalah dengan aksinya.

"Bu, nih saya bawa anak baru." Gatha menggeser tubuh Casey agar mendekat ke arah Bu Eva, Casey yang merasa tubuhnya tergeser pun hanya mendengus kesal.

"Kamu Casey ya?" tanya Bu Eva yang langsung membuka Casey mengangguk.

"Perkenalkan diri kamu." Casey mengangguk lagi, ia langsung memperkenalkan diri di depan teman barunya.

"Eh, bentar. Gatha, kamu duduk! Ngapain masih di depan?" Gatha menyengir lebar. Setelahnya ia langsung duduk di samping Alaska yang sudah memandangnya jengah.

𝐋𝐨𝐧𝐞𝐥𝐲 ✓Where stories live. Discover now